Kamis, 30 September 2010
Sejarah Peradaban Islam Di Asia Tenggara
PERADABAN ISLAM DI ASIA TENGGARA A. Proses Masuknya Islam di Asia Tenggara Islam masuk ke Asia Tenggara disebarluaskan melalui kegiatan kaum pedagang dan para sufi. Hal ini berbeda dengan daerah Islam di Dunia lainnya yang disebarluaskan melalui penaklulan Arab dan Turki. Islam masuk di Asia Tenggara dengan jalan damai, terbuka dan tanpa pemaksaan sehingga Islam sangat mudah diterima masyarakat Asia Tenggara. Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hamper semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir. Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir. Menurut Uka Tjandra Sasmita, prorses masukya Islam ke Asia Tenggara yang berkembang ada enam, yaitu: 1. Saluran perdagangan Pada taraf permulaan, proses masuknya Islam adalah melalui perdagangan. Kesibukan lalu-lintas perdagangan pada abad ke-7 hingga ke-16 membuat pedagangpedagang Muslim (Arab, Persia dan India) turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melaui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham. Mereka berhasil mendirikan masjid dan mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan karenanya anak-anak Muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya. Di beberapa tempat penguasa-penguasa Jawa yang menjabat sebagai Bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir Utara Jawa banyak yang masuk Islam, bukan karena hanya faktor politik dalam negeri yang sedang goyah, tetapi karena factor hubungan ekonomi drengan pedagang-rpedrarrgarng Muslim. Perkembangan selanjutnya mereka kemudian mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat-tempat tinggalnya. 2. Saluran perkawinan Dari sudut ekonomi, para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi terutama puteri-puteri bangsawan, tertarik untuk menjadi isteri saudagar-saudagar itu. Sebelum dikawin mereka diislamkan terlebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin luas, akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan Muslim. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula wanita Muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan; tentu saja setelah mereka masuk Islam terlebih dahulu. Jalur perkawinan ini jauh lebih menguntungkan apabila antara saudagar Muslim dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja dan adipati atau bangsawan itu kemudian turut mempercepat proses Islamisasi. Demikianlah yang terjadi antara Raden Rahmat atau sunan Ampel dengan Nyai Manila, Sunan Gunung Jati dengan puteri Kawunganten, Brawijaya dengan puteri Campa yang mempunyai keturunan Raden Patah (Raja pertama Demak) dan lain-lain. 3. Saluran Tasawuf Pengajar-pengajar tasawuf atau para sufi mengajarkan teosofi yang bercampur dengana jaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam soal magis dan mempunyai kekuatan-kekuatan menyembuhkan. Diantara mereka juga ada yang mengawini puteri-puteri bangsawab setempat. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini masih dikembangkan di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 M ini. 4. Saluran prendidikan Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang diselenggarakan oleh guru-guru agama, kiai-kiai dan ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon ulama, guru agama dan kiai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwak ketempat tertentu mengajarkan Islam. Misalnya, pesantren yang didirikan oleh Raden rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri. Kleuaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam. 5. Saluran kesenian Saluran Islamisasi melaui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang. Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam serita itu di sisipkan ajaran nama-nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir. 6. Saluran politik Di Maluku dan Sulawesi selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu masuk Islam. Untuk lebih memperjelas bagaimana proses masuknya agama Islam di Asia Tenggara ini, ada 3 teori diharapkan dapat membantu memperjelas tentang penerimaan Islam yang sebenarnya: a. Menekankan peran kaum pedagang yang telah melembagakan diri mereka di beberapa wilayah pesisir lndonesia, dan wilayah Asia Tenggara yang lain yang kemudian melakukan asimilasi dengan jalan menikah dengan beberapa keluarga penguasa local yang telah menyumbangkan peran diplomatik, dan pengalaman lnternasional terhadap perusahaan perdagangan para penguasa pesisir. Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa. b. Menekankan peran kaum misionari dari Gujarat, Bengal dan Arabia. Kedatangan para sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di wilayah Asia Tenggara. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Asia Tenggara agaknya tidak lepas dengan kultur daerah setempat. c. Lebih menekankan makna lslam bagi masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang lebih besar (Lapidus, 1999:720-721). Agaknya ketiga teori tersebut bisa jadi semuanya berlaku, sekalipun dalam kondisi yang berbeda antara satu daerah dengan yang lainnya. Tidak terdapat proses tunggal atau sumber tunggal bagi penyebaran lslam di Asia Tenggara, namun para pedagang dan kaum sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran berbagai sekolah agaknya merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting. B. Penyebaran Islam di Asia Tenggara dan Indonesia Sejak abad pertama, kawasan laut Asia Tenggara, khususnya Selat Malaka sudah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan internasional yang dapat menghubungkan negeri-negeri di Asia Timur Jauh, Asia Tenggara dan Asia Barat. Perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional yang terbentang jauh dari Teluk Persia sampai China melalui Selat Malaka itu kelihatan sejalan pula dengan muncul dan berkembangnya kekuasaan besar, yaitu China dibawah Dinasti Tang (618-907), kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan Dinasti Umayyah (660-749). Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 dan ke-2 H), orang Muslim Persia dan Arab sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah dating empat orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang kedua menetap dikota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam sejarah Islam di China. Ia bukan saja mendirikan masjid di Canto, yang disebut masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi). Karena itu, sampai sekarang kaum Muslim China membanggakan sejarah perkembangan Islam di negeri mereka, yang dibawa langsung oleh sahabat dekat Nabi Muhammad SAW sendiri, sejak abad ke-7 dan sesudahnya. Makin banyak orang Muslim berdatangan ke negeri China baik sebagai pedagang maupun mubaligh yang secara khusus melakukan penyebaran Islam. Sejak abad ke-7 dan abad selanjutnya Islam telah datang di daerah bagian Timur Asia, yaitu di negeri China, khususnya China Selatan. Namun ini menimbulkan pertanyaan tentang kedatangan Islam di daerah Asia Tenggara. Sebagaimana dikemukakan diatas Selat Malaka sejak abad tersebut sudah mempunyai kedudukan penting. Karena itu, boleh jadi para pedagang dan munaligh Arab dan Persia yang sampai di China Selatan juga menempuh pelayaran melalui Selat Malaka. Kedatangan Islam di Asia Tenggara dapat dihubungkan dengan pemberitaan dari I-Cing, seorang musafir Budha, yang mengadakan perjalanan dengan kapal yang di sebutnya kapal Po-Sse di Canton pada tahun 671. Ia kemudian berlayar menuju arah selatan ke Bhoga (di duga daerah Palembang di Sumatera Selatan). Selain pemberitaan tersebut, dalam Hsin-Ting-Shu dari masa Dinasti yang terdapat laporan yang menceritakan orang Ta-Shih mempunyai niat untuk menyerang kerajaan Ho-Ling di bawah pemerintahan Ratu Sima (674). Dari sumber tersebut, ada dua sebutan yaitu Po-Sse dan Ta-Shih. Menurut beberapa ahli, yang dimaksud dengan Po-Sse adalah Persia dan yang dimaksud dengan Ta-Shih adalah Arab. Jadi jelaslah bahwa orang Persia dan Arab sudah hadir di Asia Tenggara sejak abad-7 dengan membawa ajaran Islam. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli sejarah tentang tempat orang Ta Shih. Ada yang menyebut bahwa mereka berada di Pesisir Barat Sumatera atau di Palembang. Namun adapula yang memperkirakannya di Kuala Barang di daerah Terengganu. Terlepas dari beda pendapat ini, jelas bahwa tempat tersebut berada di bagian Barat Asia Tenggara. Juga ada pemberitaan China (sekitar tahun 758) dari Hikayat Dinasti Tang yang melaporkan peristiwa pemberontakan yang dilakukan orang Ta-Shih dan Po-Se. Mereka mersak dan membakar kota Canton (Guangzhoo) untuk membantu kaum petani melawan pemerintahan Kaisar Hitsung (878-899). Setelah melakukan perusakan dan pembakaran kota Canton itu, orang Ta-Shih dan Po-Se menyingkir dengan kapal. Mereka ke Kedah dan Palembang untuk meminta perlindungan dari kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan berita ini terlihat bahwa orang Arab dan Persia yang sudah merupakan komunitas Muslim itu mampu melakukan kegiatan politik dan perlawanan terhadap penguasa China. Ada beberapa pendapat dari para ahli sejarah mengenai masuknya Islam ke Indonesia : 1. Menurut Zainal Arifin Abbas, Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M (684 M). Pada tahun tersebut datang seorang pemimpin Arab ke Tiongkok dan sudah mempunyai pengikut dari Sumatera Utara. Jadi, agama Islam masuk pertama kali ke Indonesia di Sumatera Utara. 2. Menurut Dr. Hamka, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M. Berdasarkan catatan Tiongkok , saat itu datang seorang utusan raja Arab Ta Cheh (kemungkinan Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan Ho Ling (Kaling/Kalingga) untuk membuktikan keadilan, kemakmuran dan keamanan pemerintah Ratu Shima di Jawa. 3. Menurut Drs. Juneid Parinduri, Agama Islam masuk ke Indonesia pada tahun 670 M karena di Barus Tapanuli, didapatkan sebuah makam yang berangka Haa-Miim yang berarti tahun 670 M. 4. Seminar tentang masuknya Islam ke Indonesia di Medan tanggal 17-20 Maret 1963, mengambil kesimpulan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad I H/abad 7 M langsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi ialah pasisir Sumatera. Sedangkan perkembangan Agama Islam di Indonesia sampai berdirinya kerajaankerajaan Islam di bagi menjadi tiga fase, antara lain : a. Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina; b. Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya di samping berita-berita asing juga makam-makam Islam; c. Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (Abdullah, 1991:39). C. Perkembangan Keagamaan dan Peradaban Sebagaimana telah diuraikan di atas, pada term penyebaran Islam di Asia Tenggara yang tidak terlepas dari kaum pedagang Muslim. Hingga kontrol ekonomi pun di monopoli oleh mereka. Disamping itu pengaruh ajaran Islam sendiripun telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan Masyarakat Asia Tenggara. Islam mentransformasikan budaya masyarakat yang telah di-Islamkan di kawasan ini, secara bertahap. Islam dan etos yang lahir darinya muncul sebagai dasar kebudayaan. Namun dari masyarakat yang telah di-Islamkan dengan sedikit muatan lokal. Islamisasi dari kawasan Asia Tenggara ini membawa persamaan di bidang pendidikan. Pendidikan tidak lagi menjadi hak istimewa kaum bangsawan. Tradisi pendidikan Islam melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap Muslim diharapkan mampu membaca al Qur’an dan memahami asas-asas Islam secara rasional dan dan dengan belajar huruf Arab diperkenalkan dan digunakan di seluruh wilayah dari Aceh hingga Mindanao. Bahasabahasa lokal diperluasnya dengan kosa-kata dan gaya bahasa Arab. Bahasa Melayu secara khusus dipergunakan sebagai bahasa sehari-hari di Asia Tenggara dan menjadi media pengajaran agama. Bahasa Melayu juga punya peran yang penting bagi pemersatu seluruh wilayah itu. Sejumlah karya bermutu di bidang teologi, hukum, sastra dan sejarah, segera bermunculan. Banyak daerah di wilayah ini seperti Pasai, Malaka dan Aceh juga Pattani muncul sebagai pusat pengajaran agama yang menjadi daya tarik para pelajar dari sejumlah penjuru wilayah ini. System pendidikan Islam kemudian segera di rancang. Dalam banyak batas, Masjid atau Surau menjadi lembaga pusat pengajaran. Namun beberapa lembaga seperti pesantren di Jawa dan pondok di Semenanjung Melaya segera berdiri. Hubungan dengan pusat-pusat pendidikan di Dunia Islam segera di bina. Tradisi pengajaran Paripatetis yang mendahului kedatangan Islam di wilayah ini tetap berlangsung. Ibadah Haji ke Tanah Suci di selenggarakan, dan ikatan emosional, spritual, psikologis, dan intelektual dengan kaum Muslim Timur Tengah segera terjalin. Lebih dari itu arus imigrasi masyarakat Arab ke wilayah ini semakin deras. Di bawah bimbingan para ulama Arab dan dukungan negara, wilayah ini melahirkan ulama-ulama pribumi yang segera mengambil kepemimpinan lslam di wilayah ini. Semua perkembangan bisa dikatakan karena lslam, kemudian melahirkan pandangan hidup kaum Muslim yang unik di wilayah ini. Sambil tetap memberi penekanan pada keunggulan lslam, pandangan hdup ini juga memungkinkan unsur-unsur local masuk dalam pemikiran para ulama pribumi. Mengenai masalah identitas, internalisasi Islam, atau paling tidak aspek luarnya, oleh pendudukan kepulauan membuat Islam muncul sebagai kesatuan yang utuh dari jiwa dan identitas subyektif mereka. Namun fragmentasi politik yang mewarnai wilayah ini, di sisi lain, juga melahirkan perasaan akan perbedaan identitas politik diantara penduduk yang telah di Islamkan.
Minggu, 26 September 2010
PSIKODIAGNOSTIKA (II) (Observasi)
Oleh: Yuli Fajar Susetyo
Amitya Kumara
MATERI KULIAH OBSERVASI
1. Definisi, tujuan, Manfaat, Kelebihan dan Kelemahan,
2. Observer, proses observasi, dan objektivitas data observasi
3. Observasi sehari-hari dan observasi ilmiah, dan observasi sebagai alat psikodiagnotik
4. observasi sistematik-non sistematik, Partisipan-non partisipan, Eksperimental-natural
5. Pencatatan hasil observasi dan praktek
6. Strategi observasi jenis naratif
7. Strategi observasi Event sampling dan time sampling
8. Strategi observasi Check lists dan rating scales
9. Pengolahan dan interpretasi data observasi
10. Penutup : penyajian data observasi dan review
OBSERVASI dalam PSIKODIAGNOSTIKA
Berkaitan dengan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakan diagnosis psikologis
Ada proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel psikologis
Psikodiagnostik bukan hanya milik psikologi klinis, walapun istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.
Mengapa Perlu Observasi bagi Psikolog
Goodwin & Driscoll (dalam Bentzen, 1993)
Memungkinkan mengukur perilaku yang tidak dapat dengan alat ukur psikologis lain (banyak pada anak)
Prosedur formal ditanggapi tidak serius (tidak dapat dilakukan)
Lebih tidak mengancam (pada anak lebih akurat)
Kegunaan observasi dalam psikodiagnostik
Keperluan asesmen awal
Menentukan kekuatan observee dan menggunakannya untuk meningkatkan hal-hal yang masih lemah
Dasar merancang rencana individual
Dasar dari titik awal kemajuan klien
Mengetahui perkembangan anak pada area tertentu
Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan anak
Bahan untuk memberi laporan kepada orang tua, guru, dokter, dan profesi lain
Informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan BK
Informasi status klien klinis (di rumah sakit jiwa)
TUGAS
Carilah objek observasi :
Fisik
Manusia (individu)
Kelompok
Catatlah hasil amatan Anda
Apa makna amatan tersebut?
Apa kesimpulan Anda?
PRO DAN KONTRA
Patton (1990) persepsi selektif manusia menyebabkan munculnya keragu-raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode pengumpulan data ilmiah.
Dia menjelaskan pengaruh persepsi selektif yang diwarnai bias dan minat pribadi terjadi pada kebanyak orang awam yang tidak terlatih untuk dapat disebut sebagai peneliti terlatih
Agar dapat menjadi metode yang akurat maka harus dilakukan oleh peneliti yang melewati latihan-latihan yang memadai dan telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
- Observasi
Definisi dan deskripsi umumIstilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul , dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
- Sebagai metode yang paling dasar dan paling tua, dasar karena dalam setiap aktivitas psikologi ada aspek observasi
- Semua bentuk penelitian kualitatif dan kuantitatif mengandung aspek obsevasi
- Dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister, 1994)
PENGERTIAN Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti
Pengertian sempit
Pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diselidiki baik dalam situasi alamiah maupun situasi buatan
Pengertian luas
Termasuk pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya maupun yang diadakan khusus untuk keperluan tersebut.
TUJUAN OBSERVASI
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.
PENTINGNYA OBSERVASI, Patton (1990)
1. peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
2. Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientsai pada penemuan daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif. Pengaruh konseptualisasi (yang ada sebelumnya) ttg topik yang diamati berkurang
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu
4. Memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan secara terbuka dengan wawancara
5. Mengatasi persepsi selektif dan peneliti dapat bergerak lebih jauh
6. Memungkinkan peneliti merefleksi & bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi & perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena
Apa yang diobservasi
Berdasarkan tujuan / variabel yang menjadi target
Ekspresi verbal, non verbal, respons verbal/non verbal/perilaku terhadap stimulus, atau kemunculan indikator khusus
Level observasi dapat aspek khusus dari perilaku, individu, kelompok, dan situasi/proses
Waktu (kapan, kecepatan, durasi), lokasi (tempat), penampakan eksterior (cara jalan, berpakaian), gaya bahasa (intonasi, pilihan kata)
Webb dkk (1966) & Denzin (1970) Yang diobservasi :
Exterior physical signs : pakaian, gaya rambut, sepatu, tato, rumah, perhiasan dll
Expressive movements : gerakan-gerakan tubuh seperti gerakan mata, wajah, postur, lengan, senyum, kerutan dahi dll
Physical location : perhatikan personal space dan lingkungan fisik
Language behaviour : menyilangkan kaki dll
Time duration
Diterapkan pada kelas sosial, status, jender, dan sikap sosial
Reliabilitas & Validitas
Reliabilitas : Metode yang reliabel, metode yang digunakan orang lain dalam kondisi yang sama akan menunjukkan hasil yang sama atau serupa. Perlunya reliabilitas antar rater
Valisitas : keakuratan/keterpercayaan seberapa tepat metode mengukur apa yang diukur. Validitas tidak intrinsik ada pada metode karena dapat lebih dihubungkan dengan problem yang diteliti. Contoh Untuk meneliti tentang kelas sosial lebih valid dengan wawancara daripada observasi mobil yang dipakai
ETIKA OBSERVASI
Privacy subjek
Keamanan subjek
Persetujuan subjek
Perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan
Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
Pencegahan kecuragan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau masyarakat
Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negatif
Pertimbangan diatas diterapkan pada 3 tahap penelitian yaitu rencangan penelitian, proses di lapangan, dan penulisan-publikasi
JENIS OBSERVASI
OBSERVASI SISTEMATIK
Disbt juga observasi terstruktur; ada kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati
Sistematik : lebihmenekankan pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya setiap 10 menit)
Hal perlu diperhatikan :
Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus
Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin dikuantifikasikan
Dapat menggunakan one way screen
OBSERVASI EKSPERIMENTAL
Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi situasi
Ciri penting :
Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau berbeda
Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku
Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud observasi
OBSERVASI PARTISIPAN
Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi
Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial dalam pabrik-penjara dll
Perlu diperhatikan :
Materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi
Waktu dan Bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dg kata kunci. Kronologis – sistematis
HUbungan : mencegah kecurigaan, pendekatan yang baik dan menjaga situasi tetap wajar
Kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi
TINGKAT PARTISIPASI
Partisipasi lengkap (penuh)
Anggota penuh
Partisipasi fungsional
Aktivitas tertentu bergabung
Partisipasi sebagai pengamat
Obtrusive dan unobtrusive
Unobstrusive measures - unobstrusive methods – non reactive methods
Metode tidak mengganggu lingkungan sosial, tidak terlibat dengan penduduk, tanpa berinteraksi dengan subjek melalui pertanyaan atau perlakuan lainnya.
Termasuk un obtrusive methods: tulisan dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik), jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di musium, isi dari buku-buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques; kamera, video dll, rekaman politik dan demografi
Obtrusive : wawancara, kuesioner, eksperimen manipulatif, tes
“Contrived“ observation
Menggunakan perangkat keras seperti kamera, tape recorders, one way mirrors dll.
Experimental manipulation dipandang sebagai non reactive jika tidak disadari oleh subjek (Bochner, 1979) vs sisi etika observasi
OBSERVASI FORMAL DAN INFORMAL
(Goodwin & Driscoll, 1980)
Observasi formal mempunyai sifat tersruktur yang tinggi, terkontrol dan biasanya untuk penelitian
Observasi formal perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati, menyusun data, melatih obsrerver dan menjaga reliabilitas antar rater, pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang sophisticated.
Observasi in formal mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol, elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan.
Observasi informal sering disebut juga naturalistic observation (lho menopo hubunganipun kalian observasi yang non eskperimental?)
Observasi Partisipan & Observasi Unobstrusif
Observasi partisipan : peneliti berinteraksi dengan subjek yang dipelajari dan melakukan observasi dalam interaksi tersebut, dan biasanya sebagai bagian dari proses wawancara dan menggunakan informan
Observasi dengan observer yang tidak menampakan diri (penyembunyian diri) dan memisahkan diri dari yang diobservasi
Keuntungan
Data “nyata“ bukan perilaku yang dilaporkan
Aman
Mungkin untuk diulang
Tanpa mengganggu
Mudah diakses dan dilakukan
Mudah
Baik sebagai sumber data longitudinal
Kelemahan
Distorsi dari data asli, terutama sumber berupa arsip
Decontextualising (emic-ingroup/etic-outsider)
Peran Intervening variable
Bias dari metode tunggal
Keterbatasan wilayah terapan
Observasi Dipandang Ilmiah, Jika : (Jehoda)
Mengabdi pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan
Direncanakan secara sistematik, bukan kebetulan dan tidak beraturan
Dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi yang lebih umum, tidak sekedar memenuhi rasa ingin tahu
Dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitasnya
Larah-larahipun mekaten den !
Narrative types
pengumpulan (pencatatan) data oleh observer apa adanya sesuai (sama) dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang terjadi pada situasi nyata.
Checklist notations
Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dengan sebagai refleksi dari penilaian observer
Salajengipun mekaten !
Diary descriptions :
Pengamatan (pencatatan) perubahan-perubahan pada perkembangan perilaku secara umum atau perilaku spesifik sesuai tujuan observasi seperti perkembangan bahasa dll. Membutuhkan waktu yang panjang dan frekuensi kontak yang banyak
Specimen descriptions (desriftif naratif, running records)
Pengamatan yang detail dan lengkap, intensif dan kontinyu dengan pencatatan naratif sekuensial terhadap episode tunggal dari perilaku dan keadaan lingkungannya.
Time sampling
Pengamatan seperti specimen descriptions terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi) pada interval waktu tertentu yang telah ditentukan (biasanya frekuensi kejadian perilaku)
Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati pada situasi tertentu
Field unit analysis
Ada kesamaannya dengan specimen records, tapi metode ini mengkaitkan perilaku-perilaku yang terjadi pada pengamatan ke dalam unit-unit perilaku yang sudah disusun dan menyediakan fasilitas on the spot coding.
Checklist
Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
Melihat kehadiran perilaku yang dianggap penting
Tidak memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, dan kualitas perilaku
Digunakan pada time sampling, event sampling
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Keunggulan
Strategi yang sederhana dan relatif mudah
Merekam dengan cepat dan efisien, kebutuhan energi observer minimum
Ketrampilan yang dibutuhkan dari observer relatif lebih sederhana
Seteleh dilakukan check terhadap perilaku dapat ditambahkan catatan tertentu
Mudah diolah dalam lembar komputasi (dan proses kuantifikasi)
Kelemahan
Informasi terlalu sedikit
Informasi kurang mendalam
Tidak ada informasi tentang bagaimana (kualitas, durasi, frekwensi)
PANDUAN CHECKLIST
Tentukan tujuan observasi
Tentukan definisi operasional perilaku
Tentukan content perilaku yang akan diobservasi
Susun checklist berdasarkan content perilaku sebelum observasi dilakukan
Identifikasi secara detail content perilaku
Organisasi detail content perilaku harus logis
Organisasi checklist harus dapat mencapai tujuan : identifikasi kehadiran/ketidakhadiran target perilaku dan merekam perkembangan kronologis (munculnya ketrampilan tertentu)
Gunakan cheklist untuk melihat kehadiran perilaku target
Dua tipe checklist
Static descriptor
Seperangkat aitem yang mendeskripsikan karakteristik subjek atau setting yang relatif stabil : umur, jenis kelamin, ras, status ekonomi, karakteristik lingkungan, dan waktu
Action
Seperangkat aitem yang mendeskripsikan perilaku/tindakan spesifik observee
Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dalam bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari penilaian observer
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dalam bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari penilaian observer
DESKRIPSI RATING SCALES
Didesain untuk mengukur kuantifikasi impresi dari pengamatan
Penilaian kuantitatif tentang tingkat terjadinya perilaku atau bagaimana perilaku ditampakan
Menjadi mudah dan cepat untuk memaknakan kesimpulan dari impresi yang didapatkan
Dapat mengukur ciri sifat dan perilaku yang tidak dapat diungkap oleh strategi lain
Metode asesment > metode deskriptif
Dapat sebagai perekaman on the spot, ada yang tidak
TIPE RATING SCALES
Numerical : angka tertentu dikaitkan dengan nilai tertentu dari perilaku
1 = Perilaku mengganggu, meninggalkan kelompok
2 = Perilaku mengganggu tidak tampak
3 = Mengikuti guru, tatapan mengarah ke guru
4 = Mengikuti guru, ekspresi menunjukkan ketertarikan
5 = Mengikuti guru, melaksanakan instruksi
Graphic : Kemunculan perilaku tertentu dinilai berdasarkan rentang penilaian yang bersifat meningkat (bentuk garis lurus)
Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah
kadang
Semantic differential (termasuk grafik) dengan tujuh unit penilaian pada perilaku yang bipolar
1 2 3 4 5 6 7
Aktif Pasif
Bersahabat Bermusuhan
Standart
Penilai dihadapkan pada satu set standar untuk menilai yang lain
Cumulated points
Penilaian didasarkan pada akumulasi terhadap penilaian unit-unit perilaku tertentu
Forced-choice
Rater dihadapkan pada satu set deskripsi kualitas tertentu dan memilih satu yang sesuai dengan hasil pengamatan
6 FAKTOR POTENSIAL RATER ERRORS
Error of leniency
Error of central tendency
Hallo effect
Error of logic
Error of contrast
Proximity error
KEUNTUNGAN
Efisiensi waktu
Lebih menarik bagi observer
Lebih mudah diskor dan dikuantifikasi (statistik)
Dapat mengukur perilaku lebih luas termasuk trait
Dapat membandingkan antar individu dan intraindividu
Membutuhkan minimum training
Memfasilitasi melihat hubungan realita dan persepsi individu (rating guru dan DO)
KELEMAHAN
Peluang error dan bias cukup besar
Ambiguitas aitem
Pengaruh penerimaan sosial
Kurang bercerita tentang penyebab perilaku
SIAP LETNAN?
Pernyataan pendek, simple, dan tidak ambigu
Berhubungan dengan trait yang akan diungkap
Pilih kata yang berhubungan dengan skala (tidak overlap dengan deskripsi)
Hindari penggunaan pernyataan seperti average, excellent, dan very
Hindari pernyataan yang mengandung unsur baik-buruk
Nilai semua individu pada satu trait sebelum ke trait lainnya
Lebih baik jika kita tidak kenal
Lakukan dengan hati-hati
Time sampling
Pengamatan terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi) pada interval waktu yang telah ditentukan (biasanya kemunculan perilaku, frekuensi, dan durasi)
Deskripsi Time Sampling
Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa terjadi (Goodenough).
Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
Variasi penggunaan time sampling:
Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama interval waktu tertentu.
Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam pengamatan dengan tanda cek satu.
Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah interval waktu.
Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa terjadi (Goodenough).
Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
Variasi penggunaan time sampling:
Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama interval waktu tertentu.
Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam pengamatan dengan tanda cek satu.
Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah interval waktu.
Kelemahan Time sampling Kerlinger (1973)
Kehilangan gambaran kontinyuitas
Kehilangan konteks
Kehilangan sifat-sifat natural.
Panduan Time Sampling
Definisi operasional overt behavior harus jelas dan dipahami semua yang terlibat (observer)
Tetapkan tujuan observasi dengan jelas sehingga dapat membuat struktur time sampling dengan jelas, antara lain :
Jumlah subjek yang dibutuhkan
Fokus observasi pada hasil yang menekankan pada perilaku individu atau kelompok
Seberapa banyak observasi akan dilakukan agar sample representatif
Tetapkan informasi apa yang dibutuhkan untuk direkam : apakah kemunculan perilaku, frekuensi perilaku atau durasi.
Tetapkan interval waktu yang digunakan :
Penentuan panjang interval didasarkan pada frekuensi kehadiran perilaku, dan interval minimum kemunuculan satu perilaku
Jeda antar interval waktu (spacing), tergantung pada panjang interval dan detail yang direkam (misalnya berapa katergori) atau tanpa jeda .
Jumlah total interval yang dibutuhkan pada setiap subjek tergantung pada terpenuhinya sample perilaku yang representative.
Contoh Rancangan Observasinipun mekaten !
Seorang psikolog yang tertarik dengan permasalahan anak di sekolah, dan ingin mendapatkan informasi spesifik, dia dapat , mengobservasi anak pada 5 menit pertama tiap jam, dan focus pada perilaku ketika ada tugas dan tanpa tugas.
Dia dapat mengobservasi dengan beberapa pilihan :
Mengobservasi 5 menit pertama setiap jam (dapat memberi informasi selama satu hari tapi tidak mendapatkan gambaran pada aktivitas yang berbeda)
Mengobservasi 5 menit pertama pada tiap aktivitas terpilih (dapat dibandingkan antar aktivitas)
Memilih satu atau lebih aktivitas dan mengobservasi selama 10-15 menit untuk mendapatkan gambaran pada ke dua jenis situasi
PERBANDINGAN TIME SAMPLING DAN EVENT SAMPLING
Kesamaan dengan time sampling adalah sampel perilaku
Time sampling focus pada waktu tertentu, event sampling focus pada perilaku itu sendiri.
Time sampling focus pada eksistensi dari event, sedangkan event sampling focus pada eksplorasi dari karakteristik event.
Pada event sampling, obserber menunggu kemunculan perilaku yang dipilih kemudian merekamnya. Tidak ada batasan waktu, focus ada pada perilaku itu sendiri dan waktu adalah sebagai akibat dari durasi normal dari peristiwa. Rentang perilaku-perilaku yang diamati dibatasi
pada event sampling, waktu yang dibutuhkan tidak dapat ditentukan seperti pada time sampling.
Time sampling focus pada frekuensi dan durasi guru berbicara dibandingkan siswa berbicara, maka event sampling focus pada kepada siapa guru berbicara, dan apa penyebab dan hasil dari perilaku tersebut.
Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati pada situasi tertentu
KEUNGGULAN EVENT SAMPLING
Efisien untuk mengurangi waktu observasi
Dapat dirangkum dan dianalisis statistik dengan mudah.
Panduan Event sampling
1. Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi dengan jelas
2. Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi
3. Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan pencatatan naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang pertengkaran tadi adalah berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika pertengkaran dimulai, jenis perilaku dalam pertengkaran, apa yang dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya, dan apa yang terjadi setelah pertengkaran.
4. Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin
Contoh observasi event sampling dilakukan oleh Helen C. dawe (1934)
Observasi pada natural setting, observasi pada 200 pertengkaran anak TK. Penyelidikan diarahkan pada pertengkaran spontan selama bermain bebas pada sekolah TK dari 19 oktober 1931 sampai 17 pebruari 1932. Subjek adalah 19 perempuan dan 21 laki-laki. Berumur 25-60 bulan.
Proses observasi : Observer menunggu pertengkaran terjadi, ketika terjadi stopwatch diaktifkan, dan mengamati apa yang terjadi, ketika pertengkaran selesai maka stopwatch dimatikan. Yang disiapkan adalah blangko pengamatan yaitu nama subjek, umur dan jenis kelamin anak yang terlibat, durasi pertengkaran, problem yang menyebabkan pertengkaran, perilaku yang terjadi,. Setelah kejadian observer menuliskan secepatnya apa yang diingat.
Hasil Analisis data :
dari 58.75 jam observasi, terjadi 200 pertengkaran, dengan rata-rata 3.4 perjam
68 pertengkaran terjjadi di luar ruangan, dan 132 di dalam ruangan
Hanya 13 yang lebih dari 1 menit
Laki-laki lebih sering bertengkar dari perempuan.
Penyebab pertengkaran adalah perselisihan terkait dengan kepemilikian benda
Anak-anak yang terlibat pertengkaran cepat berbaikan kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
STRATEGI CATATAN HARIAN
DAN ANECDOTAL RECORDS
CATATAN HARIAN
Teknik pengamatan yang merekam perubahan atau perkembangan baru atau perilaku baru pada subjek pengamatan.
Aitemisasi perubahan perilaku.
Pengamat mencatat secara langsung pada saat kejadian atau sesegera mungkin setelah kejadian setiap hari sehingga membutuhkan interaksi yang tetap dan berlangsung lama
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN
Kelebihan
1. Memberikan gambaran Proses perubahan/perkembangan seiring waktu secara jelas dan detail
2. Merupakan gudang data
yang kaya
Kritik/Kelemahan metode ini adalah
(William Stern):
Bias seleksi : kehilangan keterwakilan sifat-sifat fakta
Bias observasi :
Reliabilitas pencatatan
Objektivitas interpretasi
Keterbatasan Kasus untuk generalisasi
Waktu dan sumber daya terlalu banyak : dalam rentang tertentu dan tiap hari melakukan pengamatan (tidak efisien)
Penggunaan Diary Descpriptions
Studi kasus
Digunakan untuk menyelidikan anak-anak atau kasus yang “spesial’’
Studi ethologis
Penelitian pada binatang yang tidak dapat berbicara, yang hasilnya dapat diterapkan pada manusia
Langkah-langkah dalam Diary descriptions
Tentukan target perilaku yang akan diamati (dapat perilaku umum, atau aspek khusus, misalnya perilaku terkait dengan merokok)
Tentukan subjek pengamatan dan panjang pengamatan (sebagai latihan selama 1 minggu)G
Siapkan jurnal atau pencatatan harian
Format pencatatan hasil pengamatan
Tanggal, waktu, setting-lokasi, objek observasi, umur
Deskripsi anak dan setting observasi dilakukan
Temuan perilaku beserta waktu kejadian dalam pengamatan (harian) dapat dilengakapi dengan kolom catatan-catatan khusus
Rangkuman temuan selama satu minggu
Pengolahan hasil pengamatan (generalisasi)
Deskripsi ringkas aktivitas dan informasi yang relevan untuk memahami setting
Deskripsi objek observasi dan bagaimana perilakunya
Susun pernyataan yang tepat untuk generalisasi pada populasi (karakteristik yang sama (umum dsb) berdasarkan performansi objek observasi)
Pilih 2 objek lain yang mempunysai umur sama dan catat performansi mereka dengan prosedur yang sama (deskripsi objek 1, deskripsi objek 2)
Identifikasi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada objek tersebut pada aktivitas yang sama
Identifikasi pesamaan-persamaan yang muncul
Apa generalisasi yang akan dibuat setelah mengamati ketiga anak.
ANECDOTAL RECORDS
Persamaan dengan diary adalah menggunakan pencatatan naratif.
Perbedaannya tidak focus pada hanya satu anak atau kelompok, dan tidak terbatas pada kemunculan perilaku baru.
Melaporkan apapun yang terjadi dan penting bagi pengamat kapan saja perilaku terjadi, pada orang yang berbeda dan waktu yang berbeda.
Tidak membutuhkan spesifikasi waktu tertentu tetapi dapt dilakukan kapanpun ketika perilaku yang penting/menarik muncul, tidak tergantung pada setting atau lingkungan tertentu dan dapat dilakukan dimanapun. Tidak mensyaratkan kode khusus atau kategori atau diagram dapat ditulis secara sederhana pada buku catatan
Beberapa variasi :
Bersifat tematik : misalnya perilaku imitasi anak pada orang dewasa, akan menggambarkan bagaimana perilaku meniru terjadi
Bersifat interval (periode waktu tertentu : tidak focus pada tema tertentu tetapi akan melakukan pencatatan terhadap perilaku yang muncul pada periode waktu tertentu)
Pencatatan akumulasi terjadinya perilaku tertentu untuk dianalisis
Contoh penggunaan :
Membantu guru dalam mengetahui keadaan siswa pada tahun pertama sekolah. Jika guru mencatat secara teratur kejadian tertentu selama satu tahun maka ia akan dapat melakukan asesmen kemajuan, identifikasi perubahan tingkat pemahaman dan kesulitan yang ditemui.
• Tiga kegunaan lain : menguji dugaan tentang alasan perilaku atau gaya belajar anak, mengidentifikasi kondisi yang memperkuat perilaku, dan mendapatkan umpan balik tentang apa yang dipelajari anak dari unit kurikulum,
• Untuk mendapatkan informasi, menguji ide/dugaan, dan mengevaluasi kemajuan
Panduan Anecdotal record Brandt (1972)
1. Tuliskan secara berurutan anekdot yang muncul sesegera mungkin setelah terjadi
2. Identifikasi aktivitas utama dan perkataan dari orang kunci
3. Sertakan pernyataan tentang setting, waktu, dan aktivitas utama (ketika sebuah mobil sedang melewati.......)
4. Dekripsikan tindakan atau verbalisasi tokoh utama, dan respon atau reaksi dari orang lain dari situasi itu
5. Jika munkgin catat dengan tepat kata-kata yang muncul pada percakapan
6. Deskripsikan sesuai seperti urutan kejadian pada satu episode kejadian
7. Tiga level tindakan yang harus dicatat adalah :
Molar behavior (deskripsi perilaku/aktivitas utama) , “Ellen dan Mollen bermain puzzle di meja“
Sub ordinat molar unit (deskripsi unit perilaku/aktivitas yang lebih kecil), “Ellen bermain puzlle rumah sakit 3 kali, sedangkan Mollen setelah selesai satu puzzle beralih ke puzzle bentuk lain“.
Molecular units (deskripsi bagaimana perilaku/aktivitas utama dilakukan, gambaran kualitatif dari anecdot),“Ellen meletakkan dengan hati-hati sambil bersenandung lirih. Kadang berjalan mondar mandir“
8. Objektif, akurat dan lengkap
Contoh anecdotal records
232# Charlie Umur 3 tahun. Charlie bermain di rumah denan adik perempuannya. Dia berkata bahwa dia adalah ayah. Dari dapur, saudara perempuannya yang lebih tua memberinya beberapa roti karena saudarnaza tahu ia sangat suka. Ia mengatakan “apa yang akan aku lakukan dengan roti ini sekarang) Dia melanjutkan. lelaki tidak akan makan kecuali ketika lapar. Setelah 10 menit berlalu ia datang dan berkata ke sarah, “Dapatkah saya memperoleh roti sekarnang”. “Saya bukan ayah, Saya charlie“.
334# Harlan ......
CONTOH TERAPAN OBSERVASI
Psikologi Klinis
- Identifikasi simtom dari gangguan
- Identifikasi tingkat gangguan
- Pendukung dalam proses konseling
- Evaluasi kemajuan terapi / konseling
- Pendukung dalam proses psikotes : projektif individual
- Bersama-sama dengan wawancara pada in take interv. dan konseling
- dll
BIDANG PERKEMBANGAN
Identifikasi kemunculan gejala/simtom yang muncul dari gangguan/permasalahan perkembangan (khususnya anak)
Identifikasi level gangguan perkembangan
Identifikasi tingkat perkembangan anak
Evaluasi hasil terapi atau intervensi pada anak
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM PIO
Studi ergonomika, contoh penelitian tentang peralatan militer mungkin di simulasikan
Seleksi dan asesmen kepribadian, ada intervensi perlakuan kemudian dilihat bagaimana perilaku peserta
Analisis jabatan, natural tanpa intervensi
Identifikasi kebutuhan training
Pemantauan perilaku dalam proses training (terutama out bound)
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Penelitian studi kelayakan kebijakan pendidikan
Penelitian evaluasi kebijakan
Penelitian tindakan kelas oleh guru
Penilaian kemampuan mengajar
Evaluasi hasil belajar
Asesmen awal kemampuan siswa
Identifikasi permasalahan siswa: belajar dan pribadi
Monggo dipun padosi piyambak nggih
TERAPAN DI BIDANG PSIKOLOGI SOSIAL
Studi Pemetaan masalah sosial dan kecenderungan masyarakat *
Studi kancah masalah sosial * : agresivitas masyarakat, pelacuran, anak jalanan, tawuran.
Studi perilaku manusia dalam situasi sosial * : perempatan, perilaku menolong (eksperimental – partisipan)
Evaluasi penderitaan korban : kasus rifka anisa dll
Identifikasi kebutuhan intervensi sosial
dll
PENGOLAHAN DATA
untuk menuju kesimpulan
Pengolahan data akan berbeda sesuai konteks penggunaan metode ; penelitian vs psikodiagnostik
Pada konteks penelitian biasanya menggunakan beberapa metode, proses pengolahan data lebih rumit
Pengolahan data pada observasi sebagai metode tunggal berbeda dengan penggunaan berbagai metode pengumpulan data
Pada konteks psikodiagnostik proses secara umum lebih sederhana dan tergantung keperluan
BENTUK DATA HASIL OBSERVASI (monggo dipun kritisi)
Angka (kuantifikasi hasil observasi)
Checklist : frekuensi
Rating scales : skor
Time sampling : frekuensi,durasi
Desripsi naratif
Catatan harian
Anecdotal records
Event sampling
Dokumen tertulis dan tidak tertulis
Un obstrusive
Catatan harian/anecdotal records dll. orang lain
Pemaparan Hasil Observasi (Patton, dalam Poerwandari, 1998)
Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai dari awal hingga akhir
Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa kunci, berdasarkan urutan kepentingan insiden tersebut
Mendeskripsikan setiap tempat, setting dan atau lokasi yang berbeda sebelum mempresentasikan gambaran dan pola pada umumnya
Fokuskan analisis pada individu-individu atau kelompok-kelompok
Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi (proses komunikasi dll)
Memfokus pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan menjawab tujuan observasi/penelitian
Organisasi data
Data banyak dan berasal dari berbagai cara pengumpulan data.
Proses sederhana yang dilakukan adalah menyusun, mengelompokan, dan menghimpun data sesuai dengan tujuan penelitian dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
Meliputi data mentah (catatan lapangan, kaset), data yang sudah diproses (trasnkripsi wawancara), dan bentuk-bentuk dari pengolahan dari data mentah dan semua berkas yang diperoleh dari proses penelitian (observasi)
Koding
Proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh dengan maksud untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.
Langkah koding :
peneliti menyusun catatan lapangan dengan ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan catatan (untuk kode dan catatan tertentu)
Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada catatan lapangan tersebut (penomoran baru perbaris atau per paragraf)
Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu
Contoh. OS.L2Jun03 : Hasil observasi siswa laki-laki pada 2 Juni 2003
Integrasi dan Analisis data
Pengintegrasian data dari berbagai sumber, komunikasi antar data, distrukturisasikan sesuai kebutuhan, untuk kemudian di analisis
Analisis data membutuhkan kepekaan teoritis, karena observer/peneliti melakukan upaya mengembangkan teori atau berteori.
Kepekaan teoritis mengacu pada kemampuan untuk memperoleh insight, memberi makna pada data, memahami dan memilah mana yang esensial dan yang tidak.
Teknik-teknik untuk meningkatkan kepekaan teoritis adalah sebagai berikut :
mengembangkan pertanyaan-pertanyaa “what? Who? When? Where? How? How Much? Dan Why?”
Analisis kata, frase, kalimat (pada observasi apa ya?)
Analisis tahap lanjut melalui perbandingan. Melakukan perbandingan sistematis terhadap dua atau lebih fenomena yang ditampilkan dalam data, baik terhadap gejala-gejala yang dekat atau memiliki kesamaan karakteristik tertentu, ataupun terhadap gejala-gejala yang dianggap berjauhan atau tidak memiliki kesamaan karakteristik apapun.
Interpretasi
Upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam berdasarkan perspektif peneliti/obsever terhadap apa yang diobservasi dan menginterpretasi data melalui persepektif tersebut, melampaui apa yang secara langsung dikatakan atau dilihat pada responden, untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak tertampilkan dalam data mentah.
Tiga konteks interpretasi :
Interpretasi pemahaman diri : peneliti/obsever berusaha memformulasikan dalam bentuk padat apa yang oleh subjek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya atau perilakunya.
Interpretasi pemahaman biasa yang kritis : peneliti beranjak lebih jauh dengan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas dari pemahaman subjek penelitian dengan bersikap kritis terhadap apa yang ditunjukkan subjek baik dengan memfokuskan diri pada pada isi maupun subjek yang diamati (pembuat pernyataan). Peneliti mengambil posisi sebagai masyarakat umum di mana subjek penelitian berada.
Interpretasi pemahaman teoritis : peneliti menggunakan kerangka teoritis tertentu untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek dan penalaran umum
Penelitian yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi tetapi berakhir pada kesimpulan pemahaman teoritis.
Kesimpulan
Peneliti/observer menyimpulkan tentang gejala yang diamati berdasarkan analis dan interpretasi yang dilakukan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan dan tujuan observasi.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Pengetahuan, values, attitudes, dan pengalaman berfungsi sebagai filters
Tidak semua data yang kita butuhkan “tersedia“ :
Luput dari perhatian
Gagal mendapatkan sense impressions of an object or event
Penyebab hasil observasi tidak lengkap :
Level of concentration
Fatigue/illness
Situation
The annount of time
Two biases :
Personal
Theory
IMPLEMENTATION OF FINDINGS
Implementasi pertanyaan penelitian
Conditions . The physical & psychological characteristics
On going evaluation :
Jeda pengumpulan data dengan ? Data yang kurang
Comparison between some event, object, behavior
KASUS 1
Klien : perempuan
Kasus bakat ; ingin mengulang tes, sekarang di Tek. SIpil di PTS ingin ke UGM
Observ. Tes WAIS
Respon lambat dalam menjawab pertanyaan
Kurang konsentrasi terhadap pertanyaan sehingga harus diulang
Mudah menyerah
KASUS 2
Klien : laki-laki
Kasus bakat (pribadi?)
Ikut keluarga, tidak mau diajak ORTU ke Perancis
Minder, salah satu tangan berjari 6
Hasil observasi :
Ragu-ragu, takut, kurang percaya diri, malas mencoba
Selama tes menutupi mulut dengan tangan
Amitya Kumara
MATERI KULIAH OBSERVASI
1. Definisi, tujuan, Manfaat, Kelebihan dan Kelemahan,
2. Observer, proses observasi, dan objektivitas data observasi
3. Observasi sehari-hari dan observasi ilmiah, dan observasi sebagai alat psikodiagnotik
4. observasi sistematik-non sistematik, Partisipan-non partisipan, Eksperimental-natural
5. Pencatatan hasil observasi dan praktek
6. Strategi observasi jenis naratif
7. Strategi observasi Event sampling dan time sampling
8. Strategi observasi Check lists dan rating scales
9. Pengolahan dan interpretasi data observasi
10. Penutup : penyajian data observasi dan review
OBSERVASI dalam PSIKODIAGNOSTIKA
Berkaitan dengan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakan diagnosis psikologis
Ada proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel psikologis
Psikodiagnostik bukan hanya milik psikologi klinis, walapun istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.
Mengapa Perlu Observasi bagi Psikolog
Goodwin & Driscoll (dalam Bentzen, 1993)
Memungkinkan mengukur perilaku yang tidak dapat dengan alat ukur psikologis lain (banyak pada anak)
Prosedur formal ditanggapi tidak serius (tidak dapat dilakukan)
Lebih tidak mengancam (pada anak lebih akurat)
Kegunaan observasi dalam psikodiagnostik
Keperluan asesmen awal
Menentukan kekuatan observee dan menggunakannya untuk meningkatkan hal-hal yang masih lemah
Dasar merancang rencana individual
Dasar dari titik awal kemajuan klien
Mengetahui perkembangan anak pada area tertentu
Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan anak
Bahan untuk memberi laporan kepada orang tua, guru, dokter, dan profesi lain
Informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan BK
Informasi status klien klinis (di rumah sakit jiwa)
TUGAS
Carilah objek observasi :
Fisik
Manusia (individu)
Kelompok
Catatlah hasil amatan Anda
Apa makna amatan tersebut?
Apa kesimpulan Anda?
PRO DAN KONTRA
Patton (1990) persepsi selektif manusia menyebabkan munculnya keragu-raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode pengumpulan data ilmiah.
Dia menjelaskan pengaruh persepsi selektif yang diwarnai bias dan minat pribadi terjadi pada kebanyak orang awam yang tidak terlatih untuk dapat disebut sebagai peneliti terlatih
Agar dapat menjadi metode yang akurat maka harus dilakukan oleh peneliti yang melewati latihan-latihan yang memadai dan telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
- Observasi
Definisi dan deskripsi umumIstilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul , dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
- Sebagai metode yang paling dasar dan paling tua, dasar karena dalam setiap aktivitas psikologi ada aspek observasi
- Semua bentuk penelitian kualitatif dan kuantitatif mengandung aspek obsevasi
- Dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister, 1994)
PENGERTIAN Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti
Pengertian sempit
Pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diselidiki baik dalam situasi alamiah maupun situasi buatan
Pengertian luas
Termasuk pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya maupun yang diadakan khusus untuk keperluan tersebut.
TUJUAN OBSERVASI
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.
PENTINGNYA OBSERVASI, Patton (1990)
1. peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
2. Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientsai pada penemuan daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif. Pengaruh konseptualisasi (yang ada sebelumnya) ttg topik yang diamati berkurang
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu
4. Memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan secara terbuka dengan wawancara
5. Mengatasi persepsi selektif dan peneliti dapat bergerak lebih jauh
6. Memungkinkan peneliti merefleksi & bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi & perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena
Apa yang diobservasi
Berdasarkan tujuan / variabel yang menjadi target
Ekspresi verbal, non verbal, respons verbal/non verbal/perilaku terhadap stimulus, atau kemunculan indikator khusus
Level observasi dapat aspek khusus dari perilaku, individu, kelompok, dan situasi/proses
Waktu (kapan, kecepatan, durasi), lokasi (tempat), penampakan eksterior (cara jalan, berpakaian), gaya bahasa (intonasi, pilihan kata)
Webb dkk (1966) & Denzin (1970) Yang diobservasi :
Exterior physical signs : pakaian, gaya rambut, sepatu, tato, rumah, perhiasan dll
Expressive movements : gerakan-gerakan tubuh seperti gerakan mata, wajah, postur, lengan, senyum, kerutan dahi dll
Physical location : perhatikan personal space dan lingkungan fisik
Language behaviour : menyilangkan kaki dll
Time duration
Diterapkan pada kelas sosial, status, jender, dan sikap sosial
Reliabilitas & Validitas
Reliabilitas : Metode yang reliabel, metode yang digunakan orang lain dalam kondisi yang sama akan menunjukkan hasil yang sama atau serupa. Perlunya reliabilitas antar rater
Valisitas : keakuratan/keterpercayaan seberapa tepat metode mengukur apa yang diukur. Validitas tidak intrinsik ada pada metode karena dapat lebih dihubungkan dengan problem yang diteliti. Contoh Untuk meneliti tentang kelas sosial lebih valid dengan wawancara daripada observasi mobil yang dipakai
ETIKA OBSERVASI
Privacy subjek
Keamanan subjek
Persetujuan subjek
Perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan
Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
Pencegahan kecuragan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau masyarakat
Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negatif
Pertimbangan diatas diterapkan pada 3 tahap penelitian yaitu rencangan penelitian, proses di lapangan, dan penulisan-publikasi
JENIS OBSERVASI
OBSERVASI SISTEMATIK
Disbt juga observasi terstruktur; ada kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati
Sistematik : lebihmenekankan pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya setiap 10 menit)
Hal perlu diperhatikan :
Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus
Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin dikuantifikasikan
Dapat menggunakan one way screen
OBSERVASI EKSPERIMENTAL
Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi situasi
Ciri penting :
Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau berbeda
Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku
Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud observasi
OBSERVASI PARTISIPAN
Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi
Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial dalam pabrik-penjara dll
Perlu diperhatikan :
Materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi
Waktu dan Bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dg kata kunci. Kronologis – sistematis
HUbungan : mencegah kecurigaan, pendekatan yang baik dan menjaga situasi tetap wajar
Kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi
TINGKAT PARTISIPASI
Partisipasi lengkap (penuh)
Anggota penuh
Partisipasi fungsional
Aktivitas tertentu bergabung
Partisipasi sebagai pengamat
Obtrusive dan unobtrusive
Unobstrusive measures - unobstrusive methods – non reactive methods
Metode tidak mengganggu lingkungan sosial, tidak terlibat dengan penduduk, tanpa berinteraksi dengan subjek melalui pertanyaan atau perlakuan lainnya.
Termasuk un obtrusive methods: tulisan dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik), jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di musium, isi dari buku-buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques; kamera, video dll, rekaman politik dan demografi
Obtrusive : wawancara, kuesioner, eksperimen manipulatif, tes
“Contrived“ observation
Menggunakan perangkat keras seperti kamera, tape recorders, one way mirrors dll.
Experimental manipulation dipandang sebagai non reactive jika tidak disadari oleh subjek (Bochner, 1979) vs sisi etika observasi
OBSERVASI FORMAL DAN INFORMAL
(Goodwin & Driscoll, 1980)
Observasi formal mempunyai sifat tersruktur yang tinggi, terkontrol dan biasanya untuk penelitian
Observasi formal perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati, menyusun data, melatih obsrerver dan menjaga reliabilitas antar rater, pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang sophisticated.
Observasi in formal mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol, elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan.
Observasi informal sering disebut juga naturalistic observation (lho menopo hubunganipun kalian observasi yang non eskperimental?)
Observasi Partisipan & Observasi Unobstrusif
Observasi partisipan : peneliti berinteraksi dengan subjek yang dipelajari dan melakukan observasi dalam interaksi tersebut, dan biasanya sebagai bagian dari proses wawancara dan menggunakan informan
Observasi dengan observer yang tidak menampakan diri (penyembunyian diri) dan memisahkan diri dari yang diobservasi
Keuntungan
Data “nyata“ bukan perilaku yang dilaporkan
Aman
Mungkin untuk diulang
Tanpa mengganggu
Mudah diakses dan dilakukan
Mudah
Baik sebagai sumber data longitudinal
Kelemahan
Distorsi dari data asli, terutama sumber berupa arsip
Decontextualising (emic-ingroup/etic-outsider)
Peran Intervening variable
Bias dari metode tunggal
Keterbatasan wilayah terapan
Observasi Dipandang Ilmiah, Jika : (Jehoda)
Mengabdi pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan
Direncanakan secara sistematik, bukan kebetulan dan tidak beraturan
Dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi yang lebih umum, tidak sekedar memenuhi rasa ingin tahu
Dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitasnya
Larah-larahipun mekaten den !
Narrative types
pengumpulan (pencatatan) data oleh observer apa adanya sesuai (sama) dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang terjadi pada situasi nyata.
Checklist notations
Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dengan sebagai refleksi dari penilaian observer
Salajengipun mekaten !
Diary descriptions :
Pengamatan (pencatatan) perubahan-perubahan pada perkembangan perilaku secara umum atau perilaku spesifik sesuai tujuan observasi seperti perkembangan bahasa dll. Membutuhkan waktu yang panjang dan frekuensi kontak yang banyak
Specimen descriptions (desriftif naratif, running records)
Pengamatan yang detail dan lengkap, intensif dan kontinyu dengan pencatatan naratif sekuensial terhadap episode tunggal dari perilaku dan keadaan lingkungannya.
Time sampling
Pengamatan seperti specimen descriptions terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi) pada interval waktu tertentu yang telah ditentukan (biasanya frekuensi kejadian perilaku)
Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati pada situasi tertentu
Field unit analysis
Ada kesamaannya dengan specimen records, tapi metode ini mengkaitkan perilaku-perilaku yang terjadi pada pengamatan ke dalam unit-unit perilaku yang sudah disusun dan menyediakan fasilitas on the spot coding.
Checklist
Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
Melihat kehadiran perilaku yang dianggap penting
Tidak memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, dan kualitas perilaku
Digunakan pada time sampling, event sampling
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Keunggulan
Strategi yang sederhana dan relatif mudah
Merekam dengan cepat dan efisien, kebutuhan energi observer minimum
Ketrampilan yang dibutuhkan dari observer relatif lebih sederhana
Seteleh dilakukan check terhadap perilaku dapat ditambahkan catatan tertentu
Mudah diolah dalam lembar komputasi (dan proses kuantifikasi)
Kelemahan
Informasi terlalu sedikit
Informasi kurang mendalam
Tidak ada informasi tentang bagaimana (kualitas, durasi, frekwensi)
PANDUAN CHECKLIST
Tentukan tujuan observasi
Tentukan definisi operasional perilaku
Tentukan content perilaku yang akan diobservasi
Susun checklist berdasarkan content perilaku sebelum observasi dilakukan
Identifikasi secara detail content perilaku
Organisasi detail content perilaku harus logis
Organisasi checklist harus dapat mencapai tujuan : identifikasi kehadiran/ketidakhadiran target perilaku dan merekam perkembangan kronologis (munculnya ketrampilan tertentu)
Gunakan cheklist untuk melihat kehadiran perilaku target
Dua tipe checklist
Static descriptor
Seperangkat aitem yang mendeskripsikan karakteristik subjek atau setting yang relatif stabil : umur, jenis kelamin, ras, status ekonomi, karakteristik lingkungan, dan waktu
Action
Seperangkat aitem yang mendeskripsikan perilaku/tindakan spesifik observee
Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dalam bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari penilaian observer
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dalam bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari penilaian observer
DESKRIPSI RATING SCALES
Didesain untuk mengukur kuantifikasi impresi dari pengamatan
Penilaian kuantitatif tentang tingkat terjadinya perilaku atau bagaimana perilaku ditampakan
Menjadi mudah dan cepat untuk memaknakan kesimpulan dari impresi yang didapatkan
Dapat mengukur ciri sifat dan perilaku yang tidak dapat diungkap oleh strategi lain
Metode asesment > metode deskriptif
Dapat sebagai perekaman on the spot, ada yang tidak
TIPE RATING SCALES
Numerical : angka tertentu dikaitkan dengan nilai tertentu dari perilaku
1 = Perilaku mengganggu, meninggalkan kelompok
2 = Perilaku mengganggu tidak tampak
3 = Mengikuti guru, tatapan mengarah ke guru
4 = Mengikuti guru, ekspresi menunjukkan ketertarikan
5 = Mengikuti guru, melaksanakan instruksi
Graphic : Kemunculan perilaku tertentu dinilai berdasarkan rentang penilaian yang bersifat meningkat (bentuk garis lurus)
Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah
kadang
Semantic differential (termasuk grafik) dengan tujuh unit penilaian pada perilaku yang bipolar
1 2 3 4 5 6 7
Aktif Pasif
Bersahabat Bermusuhan
Standart
Penilai dihadapkan pada satu set standar untuk menilai yang lain
Cumulated points
Penilaian didasarkan pada akumulasi terhadap penilaian unit-unit perilaku tertentu
Forced-choice
Rater dihadapkan pada satu set deskripsi kualitas tertentu dan memilih satu yang sesuai dengan hasil pengamatan
6 FAKTOR POTENSIAL RATER ERRORS
Error of leniency
Error of central tendency
Hallo effect
Error of logic
Error of contrast
Proximity error
KEUNTUNGAN
Efisiensi waktu
Lebih menarik bagi observer
Lebih mudah diskor dan dikuantifikasi (statistik)
Dapat mengukur perilaku lebih luas termasuk trait
Dapat membandingkan antar individu dan intraindividu
Membutuhkan minimum training
Memfasilitasi melihat hubungan realita dan persepsi individu (rating guru dan DO)
KELEMAHAN
Peluang error dan bias cukup besar
Ambiguitas aitem
Pengaruh penerimaan sosial
Kurang bercerita tentang penyebab perilaku
SIAP LETNAN?
Pernyataan pendek, simple, dan tidak ambigu
Berhubungan dengan trait yang akan diungkap
Pilih kata yang berhubungan dengan skala (tidak overlap dengan deskripsi)
Hindari penggunaan pernyataan seperti average, excellent, dan very
Hindari pernyataan yang mengandung unsur baik-buruk
Nilai semua individu pada satu trait sebelum ke trait lainnya
Lebih baik jika kita tidak kenal
Lakukan dengan hati-hati
Time sampling
Pengamatan terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi) pada interval waktu yang telah ditentukan (biasanya kemunculan perilaku, frekuensi, dan durasi)
Deskripsi Time Sampling
Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa terjadi (Goodenough).
Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
Variasi penggunaan time sampling:
Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama interval waktu tertentu.
Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam pengamatan dengan tanda cek satu.
Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah interval waktu.
Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa terjadi (Goodenough).
Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
Variasi penggunaan time sampling:
Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama interval waktu tertentu.
Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam pengamatan dengan tanda cek satu.
Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah interval waktu.
Kelemahan Time sampling Kerlinger (1973)
Kehilangan gambaran kontinyuitas
Kehilangan konteks
Kehilangan sifat-sifat natural.
Panduan Time Sampling
Definisi operasional overt behavior harus jelas dan dipahami semua yang terlibat (observer)
Tetapkan tujuan observasi dengan jelas sehingga dapat membuat struktur time sampling dengan jelas, antara lain :
Jumlah subjek yang dibutuhkan
Fokus observasi pada hasil yang menekankan pada perilaku individu atau kelompok
Seberapa banyak observasi akan dilakukan agar sample representatif
Tetapkan informasi apa yang dibutuhkan untuk direkam : apakah kemunculan perilaku, frekuensi perilaku atau durasi.
Tetapkan interval waktu yang digunakan :
Penentuan panjang interval didasarkan pada frekuensi kehadiran perilaku, dan interval minimum kemunuculan satu perilaku
Jeda antar interval waktu (spacing), tergantung pada panjang interval dan detail yang direkam (misalnya berapa katergori) atau tanpa jeda .
Jumlah total interval yang dibutuhkan pada setiap subjek tergantung pada terpenuhinya sample perilaku yang representative.
Contoh Rancangan Observasinipun mekaten !
Seorang psikolog yang tertarik dengan permasalahan anak di sekolah, dan ingin mendapatkan informasi spesifik, dia dapat , mengobservasi anak pada 5 menit pertama tiap jam, dan focus pada perilaku ketika ada tugas dan tanpa tugas.
Dia dapat mengobservasi dengan beberapa pilihan :
Mengobservasi 5 menit pertama setiap jam (dapat memberi informasi selama satu hari tapi tidak mendapatkan gambaran pada aktivitas yang berbeda)
Mengobservasi 5 menit pertama pada tiap aktivitas terpilih (dapat dibandingkan antar aktivitas)
Memilih satu atau lebih aktivitas dan mengobservasi selama 10-15 menit untuk mendapatkan gambaran pada ke dua jenis situasi
PERBANDINGAN TIME SAMPLING DAN EVENT SAMPLING
Kesamaan dengan time sampling adalah sampel perilaku
Time sampling focus pada waktu tertentu, event sampling focus pada perilaku itu sendiri.
Time sampling focus pada eksistensi dari event, sedangkan event sampling focus pada eksplorasi dari karakteristik event.
Pada event sampling, obserber menunggu kemunculan perilaku yang dipilih kemudian merekamnya. Tidak ada batasan waktu, focus ada pada perilaku itu sendiri dan waktu adalah sebagai akibat dari durasi normal dari peristiwa. Rentang perilaku-perilaku yang diamati dibatasi
pada event sampling, waktu yang dibutuhkan tidak dapat ditentukan seperti pada time sampling.
Time sampling focus pada frekuensi dan durasi guru berbicara dibandingkan siswa berbicara, maka event sampling focus pada kepada siapa guru berbicara, dan apa penyebab dan hasil dari perilaku tersebut.
Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati pada situasi tertentu
KEUNGGULAN EVENT SAMPLING
Efisien untuk mengurangi waktu observasi
Dapat dirangkum dan dianalisis statistik dengan mudah.
Panduan Event sampling
1. Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi dengan jelas
2. Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi
3. Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan pencatatan naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang pertengkaran tadi adalah berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika pertengkaran dimulai, jenis perilaku dalam pertengkaran, apa yang dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya, dan apa yang terjadi setelah pertengkaran.
4. Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin
Contoh observasi event sampling dilakukan oleh Helen C. dawe (1934)
Observasi pada natural setting, observasi pada 200 pertengkaran anak TK. Penyelidikan diarahkan pada pertengkaran spontan selama bermain bebas pada sekolah TK dari 19 oktober 1931 sampai 17 pebruari 1932. Subjek adalah 19 perempuan dan 21 laki-laki. Berumur 25-60 bulan.
Proses observasi : Observer menunggu pertengkaran terjadi, ketika terjadi stopwatch diaktifkan, dan mengamati apa yang terjadi, ketika pertengkaran selesai maka stopwatch dimatikan. Yang disiapkan adalah blangko pengamatan yaitu nama subjek, umur dan jenis kelamin anak yang terlibat, durasi pertengkaran, problem yang menyebabkan pertengkaran, perilaku yang terjadi,. Setelah kejadian observer menuliskan secepatnya apa yang diingat.
Hasil Analisis data :
dari 58.75 jam observasi, terjadi 200 pertengkaran, dengan rata-rata 3.4 perjam
68 pertengkaran terjjadi di luar ruangan, dan 132 di dalam ruangan
Hanya 13 yang lebih dari 1 menit
Laki-laki lebih sering bertengkar dari perempuan.
Penyebab pertengkaran adalah perselisihan terkait dengan kepemilikian benda
Anak-anak yang terlibat pertengkaran cepat berbaikan kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
STRATEGI CATATAN HARIAN
DAN ANECDOTAL RECORDS
CATATAN HARIAN
Teknik pengamatan yang merekam perubahan atau perkembangan baru atau perilaku baru pada subjek pengamatan.
Aitemisasi perubahan perilaku.
Pengamat mencatat secara langsung pada saat kejadian atau sesegera mungkin setelah kejadian setiap hari sehingga membutuhkan interaksi yang tetap dan berlangsung lama
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN
Kelebihan
1. Memberikan gambaran Proses perubahan/perkembangan seiring waktu secara jelas dan detail
2. Merupakan gudang data
yang kaya
Kritik/Kelemahan metode ini adalah
(William Stern):
Bias seleksi : kehilangan keterwakilan sifat-sifat fakta
Bias observasi :
Reliabilitas pencatatan
Objektivitas interpretasi
Keterbatasan Kasus untuk generalisasi
Waktu dan sumber daya terlalu banyak : dalam rentang tertentu dan tiap hari melakukan pengamatan (tidak efisien)
Penggunaan Diary Descpriptions
Studi kasus
Digunakan untuk menyelidikan anak-anak atau kasus yang “spesial’’
Studi ethologis
Penelitian pada binatang yang tidak dapat berbicara, yang hasilnya dapat diterapkan pada manusia
Langkah-langkah dalam Diary descriptions
Tentukan target perilaku yang akan diamati (dapat perilaku umum, atau aspek khusus, misalnya perilaku terkait dengan merokok)
Tentukan subjek pengamatan dan panjang pengamatan (sebagai latihan selama 1 minggu)G
Siapkan jurnal atau pencatatan harian
Format pencatatan hasil pengamatan
Tanggal, waktu, setting-lokasi, objek observasi, umur
Deskripsi anak dan setting observasi dilakukan
Temuan perilaku beserta waktu kejadian dalam pengamatan (harian) dapat dilengakapi dengan kolom catatan-catatan khusus
Rangkuman temuan selama satu minggu
Pengolahan hasil pengamatan (generalisasi)
Deskripsi ringkas aktivitas dan informasi yang relevan untuk memahami setting
Deskripsi objek observasi dan bagaimana perilakunya
Susun pernyataan yang tepat untuk generalisasi pada populasi (karakteristik yang sama (umum dsb) berdasarkan performansi objek observasi)
Pilih 2 objek lain yang mempunysai umur sama dan catat performansi mereka dengan prosedur yang sama (deskripsi objek 1, deskripsi objek 2)
Identifikasi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada objek tersebut pada aktivitas yang sama
Identifikasi pesamaan-persamaan yang muncul
Apa generalisasi yang akan dibuat setelah mengamati ketiga anak.
ANECDOTAL RECORDS
Persamaan dengan diary adalah menggunakan pencatatan naratif.
Perbedaannya tidak focus pada hanya satu anak atau kelompok, dan tidak terbatas pada kemunculan perilaku baru.
Melaporkan apapun yang terjadi dan penting bagi pengamat kapan saja perilaku terjadi, pada orang yang berbeda dan waktu yang berbeda.
Tidak membutuhkan spesifikasi waktu tertentu tetapi dapt dilakukan kapanpun ketika perilaku yang penting/menarik muncul, tidak tergantung pada setting atau lingkungan tertentu dan dapat dilakukan dimanapun. Tidak mensyaratkan kode khusus atau kategori atau diagram dapat ditulis secara sederhana pada buku catatan
Beberapa variasi :
Bersifat tematik : misalnya perilaku imitasi anak pada orang dewasa, akan menggambarkan bagaimana perilaku meniru terjadi
Bersifat interval (periode waktu tertentu : tidak focus pada tema tertentu tetapi akan melakukan pencatatan terhadap perilaku yang muncul pada periode waktu tertentu)
Pencatatan akumulasi terjadinya perilaku tertentu untuk dianalisis
Contoh penggunaan :
Membantu guru dalam mengetahui keadaan siswa pada tahun pertama sekolah. Jika guru mencatat secara teratur kejadian tertentu selama satu tahun maka ia akan dapat melakukan asesmen kemajuan, identifikasi perubahan tingkat pemahaman dan kesulitan yang ditemui.
• Tiga kegunaan lain : menguji dugaan tentang alasan perilaku atau gaya belajar anak, mengidentifikasi kondisi yang memperkuat perilaku, dan mendapatkan umpan balik tentang apa yang dipelajari anak dari unit kurikulum,
• Untuk mendapatkan informasi, menguji ide/dugaan, dan mengevaluasi kemajuan
Panduan Anecdotal record Brandt (1972)
1. Tuliskan secara berurutan anekdot yang muncul sesegera mungkin setelah terjadi
2. Identifikasi aktivitas utama dan perkataan dari orang kunci
3. Sertakan pernyataan tentang setting, waktu, dan aktivitas utama (ketika sebuah mobil sedang melewati.......)
4. Dekripsikan tindakan atau verbalisasi tokoh utama, dan respon atau reaksi dari orang lain dari situasi itu
5. Jika munkgin catat dengan tepat kata-kata yang muncul pada percakapan
6. Deskripsikan sesuai seperti urutan kejadian pada satu episode kejadian
7. Tiga level tindakan yang harus dicatat adalah :
Molar behavior (deskripsi perilaku/aktivitas utama) , “Ellen dan Mollen bermain puzzle di meja“
Sub ordinat molar unit (deskripsi unit perilaku/aktivitas yang lebih kecil), “Ellen bermain puzlle rumah sakit 3 kali, sedangkan Mollen setelah selesai satu puzzle beralih ke puzzle bentuk lain“.
Molecular units (deskripsi bagaimana perilaku/aktivitas utama dilakukan, gambaran kualitatif dari anecdot),“Ellen meletakkan dengan hati-hati sambil bersenandung lirih. Kadang berjalan mondar mandir“
8. Objektif, akurat dan lengkap
Contoh anecdotal records
232# Charlie Umur 3 tahun. Charlie bermain di rumah denan adik perempuannya. Dia berkata bahwa dia adalah ayah. Dari dapur, saudara perempuannya yang lebih tua memberinya beberapa roti karena saudarnaza tahu ia sangat suka. Ia mengatakan “apa yang akan aku lakukan dengan roti ini sekarang) Dia melanjutkan. lelaki tidak akan makan kecuali ketika lapar. Setelah 10 menit berlalu ia datang dan berkata ke sarah, “Dapatkah saya memperoleh roti sekarnang”. “Saya bukan ayah, Saya charlie“.
334# Harlan ......
CONTOH TERAPAN OBSERVASI
Psikologi Klinis
- Identifikasi simtom dari gangguan
- Identifikasi tingkat gangguan
- Pendukung dalam proses konseling
- Evaluasi kemajuan terapi / konseling
- Pendukung dalam proses psikotes : projektif individual
- Bersama-sama dengan wawancara pada in take interv. dan konseling
- dll
BIDANG PERKEMBANGAN
Identifikasi kemunculan gejala/simtom yang muncul dari gangguan/permasalahan perkembangan (khususnya anak)
Identifikasi level gangguan perkembangan
Identifikasi tingkat perkembangan anak
Evaluasi hasil terapi atau intervensi pada anak
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM PIO
Studi ergonomika, contoh penelitian tentang peralatan militer mungkin di simulasikan
Seleksi dan asesmen kepribadian, ada intervensi perlakuan kemudian dilihat bagaimana perilaku peserta
Analisis jabatan, natural tanpa intervensi
Identifikasi kebutuhan training
Pemantauan perilaku dalam proses training (terutama out bound)
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Penelitian studi kelayakan kebijakan pendidikan
Penelitian evaluasi kebijakan
Penelitian tindakan kelas oleh guru
Penilaian kemampuan mengajar
Evaluasi hasil belajar
Asesmen awal kemampuan siswa
Identifikasi permasalahan siswa: belajar dan pribadi
Monggo dipun padosi piyambak nggih
TERAPAN DI BIDANG PSIKOLOGI SOSIAL
Studi Pemetaan masalah sosial dan kecenderungan masyarakat *
Studi kancah masalah sosial * : agresivitas masyarakat, pelacuran, anak jalanan, tawuran.
Studi perilaku manusia dalam situasi sosial * : perempatan, perilaku menolong (eksperimental – partisipan)
Evaluasi penderitaan korban : kasus rifka anisa dll
Identifikasi kebutuhan intervensi sosial
dll
PENGOLAHAN DATA
untuk menuju kesimpulan
Pengolahan data akan berbeda sesuai konteks penggunaan metode ; penelitian vs psikodiagnostik
Pada konteks penelitian biasanya menggunakan beberapa metode, proses pengolahan data lebih rumit
Pengolahan data pada observasi sebagai metode tunggal berbeda dengan penggunaan berbagai metode pengumpulan data
Pada konteks psikodiagnostik proses secara umum lebih sederhana dan tergantung keperluan
BENTUK DATA HASIL OBSERVASI (monggo dipun kritisi)
Angka (kuantifikasi hasil observasi)
Checklist : frekuensi
Rating scales : skor
Time sampling : frekuensi,durasi
Desripsi naratif
Catatan harian
Anecdotal records
Event sampling
Dokumen tertulis dan tidak tertulis
Un obstrusive
Catatan harian/anecdotal records dll. orang lain
Pemaparan Hasil Observasi (Patton, dalam Poerwandari, 1998)
Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai dari awal hingga akhir
Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa kunci, berdasarkan urutan kepentingan insiden tersebut
Mendeskripsikan setiap tempat, setting dan atau lokasi yang berbeda sebelum mempresentasikan gambaran dan pola pada umumnya
Fokuskan analisis pada individu-individu atau kelompok-kelompok
Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi (proses komunikasi dll)
Memfokus pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan menjawab tujuan observasi/penelitian
Organisasi data
Data banyak dan berasal dari berbagai cara pengumpulan data.
Proses sederhana yang dilakukan adalah menyusun, mengelompokan, dan menghimpun data sesuai dengan tujuan penelitian dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
Meliputi data mentah (catatan lapangan, kaset), data yang sudah diproses (trasnkripsi wawancara), dan bentuk-bentuk dari pengolahan dari data mentah dan semua berkas yang diperoleh dari proses penelitian (observasi)
Koding
Proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh dengan maksud untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.
Langkah koding :
peneliti menyusun catatan lapangan dengan ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan catatan (untuk kode dan catatan tertentu)
Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada catatan lapangan tersebut (penomoran baru perbaris atau per paragraf)
Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu
Contoh. OS.L2Jun03 : Hasil observasi siswa laki-laki pada 2 Juni 2003
Integrasi dan Analisis data
Pengintegrasian data dari berbagai sumber, komunikasi antar data, distrukturisasikan sesuai kebutuhan, untuk kemudian di analisis
Analisis data membutuhkan kepekaan teoritis, karena observer/peneliti melakukan upaya mengembangkan teori atau berteori.
Kepekaan teoritis mengacu pada kemampuan untuk memperoleh insight, memberi makna pada data, memahami dan memilah mana yang esensial dan yang tidak.
Teknik-teknik untuk meningkatkan kepekaan teoritis adalah sebagai berikut :
mengembangkan pertanyaan-pertanyaa “what? Who? When? Where? How? How Much? Dan Why?”
Analisis kata, frase, kalimat (pada observasi apa ya?)
Analisis tahap lanjut melalui perbandingan. Melakukan perbandingan sistematis terhadap dua atau lebih fenomena yang ditampilkan dalam data, baik terhadap gejala-gejala yang dekat atau memiliki kesamaan karakteristik tertentu, ataupun terhadap gejala-gejala yang dianggap berjauhan atau tidak memiliki kesamaan karakteristik apapun.
Interpretasi
Upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam berdasarkan perspektif peneliti/obsever terhadap apa yang diobservasi dan menginterpretasi data melalui persepektif tersebut, melampaui apa yang secara langsung dikatakan atau dilihat pada responden, untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak tertampilkan dalam data mentah.
Tiga konteks interpretasi :
Interpretasi pemahaman diri : peneliti/obsever berusaha memformulasikan dalam bentuk padat apa yang oleh subjek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya atau perilakunya.
Interpretasi pemahaman biasa yang kritis : peneliti beranjak lebih jauh dengan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas dari pemahaman subjek penelitian dengan bersikap kritis terhadap apa yang ditunjukkan subjek baik dengan memfokuskan diri pada pada isi maupun subjek yang diamati (pembuat pernyataan). Peneliti mengambil posisi sebagai masyarakat umum di mana subjek penelitian berada.
Interpretasi pemahaman teoritis : peneliti menggunakan kerangka teoritis tertentu untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek dan penalaran umum
Penelitian yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi tetapi berakhir pada kesimpulan pemahaman teoritis.
Kesimpulan
Peneliti/observer menyimpulkan tentang gejala yang diamati berdasarkan analis dan interpretasi yang dilakukan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan dan tujuan observasi.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Pengetahuan, values, attitudes, dan pengalaman berfungsi sebagai filters
Tidak semua data yang kita butuhkan “tersedia“ :
Luput dari perhatian
Gagal mendapatkan sense impressions of an object or event
Penyebab hasil observasi tidak lengkap :
Level of concentration
Fatigue/illness
Situation
The annount of time
Two biases :
Personal
Theory
IMPLEMENTATION OF FINDINGS
Implementasi pertanyaan penelitian
Conditions . The physical & psychological characteristics
On going evaluation :
Jeda pengumpulan data dengan ? Data yang kurang
Comparison between some event, object, behavior
KASUS 1
Klien : perempuan
Kasus bakat ; ingin mengulang tes, sekarang di Tek. SIpil di PTS ingin ke UGM
Observ. Tes WAIS
Respon lambat dalam menjawab pertanyaan
Kurang konsentrasi terhadap pertanyaan sehingga harus diulang
Mudah menyerah
KASUS 2
Klien : laki-laki
Kasus bakat (pribadi?)
Ikut keluarga, tidak mau diajak ORTU ke Perancis
Minder, salah satu tangan berjari 6
Hasil observasi :
Ragu-ragu, takut, kurang percaya diri, malas mencoba
Selama tes menutupi mulut dengan tangan
psikomitri
PENGERTIAN PSIKOMETRI
Psikometri adalah cabang ilmu psikologi yang berkaitan dengan pengukuran atribut-atribut psikologis, Ex. IQ, EQ, SQ prilaku dilenkuen, keperibadian ekstovet-intervrt, mutifasi, prestasi belajar, kepercayan diri, dll.
1. PENGUKURAN
Pengukuran adalah prosedur kuantifikasi terhadap atribut atau variabel dengan aturaaturan tertentu sepanjang suatu kontinum
Cara pengadministrasian alat ukur, siksp tester terhadap subjek (teste) yang dikenai pengukuran, mudel skala yang digunakan dalam pensekoran (apakah model lekert: sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, atau menggunakan model thurstone)
2. KARAKTERISTIK PENGUKURAN
a) Pembanding antara antara atribut yang di ukur dengan alat ukurnya. Ketika pak anto’ mengenakan tes WAIS kepada asrul pada dasarnya pak anto’ hendak membandingkan skor yang di peroleh asrul pada tes WAIS dengan suatu kontinum skor yang ada pada tes WAI.
b) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif.
c) Hasilnya bersifat deskriptif.
3. KEGUNAAN PENGUKURAN
a) Objektifitas
b) Penyajian data secara rinci, bisa dilakukan analisis matematis, komunikasibilitas hasil yang tinggi
c) Ekonomi.
d) Generaliasi.
4. EVALUASI
a) Evaluasi adalah kegiatan membandingkan antara hasil ukur dengan satu norma atau suatu kreteria. Ssebagai contoh, seorang psikologi tidak bisa mengatakan bahwa skor 70 yang diperoleh leely (6 taun) pada tes BINET adalah tergolong baik atau buruk, sebelum psikolog tersebut membandingkan dengan norma yang ada. Seorang psikolog juga tidak bisa mengatakan skor 90 yang diperoleh asrul (25 tahun) pada tes WAIS tergolong sebagai IQ yang Average, Brigh Everage atau superior sebelum psikolong tersebut membandingkan dengan norma tes yang ada.
b) Hasilnya bersifat kualitatif.
c) Hasilnya dinyatakan secara evaluatif.
5. JENIS DATA
a) Skala nominal: adalah skala yang bersifat sebagai pembeda atau menunjukkan suatu karakteristik.
b) Skala ordinal: adalah adanya perbedaan jenjang. Contoh: rangking kelas, dll.
c) Skala interval:
a. Adanya perjenjangan dan jakarta antara jenjang diasumsikan sama.
b. Nol tidak mutlak.
c. Tidak dimungkinkan adanya perkalian atau pembagian.
d) skala rasio:
a. Interval yang memiliki nol mutlak.
b. Dapat dikenai operasi hitung.
6. BEBERAPA ISTILAH DALAM PSIKOMETRI
a) Konstanta : Memiliki Mean sebesar U (Mu) & memiliki varians = 0. Ex. π = 3, 141.
b) Variabel : Memiliki Mean sebesar U (Mu) & memiliki varians sebesar S2.
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singarimbun, 1989). Konsep-konsep yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang lebih operasional, yakni variabel dan konstruk (construct) belum sepenuhnya siap untuk diukur, kecuali bila telah didefinisikan secara operasional. Karena variabel dan konstruk mempunyai beberapa dimensi yang dapat diukur secara berbeda (Singarimbun, 1989).
c) Statistik : Besaran kuantitatif untuk suatu sampel.
d) Parameter : Besaran kuantitatif untuk suatu sampel.
1. TUJUAN TES PSIKOLOGI
a. Membandingkan dua atau lebih aspek atribut psikologis pada indiviidu yang sama
b. Membandingkan individu yang berbeda pada aspek atribut psikologis yang sama.
2. KARAKTERISTIK TES PSIKOLOGI
a. Tes adalah suatu prosedur yang sistematis yang terdiri dari stimulus yang didesain dengan baik dalam rangkaian tertentu berdasar kepada prinsip-prinsip konstruksi tes.
b. Tes psikologis melakukan baik pengukuran kuantitatif dengan menggunakan skala numerik maupun proses evaluasi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan sistem kategori. Contoh kategorisasi dalam tes WAIS:
19 kebawah : profound retardation.
20 – 34 : severe tetardation.
35 – 49 : moderat retardation.
50 – 70 : mild retardation.
71 – 79 : borderline.
80 – 89 : dull average.
90 – 109 : average.
110 – 119 : bright average.
120 – 129 : superior.
130 ke atas : very sop.
3. KLASIFIKASI TES PSIKOLOGI
1. Dimensi atribut psikologis
a. Atribut kongnitif
b. Atribut non kognitif
2. Dimensi materi yang digunakan dalam mmenyusun tes
a. Tes proyektif, contoh: tes TAT, CAT, Rho
b. Tes non proyektif contoh: tes WAIS tes BINIT, tes WISC,tes RMIB,, tes 16 PF, tes IST.
3. Diminsi administrasi
a. Tes kelompok , seperti tes IST untuk tes IQ
b. Tes individual, seperti tes WAIS, WISC, BINIT untuk tes IQ
TEORI TES KLASIK DAN ASUMSI-ASUMSINYA
1. Unsur-unsur dalam teori sudah dikembangkan & diaplikasikan sejak lama tetapi masih banyak digunakan hingga sekarang.
2. Teori berupa asumsi-asumsi yg dirumuskan secara matematis.
3. Modelnya disebut true score model
ASUMSI-ASUMSI TEORI TES KLASIK
a. ASUMSI 1: X=T+E
Ket: X= Observed Scores/Skor Tampak/Skor Perolehan/Skor Kasar
T= True Scores/Skor Murni
E= Error.
Contoh: Jika skor murni si Abdul dalam tes IQ =110, dalam Tes 1 X= 112 (maka E=+2) & dalam Tes 2 X= 108 (maka E= -2)
b. ASUMSI 2: ε (X)=T
Skor murni adalah Mean dari hasil beberapa kali pengkuran (diasumsikan tdk terbatas jumlahnya) yang dilakukan pada orang yg sama dgn alat tes yang sama, dimana setiap pengulangan tes bersifat independen.
c. ASUMSI 3: ρet = 0
Ket: ρ = r = korelasi
Distribusi Eror pengukuran (E) tidak berkorelasi dg distribusi skor murni (T)
Contoh: Abdul, T= 120
Tes 1, X = 122 (E = +2)
Tes 2, X = 118 (E= - 2)
d. ASUMSI 4: ρ E1 E2 = 0
Tidak terdapat korelasi antara kesalahan pada Tes 1 dengan Tes 2. Kecuali bila kesalahan dalam tes disebabkan oleh practice effect, Facking Bad, Faktor lingkungan, dll.
Contoh: Jika pada tes 1 Abdul mendapat (E = + 6), tidak berarti pada tes 2 Abdul akan mendapat skor (E) yg lebih besar dari tes 1.
e. ASUMSI 5: ρ E1 T2 = 0
Jika ada dua tes yang mengukur atribut yg sama, maka skor E pada tes 1 tidak berkorelasi dengan skor T pada tes 2, kecuali bila salah satu tes mengukur aspek yg berpengruh thdp terjadinya eror.
ASUMSI 5 INI MEMUNCULKAN KONSEP TES PARAREL DAN EKUIVALEN
f. ASUMSI 6 TES PARALEL
Dua tes disebut sebagai tes paralel (sama & bisa jadi badal), jika:
1. Skor T dari setiap subjek adalah sama pad kedua tes tersebut (T = T’).
2. Varians eror pada populasi yg dikenai tes adalah sama besar σe 2 = σe’ 2.
3. Memiliki Mean dan Varians skor X yang setara.
4. Dua tes disebut Equivalen jika besarnya perbedaan skor murni setiap individu pada kedua tes tersebut selalu tetap.
Contoh: Jika setiap orang yg dites di Impresi IAIN memperoleh skor 80, kemudian di tes di UNAIR pasti memperoleh skor 100, maka kedua tes disebut Ekuivalen.
g. ASUMSI 7 TES EQUIVALEN
Dua tes disebut Equivalen jika besarnya perbedaan skor murni setiap individu pada kedua tes tersebut selalu tetap.
Contoh: Jika setiap orang yg dites di Impresi IAIN memperoleh skor 80, kemudian di tes di UNAIR pasti memperoleh skor 100, maka kedua tes disebut Ekuivalen.
1. KELEMAHAN UTAMA TEORI TES KLASIK
• Alat ukur bersifat sample bound.
• Butir-butir soal hanya merupakan sampel dari populasi butir soal.
• Populasi yang digunakan dalam penyusunan alat tes hanya merupakan sampel dari populasi subjek
2. TEORI TES MODERN
Teori tes moderen mendasarkan diri pada pasa sifat-sifat atau kemampuan yang laten mendasari kinerja (performance)atau repon subjek terhadap butiran soal tertentu, item reponsse theory (IRT) berlandasan pada dua postulat yaitu:
• Kinerja seorang subjek pada suatu butiran soal dapat di peridiksikan (atau dijelaskan)dari suatu perangkat factor-faktor yang disebut sifar-sifat laten,atau kemampuan.
• Hubungan antara kinerja pada suatu soal dan perangkat sifat-sifat yang mendasari kinerja itu dapat dapat di dideskripdikan denan fungsi meningkat secara monotik yang disebut fungsi karesteristik butiran soala, fungsi ini mengatakan bahwa apabila taaraf sifat (kemampuan) meningkat, maka probabilitas suatu respon yang bennar terhadap suatu butiran soal juga naik.
3. ASUMSI- ASUMSI TES MODEREN (IRT)
1. Parameter butiran soal adalah (invariant).
2. Unidimensionslity : satu aitem mengukur satu kemampuan. Asumsi ini kurang terbuukti karna pada dasarnya antaraitem satu dengan lainya saling melengkapi.
3. Local independence repon terhadap suatua aitem tidak akan berpengaruh pada lainya.
4. PARAMETER BUTIRAN SOAL
• Daya beda soal sejauh mana aitem yang ada mampu membedakan antara subjek yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi.
• Tingkat kesukaran soal setiaap yang dibuat akan dilakukan uji psikomitri apakah soal yang dibuat terlalu sulit atau terlalu mudah,(yang dipakek adalah soal yang tidak relalu sulit tidak telau mudah).
• Tingkat kebetulan menjawab soal.
5. MODEL-MODEL YANG POPULER DALAM TEORI REPON BUTIRAN SOAL
• Model logistic satu parameter
• Model logistic dua parameter
• Model logistic tiga parameter
6. TEORI TES KLASIK VS IRT
• Banyak item u/ ungkap 1 kemampuan.
• E diukur dari banyaknya skor
• Semakin banyak soal & semakin lama tes semakin baik.
• Bias tidaknya item tergantung pada sampel representatif.
• Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan 1 kelompok representatif (norma ditentukan oleh 1 kelmpok representatif).
• Sifat skala interval bisa diperoleh dg adanya distribusi normal (Data harus terdistribusi secara normal).
• Item campuran bisa menyebabkan ketidak seimbangan dlam skor tes.
• Perubahan skor tidak bisa dibandingkan jika skor awalnya tidak sama.
• Fitur-fitur stimulus tidak perlu dibandingkan secara langsung dengan psikometri
7. TEORI TES MODEREN (IRT)
1 item mengukur 1 kemampuan.
2 E berlaku hanya u/ 1 skor.
3 Semakin cepat tes semakin baik.
4 U/ mengetahui bias tidaknya item tidak harus dengan sample representatif.
5 Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan itemnya.
6 Sifat skala interval bisa disesuaikan. Ex. SS--------STS
7 Format item campuran dapat menghasilkan skor optimal.
8 Bisa
9 Fitur-fitur stimulus dapat dibandingkan secara langsung dengan psikometri. Ex. Pada teori IRT kita dapat mengetahui mana alternatif jawaban yg efektif dan mana yg tidak.
FUNGSI RELIABILITAS
• Sejauh mana hasil pengukuran dengan instrument tersebut dapat di percaya.
• Proporsi variabilitas skor tes yg disebabkan oleh perbedaan yg sebenarnya diantara individu.
1. INTERPRETASI KOEFISIEN RELIABILITAS
• rxx’ = Korelasi skor X antara dua tes yg paralel.
• rxx’2= Sumbangan efektif penelitian (E)
• rxx’= St2 / SX2. Ex. Jika suatu pengukuran diperoleh rxx’ = 0.80, maka 80% dari SX adalah St. Jika St2 = Sx2 maka reliabilitas tes sempurna rxx’= 1.00.
2. INTERPRETASI KOEFISIEN RELIABILITAS
• rxx’ = rxt2
Reliabilitas = Kuadrat koefisien korelasi antara X & T
• rxx’= 1-rxe2
Reliabilitas = 1 – koefisien korelasi antara X dan E
• rxx’= 1- se2 /sx2.
Tinggi rendahnya reliabilitas ditentukan oleh sx2. Semakin heterogen suatu kelompok semakin baik reliabilitasnya.
MODEL PENDEKATAN LAMA
A. TES ULANG (TEST – RETEST)
Administrasi : Alat ukur disajikan sebanyak dua kali pada satu kelompok subjek dg memberi tenggang waktu tertentu.
KELEMAHAM
a. Terjadi perubahan skor yang tidak se-arah (Eror random)
b. Subjek kenaikan sama besar pada tes kedua
c.
B. SKOR TES ULANG RANDOM
Subjek Skor pertama
(x1) Skor kedua
(x2)
A 20 22
B 19 20
C 22 22
D 17 18
E 24 24
F 17 16
G 20 21
H 15 17
I 24 23
J 19 19
C. SKOR TES ULANG EROR SISTEMATIK
SKOR PERTAMA
(X1) SKOR KEDUA
(X2) EROR
(X1-X2)
20 22 +2
19 21 +2
22 24 +2
17 19 +2
24 26 +2
17 19 +2
20 22 +2
15 17 +2
24 26 +2
19 21 +2
rx1x2 = 1.00 Se2=0
D. BENTUK PARALEL
Administrasi : Memberikan sekaligus dua tes yang paralel satu sama lain pada sekelompok subjek.
Kelemahan : Sangat sulit menemukan tes yang paralel, sehinggan memungkinkan terdapat varians eror.
E. MODEL KONSISTENSI INTERNAL
PROSEDUR :
• Tes hanya diberikan satu kali pada sekelompok subjek (single trial administration).
• Pembelahan tes baru dilakukan setelah pengenaan tes.
• Dalam pendekatan model paralel & tes ulang, pembelahan hanya bisa dilakukan dalam jumlah yang sama pada masing2 belahan. Sementara pendekatan konsistensi memungkinkan pembelahan dengan jumlah yang tidak seimbang (FORMULA FELD).
F. CARA PEMBELAHAN TES
• PEMBELAHAN CARA RANDOM
Membela tes menjadi dua bagian dengan cara random (simple random, computer selection).
Syarat:
1. Item harus homogen (content homogeneous).
2. Taraf kesukaran soal harus diperhatikan
• PEMBELAHAN GASAL GENAP
Pembelahan dg mengumpulkan item2 dg nomor gasal dan genap (odd-even splits).
Belah dua: Formula spearman brown
Kegunaan:
• Estimasi Reliabilitas tes yang bisa dibelah menjadi dua bagian
• Umumnya memperoleh dua belahan tes yg relatif paralel.
• Pembelahan yang sering digunakan adalah cara pembelahan gasal genap atau matched-random subsets.
Psikometri adalah cabang ilmu psikologi yang berkaitan dengan pengukuran atribut-atribut psikologis, Ex. IQ, EQ, SQ prilaku dilenkuen, keperibadian ekstovet-intervrt, mutifasi, prestasi belajar, kepercayan diri, dll.
1. PENGUKURAN
Pengukuran adalah prosedur kuantifikasi terhadap atribut atau variabel dengan aturaaturan tertentu sepanjang suatu kontinum
Cara pengadministrasian alat ukur, siksp tester terhadap subjek (teste) yang dikenai pengukuran, mudel skala yang digunakan dalam pensekoran (apakah model lekert: sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, atau menggunakan model thurstone)
2. KARAKTERISTIK PENGUKURAN
a) Pembanding antara antara atribut yang di ukur dengan alat ukurnya. Ketika pak anto’ mengenakan tes WAIS kepada asrul pada dasarnya pak anto’ hendak membandingkan skor yang di peroleh asrul pada tes WAIS dengan suatu kontinum skor yang ada pada tes WAI.
b) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif.
c) Hasilnya bersifat deskriptif.
3. KEGUNAAN PENGUKURAN
a) Objektifitas
b) Penyajian data secara rinci, bisa dilakukan analisis matematis, komunikasibilitas hasil yang tinggi
c) Ekonomi.
d) Generaliasi.
4. EVALUASI
a) Evaluasi adalah kegiatan membandingkan antara hasil ukur dengan satu norma atau suatu kreteria. Ssebagai contoh, seorang psikologi tidak bisa mengatakan bahwa skor 70 yang diperoleh leely (6 taun) pada tes BINET adalah tergolong baik atau buruk, sebelum psikolog tersebut membandingkan dengan norma yang ada. Seorang psikolog juga tidak bisa mengatakan skor 90 yang diperoleh asrul (25 tahun) pada tes WAIS tergolong sebagai IQ yang Average, Brigh Everage atau superior sebelum psikolong tersebut membandingkan dengan norma tes yang ada.
b) Hasilnya bersifat kualitatif.
c) Hasilnya dinyatakan secara evaluatif.
5. JENIS DATA
a) Skala nominal: adalah skala yang bersifat sebagai pembeda atau menunjukkan suatu karakteristik.
b) Skala ordinal: adalah adanya perbedaan jenjang. Contoh: rangking kelas, dll.
c) Skala interval:
a. Adanya perjenjangan dan jakarta antara jenjang diasumsikan sama.
b. Nol tidak mutlak.
c. Tidak dimungkinkan adanya perkalian atau pembagian.
d) skala rasio:
a. Interval yang memiliki nol mutlak.
b. Dapat dikenai operasi hitung.
6. BEBERAPA ISTILAH DALAM PSIKOMETRI
a) Konstanta : Memiliki Mean sebesar U (Mu) & memiliki varians = 0. Ex. π = 3, 141.
b) Variabel : Memiliki Mean sebesar U (Mu) & memiliki varians sebesar S2.
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singarimbun, 1989). Konsep-konsep yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang lebih operasional, yakni variabel dan konstruk (construct) belum sepenuhnya siap untuk diukur, kecuali bila telah didefinisikan secara operasional. Karena variabel dan konstruk mempunyai beberapa dimensi yang dapat diukur secara berbeda (Singarimbun, 1989).
c) Statistik : Besaran kuantitatif untuk suatu sampel.
d) Parameter : Besaran kuantitatif untuk suatu sampel.
1. TUJUAN TES PSIKOLOGI
a. Membandingkan dua atau lebih aspek atribut psikologis pada indiviidu yang sama
b. Membandingkan individu yang berbeda pada aspek atribut psikologis yang sama.
2. KARAKTERISTIK TES PSIKOLOGI
a. Tes adalah suatu prosedur yang sistematis yang terdiri dari stimulus yang didesain dengan baik dalam rangkaian tertentu berdasar kepada prinsip-prinsip konstruksi tes.
b. Tes psikologis melakukan baik pengukuran kuantitatif dengan menggunakan skala numerik maupun proses evaluasi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan sistem kategori. Contoh kategorisasi dalam tes WAIS:
19 kebawah : profound retardation.
20 – 34 : severe tetardation.
35 – 49 : moderat retardation.
50 – 70 : mild retardation.
71 – 79 : borderline.
80 – 89 : dull average.
90 – 109 : average.
110 – 119 : bright average.
120 – 129 : superior.
130 ke atas : very sop.
3. KLASIFIKASI TES PSIKOLOGI
1. Dimensi atribut psikologis
a. Atribut kongnitif
b. Atribut non kognitif
2. Dimensi materi yang digunakan dalam mmenyusun tes
a. Tes proyektif, contoh: tes TAT, CAT, Rho
b. Tes non proyektif contoh: tes WAIS tes BINIT, tes WISC,tes RMIB,, tes 16 PF, tes IST.
3. Diminsi administrasi
a. Tes kelompok , seperti tes IST untuk tes IQ
b. Tes individual, seperti tes WAIS, WISC, BINIT untuk tes IQ
TEORI TES KLASIK DAN ASUMSI-ASUMSINYA
1. Unsur-unsur dalam teori sudah dikembangkan & diaplikasikan sejak lama tetapi masih banyak digunakan hingga sekarang.
2. Teori berupa asumsi-asumsi yg dirumuskan secara matematis.
3. Modelnya disebut true score model
ASUMSI-ASUMSI TEORI TES KLASIK
a. ASUMSI 1: X=T+E
Ket: X= Observed Scores/Skor Tampak/Skor Perolehan/Skor Kasar
T= True Scores/Skor Murni
E= Error.
Contoh: Jika skor murni si Abdul dalam tes IQ =110, dalam Tes 1 X= 112 (maka E=+2) & dalam Tes 2 X= 108 (maka E= -2)
b. ASUMSI 2: ε (X)=T
Skor murni adalah Mean dari hasil beberapa kali pengkuran (diasumsikan tdk terbatas jumlahnya) yang dilakukan pada orang yg sama dgn alat tes yang sama, dimana setiap pengulangan tes bersifat independen.
c. ASUMSI 3: ρet = 0
Ket: ρ = r = korelasi
Distribusi Eror pengukuran (E) tidak berkorelasi dg distribusi skor murni (T)
Contoh: Abdul, T= 120
Tes 1, X = 122 (E = +2)
Tes 2, X = 118 (E= - 2)
d. ASUMSI 4: ρ E1 E2 = 0
Tidak terdapat korelasi antara kesalahan pada Tes 1 dengan Tes 2. Kecuali bila kesalahan dalam tes disebabkan oleh practice effect, Facking Bad, Faktor lingkungan, dll.
Contoh: Jika pada tes 1 Abdul mendapat (E = + 6), tidak berarti pada tes 2 Abdul akan mendapat skor (E) yg lebih besar dari tes 1.
e. ASUMSI 5: ρ E1 T2 = 0
Jika ada dua tes yang mengukur atribut yg sama, maka skor E pada tes 1 tidak berkorelasi dengan skor T pada tes 2, kecuali bila salah satu tes mengukur aspek yg berpengruh thdp terjadinya eror.
ASUMSI 5 INI MEMUNCULKAN KONSEP TES PARAREL DAN EKUIVALEN
f. ASUMSI 6 TES PARALEL
Dua tes disebut sebagai tes paralel (sama & bisa jadi badal), jika:
1. Skor T dari setiap subjek adalah sama pad kedua tes tersebut (T = T’).
2. Varians eror pada populasi yg dikenai tes adalah sama besar σe 2 = σe’ 2.
3. Memiliki Mean dan Varians skor X yang setara.
4. Dua tes disebut Equivalen jika besarnya perbedaan skor murni setiap individu pada kedua tes tersebut selalu tetap.
Contoh: Jika setiap orang yg dites di Impresi IAIN memperoleh skor 80, kemudian di tes di UNAIR pasti memperoleh skor 100, maka kedua tes disebut Ekuivalen.
g. ASUMSI 7 TES EQUIVALEN
Dua tes disebut Equivalen jika besarnya perbedaan skor murni setiap individu pada kedua tes tersebut selalu tetap.
Contoh: Jika setiap orang yg dites di Impresi IAIN memperoleh skor 80, kemudian di tes di UNAIR pasti memperoleh skor 100, maka kedua tes disebut Ekuivalen.
1. KELEMAHAN UTAMA TEORI TES KLASIK
• Alat ukur bersifat sample bound.
• Butir-butir soal hanya merupakan sampel dari populasi butir soal.
• Populasi yang digunakan dalam penyusunan alat tes hanya merupakan sampel dari populasi subjek
2. TEORI TES MODERN
Teori tes moderen mendasarkan diri pada pasa sifat-sifat atau kemampuan yang laten mendasari kinerja (performance)atau repon subjek terhadap butiran soal tertentu, item reponsse theory (IRT) berlandasan pada dua postulat yaitu:
• Kinerja seorang subjek pada suatu butiran soal dapat di peridiksikan (atau dijelaskan)dari suatu perangkat factor-faktor yang disebut sifar-sifat laten,atau kemampuan.
• Hubungan antara kinerja pada suatu soal dan perangkat sifat-sifat yang mendasari kinerja itu dapat dapat di dideskripdikan denan fungsi meningkat secara monotik yang disebut fungsi karesteristik butiran soala, fungsi ini mengatakan bahwa apabila taaraf sifat (kemampuan) meningkat, maka probabilitas suatu respon yang bennar terhadap suatu butiran soal juga naik.
3. ASUMSI- ASUMSI TES MODEREN (IRT)
1. Parameter butiran soal adalah (invariant).
2. Unidimensionslity : satu aitem mengukur satu kemampuan. Asumsi ini kurang terbuukti karna pada dasarnya antaraitem satu dengan lainya saling melengkapi.
3. Local independence repon terhadap suatua aitem tidak akan berpengaruh pada lainya.
4. PARAMETER BUTIRAN SOAL
• Daya beda soal sejauh mana aitem yang ada mampu membedakan antara subjek yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi.
• Tingkat kesukaran soal setiaap yang dibuat akan dilakukan uji psikomitri apakah soal yang dibuat terlalu sulit atau terlalu mudah,(yang dipakek adalah soal yang tidak relalu sulit tidak telau mudah).
• Tingkat kebetulan menjawab soal.
5. MODEL-MODEL YANG POPULER DALAM TEORI REPON BUTIRAN SOAL
• Model logistic satu parameter
• Model logistic dua parameter
• Model logistic tiga parameter
6. TEORI TES KLASIK VS IRT
• Banyak item u/ ungkap 1 kemampuan.
• E diukur dari banyaknya skor
• Semakin banyak soal & semakin lama tes semakin baik.
• Bias tidaknya item tergantung pada sampel representatif.
• Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan 1 kelompok representatif (norma ditentukan oleh 1 kelmpok representatif).
• Sifat skala interval bisa diperoleh dg adanya distribusi normal (Data harus terdistribusi secara normal).
• Item campuran bisa menyebabkan ketidak seimbangan dlam skor tes.
• Perubahan skor tidak bisa dibandingkan jika skor awalnya tidak sama.
• Fitur-fitur stimulus tidak perlu dibandingkan secara langsung dengan psikometri
7. TEORI TES MODEREN (IRT)
1 item mengukur 1 kemampuan.
2 E berlaku hanya u/ 1 skor.
3 Semakin cepat tes semakin baik.
4 U/ mengetahui bias tidaknya item tidak harus dengan sample representatif.
5 Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan itemnya.
6 Sifat skala interval bisa disesuaikan. Ex. SS--------STS
7 Format item campuran dapat menghasilkan skor optimal.
8 Bisa
9 Fitur-fitur stimulus dapat dibandingkan secara langsung dengan psikometri. Ex. Pada teori IRT kita dapat mengetahui mana alternatif jawaban yg efektif dan mana yg tidak.
FUNGSI RELIABILITAS
• Sejauh mana hasil pengukuran dengan instrument tersebut dapat di percaya.
• Proporsi variabilitas skor tes yg disebabkan oleh perbedaan yg sebenarnya diantara individu.
1. INTERPRETASI KOEFISIEN RELIABILITAS
• rxx’ = Korelasi skor X antara dua tes yg paralel.
• rxx’2= Sumbangan efektif penelitian (E)
• rxx’= St2 / SX2. Ex. Jika suatu pengukuran diperoleh rxx’ = 0.80, maka 80% dari SX adalah St. Jika St2 = Sx2 maka reliabilitas tes sempurna rxx’= 1.00.
2. INTERPRETASI KOEFISIEN RELIABILITAS
• rxx’ = rxt2
Reliabilitas = Kuadrat koefisien korelasi antara X & T
• rxx’= 1-rxe2
Reliabilitas = 1 – koefisien korelasi antara X dan E
• rxx’= 1- se2 /sx2.
Tinggi rendahnya reliabilitas ditentukan oleh sx2. Semakin heterogen suatu kelompok semakin baik reliabilitasnya.
MODEL PENDEKATAN LAMA
A. TES ULANG (TEST – RETEST)
Administrasi : Alat ukur disajikan sebanyak dua kali pada satu kelompok subjek dg memberi tenggang waktu tertentu.
KELEMAHAM
a. Terjadi perubahan skor yang tidak se-arah (Eror random)
b. Subjek kenaikan sama besar pada tes kedua
c.
B. SKOR TES ULANG RANDOM
Subjek Skor pertama
(x1) Skor kedua
(x2)
A 20 22
B 19 20
C 22 22
D 17 18
E 24 24
F 17 16
G 20 21
H 15 17
I 24 23
J 19 19
C. SKOR TES ULANG EROR SISTEMATIK
SKOR PERTAMA
(X1) SKOR KEDUA
(X2) EROR
(X1-X2)
20 22 +2
19 21 +2
22 24 +2
17 19 +2
24 26 +2
17 19 +2
20 22 +2
15 17 +2
24 26 +2
19 21 +2
rx1x2 = 1.00 Se2=0
D. BENTUK PARALEL
Administrasi : Memberikan sekaligus dua tes yang paralel satu sama lain pada sekelompok subjek.
Kelemahan : Sangat sulit menemukan tes yang paralel, sehinggan memungkinkan terdapat varians eror.
E. MODEL KONSISTENSI INTERNAL
PROSEDUR :
• Tes hanya diberikan satu kali pada sekelompok subjek (single trial administration).
• Pembelahan tes baru dilakukan setelah pengenaan tes.
• Dalam pendekatan model paralel & tes ulang, pembelahan hanya bisa dilakukan dalam jumlah yang sama pada masing2 belahan. Sementara pendekatan konsistensi memungkinkan pembelahan dengan jumlah yang tidak seimbang (FORMULA FELD).
F. CARA PEMBELAHAN TES
• PEMBELAHAN CARA RANDOM
Membela tes menjadi dua bagian dengan cara random (simple random, computer selection).
Syarat:
1. Item harus homogen (content homogeneous).
2. Taraf kesukaran soal harus diperhatikan
• PEMBELAHAN GASAL GENAP
Pembelahan dg mengumpulkan item2 dg nomor gasal dan genap (odd-even splits).
Belah dua: Formula spearman brown
Kegunaan:
• Estimasi Reliabilitas tes yang bisa dibelah menjadi dua bagian
• Umumnya memperoleh dua belahan tes yg relatif paralel.
• Pembelahan yang sering digunakan adalah cara pembelahan gasal genap atau matched-random subsets.
Pengantar Psikodiagnostik 1
1. Prosedur dan Proses Psikodiagnostik
Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Psikodagnostik
a. Mengetahui maksud dan tujuan kedatangan klien yang membutuhkan pemeriksaan psikologis.
b. Melakukan pengamatan individual terhadap klien yang datang untuk pemeriksaan psikologis. Langkah ini amat penting,mengingat bahwa profesi psikolog hanya berhubungan dengan klien yang bermasalah tetapi masih dalam kategori normal. Klien yang sudah sakit jiwa menjadi wewenang psikiatri.
c. Mendengarkan keluhan-keluhan klien merupakan tugas utama bagi psikolog atau konselor. Klien akan merasa lega jika tegangan jiwanya di kemukakan kepada konselor. Langkah ini merupakan awal treatment bagi klien.
d. Melakukan pengamatan psikologis untuk mengumpulkan data mengenai klien.
e. Mengadakan diagnose.
f. Menentukan pronogse,yakni meramalkan (prediksi)terhadap kemungkinan-kemungkinan kemajuan klien.
g. Menentukan langkah-langkah treatment, yakni langkah-langkah perbaikan atau penyembuhan jika ada bentuk-bentuk ganguan dan juga kemunginan preventifnya.
Prosedur Pemeriksaan Psikologis.
a. Persiapan (preparation) atau perencanaan prosedur pengumpulan data, yakni suatu fase psikolog mempelajari problem subjek (klien), juga menentukan prosedur atau teknik yang di pakai untuk mengumpulkan data klien.
b. Memasukkan (input) atau pengumpulan data hasil asemen, ialah proses yang di pakai untuk mencari data-data yang di butuhkan dari diri klien dengan memekai beberapa teknik atau cara.
c. Pengolahan data (processing data) dan merumuskan hipotesis dari individu, ialah proses interprestasi data yang di peroleh, mengorganisir dalam menganalisisnya.
d. Menyusun laporan adalah penyampaian hasil psikodagnose atau mengkomunikasikan hasil pemeriksaan psikologis,ialah proses yang di lakukan untuk menyampaikan hasil analisis data dari klien.
2. Metode dan Teknik Dalam Psikodiagnostik
Metode dan Teknik Observasi
Observasi selalu di lakukan dalam setiap pemeriksaan psikologis atau proses psikodiagnostik. Berbeda dengan pengamatan sehari-hari, observasi mempunyai tujuan yang jelas dan mengikuti prosedur yang sistematis (melalui proses pencatatan –mengambil keputusan.
Tujuan Observasi adalah untuk:
a. Melakukan asesment
b. Mengetahui kekuatan dan kelemahan klien yang selanjutnya,dapat di pergunakan sebagai dasar melakukan treatment
c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi apakah treatment yang di lakukan berdampak positif atau justru berdampak negative pada klien.
Untuk pengamat pemula sebaiknya melakukan pencatatan dengan teliti dan tidak secara langsung melakukan interprestasihasil pengamatan,agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan. Banyak metode pencatatan dan yang sering di gunakan dalam observasi baik untuk keperluan penelitian maupun untuk keperluan klinis, pemerksaan psikologis. Untuk keperluan pemeriksaan psikologis biasanya pencatatan di lakukan secara naratif,cek-list atau melalui rekaman.
Pada umumnya;observasi dapat di lakukan dalam beberapa situasi, antara lain:
a. Situasi natural (di rumah,sekolahan)
b. Situasi laboratorium
c. Situasi khusus
Setting ini harus di perhatikan sebab mempengaruhi klien. Ketika observer melakukan interprestasi di harapkan mempertimbangkan di mana dan dalam situasi apa observasi di lakukan. Metode ini banyak mengandung kekuatan (antara lain :bisa mendapatkan data yang tidak dapat di ungkap melalui testing ataupun wawancara) dan kelemahan (antara lain subjektivitas pengamat).
Proses Wawancara :
Wawancara berbeda dengan percakapan biasa.Namun percakapan biasa tingkat spontanitasnya lebih tinggi, tidak formal, dan tidak terstruktur. Dalam setiap wawancara ada beberapa proses yang di lalui:
a. Memulai Wawancara:
- Untuk memahami masalah, menentukan target, kemungkinan keberhasilan dan kegagalan, prosedur yang akan diteliti.
- Pewawancara bertanya dan mendengarkan.
b. Menyiapkan Klien untuk Asesment
- Memberikan pengantar tentang proses selanjutnya, persiapan kontrak.
c. Pengkhususan Masalah
- Mengarahkan pada masalah yang akan diselesaikan
d. Redifinisi Masalah
- Pengertian kembali masalah klien
e. Menuju ke Asesment yang Lebih Luas
- Mengambil hubungan antara masalah yang dihadapi dengan area masalah lain, misalnya lingkungan fisik, budaya, hubungan sosial.
f. Mengakhiri Wawancara
- Memberikan ringkasan informasi yang diperoleh, menggali informasi tambahan yang masih dibutuhkan, kemungkinan intervensi.
Pengertian Anamnese
Adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tekhnik Anamnese
Dalam berkomunikasi ini, perawat atau psikolog mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan dengan tekhnik komunikasi terapeutik. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknilk verbal meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup menggali jawaban dan menvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan, dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang perlu dilatih.
Pengertian Analisis dokumen pribadi
Adalah metode yang mempergunakan bahan-bahan yang berwujud tulisan mengenai kehidupan subjek yang diselidiki, yang dibuat oleh si subjek sendiri.
Teknik-teknik analisis dokumen:
a. Buku harian
Buku harian ini ditulis oleh seseorang biasanya berisikan hal-hal yang bersifat pribadi dan biasanya dianggap rahasia oleh yang bersangkutan namun apabila psikolog pandai menempatkan buku harian secara wajar kiranya akan sangat besar manfaatnya untuk pengambilan keputusan dalam psikodiagnostik.
b. Moto Otobiografi
Yaitu biografi yang ditulis sendiri oleh subjek yang bersangkutan dengan demikian maka analisa dan interpretasi mengenai data ini lebih membutuhkan pengehatahun-hati lagi.
c. Case History
Case History sebenarnya penggunaan berbagai sumber biografis dan masa lampau untuk keperluan analisa suatu gejala. Makin lengkap data-data mengenai masa lampau si subjek akan makin tepat diagnosis yang dibuat atas dasar data-data tersebut.
Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Psikodagnostik
a. Mengetahui maksud dan tujuan kedatangan klien yang membutuhkan pemeriksaan psikologis.
b. Melakukan pengamatan individual terhadap klien yang datang untuk pemeriksaan psikologis. Langkah ini amat penting,mengingat bahwa profesi psikolog hanya berhubungan dengan klien yang bermasalah tetapi masih dalam kategori normal. Klien yang sudah sakit jiwa menjadi wewenang psikiatri.
c. Mendengarkan keluhan-keluhan klien merupakan tugas utama bagi psikolog atau konselor. Klien akan merasa lega jika tegangan jiwanya di kemukakan kepada konselor. Langkah ini merupakan awal treatment bagi klien.
d. Melakukan pengamatan psikologis untuk mengumpulkan data mengenai klien.
e. Mengadakan diagnose.
f. Menentukan pronogse,yakni meramalkan (prediksi)terhadap kemungkinan-kemungkinan kemajuan klien.
g. Menentukan langkah-langkah treatment, yakni langkah-langkah perbaikan atau penyembuhan jika ada bentuk-bentuk ganguan dan juga kemunginan preventifnya.
Prosedur Pemeriksaan Psikologis.
a. Persiapan (preparation) atau perencanaan prosedur pengumpulan data, yakni suatu fase psikolog mempelajari problem subjek (klien), juga menentukan prosedur atau teknik yang di pakai untuk mengumpulkan data klien.
b. Memasukkan (input) atau pengumpulan data hasil asemen, ialah proses yang di pakai untuk mencari data-data yang di butuhkan dari diri klien dengan memekai beberapa teknik atau cara.
c. Pengolahan data (processing data) dan merumuskan hipotesis dari individu, ialah proses interprestasi data yang di peroleh, mengorganisir dalam menganalisisnya.
d. Menyusun laporan adalah penyampaian hasil psikodagnose atau mengkomunikasikan hasil pemeriksaan psikologis,ialah proses yang di lakukan untuk menyampaikan hasil analisis data dari klien.
2. Metode dan Teknik Dalam Psikodiagnostik
Metode dan Teknik Observasi
Observasi selalu di lakukan dalam setiap pemeriksaan psikologis atau proses psikodiagnostik. Berbeda dengan pengamatan sehari-hari, observasi mempunyai tujuan yang jelas dan mengikuti prosedur yang sistematis (melalui proses pencatatan –mengambil keputusan.
Tujuan Observasi adalah untuk:
a. Melakukan asesment
b. Mengetahui kekuatan dan kelemahan klien yang selanjutnya,dapat di pergunakan sebagai dasar melakukan treatment
c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi apakah treatment yang di lakukan berdampak positif atau justru berdampak negative pada klien.
Untuk pengamat pemula sebaiknya melakukan pencatatan dengan teliti dan tidak secara langsung melakukan interprestasihasil pengamatan,agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan. Banyak metode pencatatan dan yang sering di gunakan dalam observasi baik untuk keperluan penelitian maupun untuk keperluan klinis, pemerksaan psikologis. Untuk keperluan pemeriksaan psikologis biasanya pencatatan di lakukan secara naratif,cek-list atau melalui rekaman.
Pada umumnya;observasi dapat di lakukan dalam beberapa situasi, antara lain:
a. Situasi natural (di rumah,sekolahan)
b. Situasi laboratorium
c. Situasi khusus
Setting ini harus di perhatikan sebab mempengaruhi klien. Ketika observer melakukan interprestasi di harapkan mempertimbangkan di mana dan dalam situasi apa observasi di lakukan. Metode ini banyak mengandung kekuatan (antara lain :bisa mendapatkan data yang tidak dapat di ungkap melalui testing ataupun wawancara) dan kelemahan (antara lain subjektivitas pengamat).
Proses Wawancara :
Wawancara berbeda dengan percakapan biasa.Namun percakapan biasa tingkat spontanitasnya lebih tinggi, tidak formal, dan tidak terstruktur. Dalam setiap wawancara ada beberapa proses yang di lalui:
a. Memulai Wawancara:
- Untuk memahami masalah, menentukan target, kemungkinan keberhasilan dan kegagalan, prosedur yang akan diteliti.
- Pewawancara bertanya dan mendengarkan.
b. Menyiapkan Klien untuk Asesment
- Memberikan pengantar tentang proses selanjutnya, persiapan kontrak.
c. Pengkhususan Masalah
- Mengarahkan pada masalah yang akan diselesaikan
d. Redifinisi Masalah
- Pengertian kembali masalah klien
e. Menuju ke Asesment yang Lebih Luas
- Mengambil hubungan antara masalah yang dihadapi dengan area masalah lain, misalnya lingkungan fisik, budaya, hubungan sosial.
f. Mengakhiri Wawancara
- Memberikan ringkasan informasi yang diperoleh, menggali informasi tambahan yang masih dibutuhkan, kemungkinan intervensi.
Pengertian Anamnese
Adalah menanyakan atau tanya jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang direncanakan.
Tekhnik Anamnese
Dalam berkomunikasi ini, perawat atau psikolog mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaannya yang diistilahkan dengan tekhnik komunikasi terapeutik. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknilk verbal meliputi pertanyaan terbuka maupun tertutup menggali jawaban dan menvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan, dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang perlu dilatih.
Pengertian Analisis dokumen pribadi
Adalah metode yang mempergunakan bahan-bahan yang berwujud tulisan mengenai kehidupan subjek yang diselidiki, yang dibuat oleh si subjek sendiri.
Teknik-teknik analisis dokumen:
a. Buku harian
Buku harian ini ditulis oleh seseorang biasanya berisikan hal-hal yang bersifat pribadi dan biasanya dianggap rahasia oleh yang bersangkutan namun apabila psikolog pandai menempatkan buku harian secara wajar kiranya akan sangat besar manfaatnya untuk pengambilan keputusan dalam psikodiagnostik.
b. Moto Otobiografi
Yaitu biografi yang ditulis sendiri oleh subjek yang bersangkutan dengan demikian maka analisa dan interpretasi mengenai data ini lebih membutuhkan pengehatahun-hati lagi.
c. Case History
Case History sebenarnya penggunaan berbagai sumber biografis dan masa lampau untuk keperluan analisa suatu gejala. Makin lengkap data-data mengenai masa lampau si subjek akan makin tepat diagnosis yang dibuat atas dasar data-data tersebut.
Sabtu, 25 September 2010
FISIOLOGI ALIRAN DARAH JANTUNG
Jantung mendapatkan aliran darah dari arteri koronaria. Sirkulasi koronaria meliputi seluruh permukaan jantung, membawa oksigen dan nutrisi ke miokardium melalui cabang-cabang intramiokardium yang kecil-kecil. Untuk dapat mengetahui akibat-akibat dari pentakit jantung koroner, maka kita harus mengenal terlebih dahulu distribusi arteri koronaria ke otot jantung dan sistim penghantar.
Arteri koronaria.
Arteri koronaria adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Muara arteri koronaria ini terdapat dalam sinus valsalva dalam aorta, tepat di atas katup aorta. Sirkulasi koroner terdiri dari arteri koronaria kiri dan arteri koronaria kanan. Arteri koronaria kiri mempunyai dua cabang, yaitu arteri desendens arteri kiri dan arteri sirkumpleksa kiri.
Arteri-arteri ini berjalan melingkar jantung dalam dua celah anatomi eksterna: sulkus atrioventrikularis yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, dan sulkus interventrikularis yang memisahkan kedua ventrikel. Tempat pertemuan kedua celah dipermukaan posterior jantung merupakan bagian jantung yang kritis, dipandang dari sudut anatomi dikenal sebagai kruks jantung yaitu bagian jantung yang terpenting dari jantung. Nodus AV berlokasi pada tempat pertemuan ini. Karena itu pembuluh manapun yang melintasi kruks tersebut merupakan pembuluh yang menghantarkan ke nodus AV.
Aretri koronaria kanan berjalan ke lateral mengitari sisi kanan jantung di dalam sulkus interventrikularis kanan. Pada 90 % jantung, arteri koronaria kanan pada waktu mencapai posterior jantung akan menuju kruks lalu turun menuju menuju afeks jantung dalam sulkus interventrikularis posterior. Arteri koronaria kiri tidak bercabang lagi sesudah meninggalkan pangkalnya di aorta. Aretri sirkumpleksa kiri berjalan ke lateral di bagian kiri jantung dalam sulkus atrioventrikularis kiri.
Distribusi secara berkeliling ini sesuai dengan sebutan dan tujuan fungsinya sebagai pembuluh sirkumpleksia. Demikian juga arteri desendens arterior kiri menyatakan perjalanan anatomis dari cabang arteri tersebut. Arteri tersebut berjalan ke bawah pada permukaan jantung dalam sulkus interventrikularis anterior. Kemudian arteri ini melintasi apeks jantung dan berbalik arah dan berjalan ke atas sepanjang permukaan posterior sulkus interventrikularis untuk bersatu dengan cabang distal arteri koronaria kanan.
Setiap pembuluh utama mencabangkan pembuluh epikardial dan intramiokardia yang khas. Arteri desendens arterior kiri membentuk percabangan septum yang memasok 2/3 bagian arterior septum dan cabang-cabang diagonal yang berjalan di atas permukaan anterolateral dari ventrikel kiri. Permukaan posterolateral dari ventrikel kiri diperdarahi oleh cabang-cabang marginal dari arteri sirkumpeksa.
Jalur-jalur anatomis ini menghasilkan suatu korulasi antar arteri koronaria dan penyediaan nutrisi otot jantung. Pada dasarnya arteri koronaria dextra memberikan darah ke atrium kanan, ventrikel kanan dan dinding inferior ventrikel kiri. Arteria sirkumpleksa sinistra memberikan darah pada atrium kiri dan dinding posteriolateral ventrikel kiri. Arteri desendens arterior kiri memberikan darah ke dinding depan ventrikel kiri yang masif.
Penyediaan nutrisi pada penghantar merupakan suatu korelasi kritis lain yang juga ditentukan oleh jalur-jalur anatomis. Meskipun nodus SA letaknya letaknya di atrium kanan, tetapi pada 55% individu mendapat darah dari arteri koronaria kanan, dan 45% individu mendapat darah dari suatu cabang yang berasal dari arteria sirkumpleksa kiri. Nodus AV yang dipasok oleh arteri yang melintasi kruks, yaitu dari arteri koronaria kanan pada 90% individu dan pada 10% sisanya dari arteria sirkumpleksa kiri.
Anastomosis antara cabang arteria juga ditemukan pada sirkulasi koroner. Anastomosis ini tidak berfungsi pada keadaan normal, akan tetapi mempunyai arti yang sangat penting bagi sirkulasi kolateral maupun sirkulasi alternatif untuk berfungsi daerah miokardium yang tidak mendapatkan aliran darah akibat lesi obstuktif pada jalur koroner yang normal.
Vena-vena jantung
Distribusi vena koronaria pararel dengan distribusi arterianya. Sistim vena jantung mempunyai 3 bagian yaitu vena thelesia yang merupakan sistem yang terkecil, menyalurkan sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel kanan, vena kardiak anterior yang mempunyai fungsi mengosongkan sebagian besar isi jaringan vena ventrikel kanan langsung ke atrium kanan, sinus koronarius dan cabangnya merupakan sistimvena yang paling besar dan paling penting berfungsi menyalurkan pengembalian darah jaringan vena miokardial ke dalam atrium kanan melalui ostium sinus koronaria disamping muara vena kava inferior.
PENGERTIAN MIOKARD INFARK
Miokard infark adalah kematian otot jantung yang diakibatkan oleh kekurangan aliran darah atau oksigen. Penyebabnya adalah penyempitan atau sumbatan pembuluh darah koroner.
PATHOFISIOLOGI
ISKEMIA
Kebutuhan akan oksigen yang melibihi kapasitas suplei oksigen oleh pembuluh darah yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium lokal. Pada iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium sehingga akan mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi metabolisme anaerob.Pembentukan fosfat berenergi tinggi akan menurun.
Hasil akhir metabolisme anaerob yaitu asam laktat akan tertimbun sehingga pH sel menurun.
Efek hipoksia, berkurangnya energi serta asidosis dengan cepat menganggu fungsi ventrikel kiri, kekuatan kontraksi berkurang, serabut-serabutnya memendek, daya dan kecepatannya berkurang. Gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali kontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakkan jantung akan mengubah hemodinamika. Perunahan ini bervariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunya fungsi ventrikel kiri dapa t mengurangi curah jantung sehingga akan memperbesar volume ventrikel akibatnya tekanan jatung kiri akan meningkat. Juga tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dalam kapiler paru-paru akan meningkat.
Manifestasi hemodinamika pada iskemia yang sering terjadi yaitu peningkatan tekanan darah yang ringan dan denyut jantung sebelum timbulnya nyeri yang merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi miokardium. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa miokardium yang terserang iskemia cukup luas merupakan respon vagus.
Iskemia miokardium secara khas disertai perubahan kardiogram akibat perubahan elektrofisiologi seluler yaitu gelombang Tterbalik dan depresi segmen ST. Serang iskemia biasanya mereda dalam beberapa menit bila ketidakseimbangan atara suplai dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki. Perubahan metabolik, fungsional, hemodinamik, dan elektrokardiografik bersifat reversibel.
INFARK
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 - 45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis.
Bagian miokardium yang mengalami infark akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh daerah iskemia.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri, infark transmural mengenai seluruh tebal dinding miokard, sedangkan infark subendokardial nekrosisnya hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel. Letak infark berkaitan dengan penyakit pada daerah tertentu dalam sirkulasi koroner, misalnya infark anterior dinding anterior disebabkan karena lesi pada ramus desendens anterior arteria koronaria sinistra, infark dinding inferior biasanya disebsbkan oleh lesi pada arteria coronaria kanan.
Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis., kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami gangguan kontraksi.
Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan :
Daya kontraksi menurun
• Gerakkan dinding abnormal
• Perubahan daya kembang dinding ventrikel
• Pengurangan curah sekuncup
• Pengurangan fraksi efeksi
• Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri
Gangguan fungsional ini tergantung dari berbagai faktor; seperti:
• Ukuran infark : 40 % berkaitan dengan syok kardiogenik.
• Lokasi infark: dinding anterior lebih besar mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dinding inferior.
• Fungsi miokardium yang terlibat: infark tua akan membahayakan fungsi miokardium sisanya.
• Sirkulasi kolateral: dapat berkembang sebagai respon iskemia yang kronik dan hipoperfusi regional guna memperbaiki aliran darah yang menuju ke miokardium yang terancam.
• Mekanisme kopensasi dari kardiovaskuler: bekerja untuk mepertahankan curah jantung dan perfusi perifer.
Dengan menurunnya fungsi ventrikel, diperlukan tekanan pengisian diastolik dan volume ventrikel akan meregangkan serabut miokardium sehingga meningkatkan kekuatan kontraksi (sesuai hukum starling). Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lewat retensi natrium dan air oleh ginjal sehingga infark miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri. Sementara, akibat dilatasi kompensasi kordis jantung dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel.
HAL-HAL YANG BISA MENYEBABKAN INFARK MIOKARDIUM
Aterosklerosis
Kolesterol dalam jumlah banyak berangsur menumpuk di bawah lapisan intima arteri. Kemudian daerah ini dimasuki oleh jaringan fibrosa dan sering mengalami kalsifikasi. Selanjutnya akan timbul “plak aterosklerotik” dan akan menonjolke dalam pembuluh darah dan menghalangi sebagian atau seluruh aliran darah.
Penyumbatan koroner akut
Plak aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekua darah setempat atau trombus dan akan menyumbat arteria.
Trombus dimulai pada tempat plak ateroklerotik yang telah tumbuh sedemikian besar sehingga telah memecah lapisan intima, sehingga langsung bersentuhan dengan aliran darah. Karena plak tersebut menimbulkan permukaan yang tidak halus bagi darah, trombosit mulai melekat, fibrin mulai menumpuk dan sel-sel darah terjaring dan menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan tersebut terlepas dari tempat melekatnya (pada plak ateroklerotik) dan mengalir ke cabang arteria koronaria yang lebih perifer pada arteri yang sama.
Sirkulasi kolateral di dalam jantung
Bila arteria koronaria koronaria perlahan-lahan meyempit dalam periode bertahun-tahun, pembuluh-pembuluh kolateral dapat berkembang pada saat yang sama dengan perkembangan arterosklerotik. Tetapi, pada akhirnya proses sklerotik berkembang di luar batas-batas penyediaan pembuluh kolateral untuk memberikan aliran darah yang diperlukan. Bila ini terjadi, maka hasil kerja otot jantung menjadi sangat terbatas, kadang-kadang emikian terbatas sehingga jantung tidak dapat memompa jumlah aliran darah normal yang diperlukan.
Faktor-faktor resiko
1. Tidak dapat dirubah: Jenis kelamin, Umur, Keturunan.
2. Dapat dirubah:
Kelebihan lemak, seperti: hiperkolesterol, hiperlipidemia, hiperglitriserida.
Perokok, hiprtensi, kegemukan/obesitas, diabetus militus, stres, kurang aktivitas fisik.
GEJALA KLINIS
Nyeri dada restrofernal seperti diremas-remas atau tertekan.
• Nyeri dapat menjalar ke langan (umumnya ke kiri), bauhu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tak responsif terhadap nitrogliserin.
Bunyi jantung kedua yang pecah paradoksal, irama gallop.
• Krepitasi basal merupakan tanda bendungan paru-paru.
• Takikardi
• Kulit yang pucat
• Hipotensi
• Sesak napas
• Pingsan
PERIKSAAN PENUNJANG
• Elektrokardiografi (EKG) : Adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang konveks dan diikuti gelombang T yang negatif dan simetrik. Yang terpenting ialah kelainan Q yaitu menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari 1/4)
• Laboratorium :
Creatin fosfakinase (CPK) . Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama ( kurang lebih 6 jam sesudah serangan) dan sudah kembali kenilai normal pada hari ke 3.
SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari 12 mU/ml. Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12-48 jam sesudah serangan dan akan kembali kenilai normal pada hari ke 4 sampai 7.
LDH (Lactic De-hydroginase). Normal kurang dari 195 mU/ml. Kadar enzim baru naik biasanya sesudah 48 jam, akan kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan 12.
• Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya peninggian LED, lekositosis ringan dan kadang-kadang hiperglikemia ringan.
• Kateterisasi: Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
• Radiologi. Hasil radiologi tidak menunjukkan secara spesifik adanya infark miokardium, hanya menunjukkan adanya pembesaran dari jantung.
KOMPLIKASI PADA INFARK MIOKARDIUM
Gagal ginjal kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung tersebut. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untukmengosongkan diri, maka besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikkan tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang interstitial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi udema paru-paru akibat perembesan cairan ke dalam alveolis sampai terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru sehingga membebani ventrikel kanan.
Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang masif, biasanya mengenai lebif dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang irreversibel, yaitu :
Penurunan perfusi perifer
• Penurunan perfusi koroner
• Peningkatan kongesti paru-paru
Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi katub mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik. Inkompentensi katub mengakibatkan aliran retrograd dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis. Volume aliran regugitasi tergantung dari derajat gangguan pada otot papilari bersangkutan.
Depek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptura dinding septum sehingga terjadi depek septum ventrikel. Karena septum mendapatkan aliran darah ganda yaitu dari arteri yang berjalan turun pada permukaan anterior dan posterior sulkus interventrikularis, maka rupture septum menunjukkan adanya penyakit arteri koronaria yang cukup berat yang mengenai lebih dari satu arteri. Rupture membentuk saluran keluar kedua dari ventrikel kiri. Pada tiap kontraksi ventrikel maka aliran terpecah dua yaitu melalui aorta dan melalui defek septum ventrikel. Karena tekanan jantung kiri lebih besar dari jantung kanan, maka darah akan mengalami pirau melalui defek dari kiri ke kanan, dari daerah yang lebih besar tekanannya menuju daerah yang lebih kecil tekanannya. Darah yang dapat dipindahakan ke kanan jantung cukup besar jumlahnya sehingga jumlah darah yang dikeluarkan aorta menjadi berkurang. Akibatnya curah jantung sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel kanan dan kongesti.
Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukkan parut. Dinding nekrotik yang tipis pecah sehingga terjadi perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang relatif tidak alastis tak dapat berkembang. Kantong perikardium yang terisi oleh darah menekan jantung ini akan menimbulkan tanponade jantung. Tanponade jantung ini akan mengurangi alir balik vena dan curah jantung.
Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan trombus mural intrakardia dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang mempunyai potensi membentuk trombus adalah sistem vena sistenik. Embolisasi vena akan menyebabkan embolisme pada paru-paru.
Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak dengan perikardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan perikardium dan menimbulkan reaksi peradangan, kadang-kadang terjadi efusi perikardial atau penimbunan cairan antara kedua lapisan.
Sindrom Dressler
Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak yang disertai nyeri pada pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami nekrosis.
Aritmia
Aritmia timbul aibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium. Perubahan elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
TINDAKAN PENGOBATAN
Tindakan pengobatan yang paling penting pada arterosklerosis adalah pencegahan primer. Pencegahan tersebut karena berbagai alasan, antara lain :
1. Pada penyakit arterosklerosis secara klinis baru dapat terlihat setelah masa laten yang lama. Perkembangan penyakit ini bergejala pada awal masa dewasa. Lesi yang dianggap sebagai prekuser penyakit arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri koronaria anak-anak dan dewasa muda.
2. Tidak ada pengobatan kuratif untuk penyakit arteriosklerosis koroner. Begitu diketahui secara klinis terapi hanya diberikan bersifat paliatif untuk mengurangi atau memperlambat perkembangan penyakit.
3. Akibat penyakit arterioklerosis koroner dapat sangat berbahaya , infark miokardium sering terjadi tanpa tanda perigatan lebih dahulu. Insiden kematian mendadak tinggi.
Karena patogenesis yang tepat belum diketahui, maka pengendalian faktor resiko dari penyakit
arterosklerosis adalah pencegahan. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
- Hiper lipidemi - Diet Tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh,
- Hipertensi kolesterol dan garam
- Merokok - Diabetis Militus
- Obesitas - Gaya hidup yang kurang gerak
- Stres psikososial
Pada orang dewasa yang cenderung menderita penyakit koroner adalah mereka yang memiliki faktor resiko dan yang jelas menderita penyakit. Tetapi pengendalian faktor resiko sedini mungkin agaknya dapat mencegah aterogenesis atau memperlambat perkembangan penyakit sedemikian rupa sehingga jumlah mortalitas atau morbiditas dapat dikurangi. Dalam hal ini yang penting adalah pendidikan kesehatan sedini mungkin, serta pengendalian faktor resiko, bukan pengobatan klinis pada penyakit yang sudah terjadi.
Pengobatan iskemia dan infark
Pengobatan iskemia miokardium ditujukan kepada perbaikan keseimbangan oksigen (kebutuhan miokardial akan oksigen) dan suplai oksigen.Untuk pemulihan dilakukukan dengan mekanisme:
1. Pengurangan kebutuhan oksigen.
2. Peningkatan suplai oksigen
Ada tiga penentu utama untuk pengurangan kebutuhan oksigen, yang dapat diatasi dengan terapi adalah :
1. Kecepatan denyut nadi
2. Daya kontraksi
3. Beban akhir (tekanan arteria dan ukuran ventrikel )
4. Beban kebutuhan jantung dan kebutuhan akan oksigen dapat dikurangi dengan menurunkan kecepatan denyut jantung, kekuatan kontraksi, tekanan arteria dan ukuran ventrikel.
Nitrogliserin
Terutama untuk dilatasi arteria dan vena perifer dengan memperlancar distribusi aliran darah koroner menuju daerah yang mengalami iskemia meliputi; vasodilatasi pembuluh darah kolateralis. Dilatasi vena akan meningkatkan kapasitas penambahan darah oleh vena diperifer, akibatnya aliran balik vena ke jantung menurun sehingga memperkecil volume dan ukuran ventrikel. Dengan demikian vasodilatasi perifer akan mengurangi beban awal akibatnya kebutuhan oksigen pun akan berkurang.
Propranol (inderal)
Suatu penghambat beta adrenergik, menghambat perkembangan iskemia dengan menghambat secara selektif pengaruh susunan saraf simpatis terhadap jantung. Pengaruh ini disalurkan melalui reseptor beta. Rangsangan beta meningkatkan kecepatan denyut dan daya kotraksi jantung . Proprenol menghambat pengaruh-pengarug ini, dengan demikian dapat mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Digitalis
Digitalis dapat meredakan angina yang menyertai gagal jantung dengan meningkatkan daya kontraksi dan akibatnya akan meningkatnya curah sekuncup. Dengan meningkatnya pengosongan ventrikel, maka ukuran ventrikel berkurang. Meskipun kebutuhan akan oksigen meningkat akibat meningkatnya daya kontraksi, hasil akhir dari pengaruh digitalis terhadap gagal jantung adalah menurunkan kebutuhan miokardium akan oksigen.
Diuretika
Mengurangi volume darah dan aliran balik vena ke jantung, dan dengan demikian mengurangi ukuran dan volume ventrikel.
Obat vasodilator dan antihipertensi dapat mengurangi tekanan dan resistensi arteria terhadap ejeksi ventrikel, akibatnya beban akhir menurun/berkurang.
Sedativ dan antidepresan juga dapat mengurangi angina yang ditimbulkan oleh stres atau depressi.
Pengobatan untuk mencegah komplikasi
Deteksi dini dan pencegahan sangat penting pada penderita infark. Dua kategori komplikasi yang perlu diantisipasi yaitu; ketidakstabilan listrik atau aritmia dan gangguan mekanis jantung atau kegagalan pompa. Segera dilakukan pemantauan elektrokardiografi.
Prinsip-prisip penanganan aritmia :
1. Mengurangi takikardi dengan perangsangan parasimpatis. Diperlukan abat-abat anti aritmia. antara lain ; isoproterenal (isuprel)
2. Escopa beats, akibat kegagalan nodus sinus, obat-obat yang diperlukan untuk mempercepat pulihnya pacu jantung normal, yaitu nodus sinus, seperti : lidokain(xylocaine) dan prokainamid.
3. Terapi dari blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran normal. Diperlukan obat-obat yang mempercepat hantaran dan denyut jantung, antara lain : atropin, atau isoproterenal (isuprel) atau dengan pacu listrik (pace maker).
Pengobatan dengan alat pacu.
Alat pemacu dapat dibagi dalam dua pola respon.
• Menghambat, alat pacu akan berhenti jika menangkap impuls dari jantung sendiri.
• Memicu, alat pacu menyala selama periode refrakter dari denyut yang ditangkap, tanpa menghasilkan denyut pacuan.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Setelah diagnosa infark miokardium dipastikan maka tindakan segera adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan rasa sakit
Morpin sulfat : 2,5 mg - 10 mg
Pethidin : 25 mg - 50 mg
2. Memasang monitoring EKG
Aritmia dapat terjadi setiap saat khususnya 6 jam dan bila ada perubahan kemudian didokumentasikan sebagai dasar perbandingan selanjutnya. Sistim alarm pada monitor harus selalu dalam posisi “on”. Pasien biasanya dimonitor selama 48-72 jam.
3. Memasang intervenous line
Obat-obatan dapat diberikan segera melalui “intervenous line” dalam siruasi gawat. Bila dipasang hanya intravena kanula tanpa cairan diflush dengan heparin saline setiap 4 jam dan setelah pemberian obat-obatan.
4. Terapi oksigen
Pemberian oksigen ditentukan oleh keadaan klinis pasien. Nasal kanula diberikan 2-4 liter/menit.
5. Penilaian status klinis
• Tanda-tanda vital.
Tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan diukur setiap jam selama 6 jam pertama atau sampai stabil. Tekanan darah diukur pada kedua lengan pada waktu masuk. Temperatur diukur pada waktu masuk dan setiap 6-8 jam.
• Kulit, perifer
Observasi kulit pasien apakah berkeringat, hal ini sering sebagai manifestasi dari kenaikkan sistem simpatik yang diikuti kegagalan dari jantung kiri. Apakah kulit dingin? ini dapat disebabkan oleh vasokontriksi perifer, dimana ada tanda-tanda pengurangan aliran darah ke kulit/perifer yang merupakan tanda-tanda syok kardiogenik.
• Rales atau Crepitations
Suara napas yang tidak normal disebabkan adanya cairan di alveoli atau di bronkus. Crepitations selain dijumpai pada kasus paru, juga pada kegagalan dari jantung kiri.
• Gallop. S3 terdengar pada kegagalan jantung.
• Vena jugularis.
Kenaikan dari tekanan vena jugularis adalah indikasi untuk kegagalan jantung kanan.
• Perubahan mental
Perubahan mental dapat diartikan bahwa perfusi ke otak tidak efektif, tanda-tanda dari syok kardiogenik. Perubahan mental diperiksa setiap saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Penilaian ini sering dilakukan bila kondisi pasien tidak stabil.
6. Explanation and Reassurance
Bagi kebanyakan pasien bila masuk ke ruangan intensif merupakan suatu pengalaman yang menakutakan. Oleh karena itu perawat harus menerangkan tentang keadaan ruang perawatan dan tannperalaya.Bila dilakukan tindakan kepada pasien harus deiterangkan maksud tujuannya.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
7. Pengambilan EKG 12 lead. EKG lengkap dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan selanjutnya atas indikasi.
8. Pemeriksaan Laboratorium. Pada waktu masuk dilakukan pemeriksaan CK, CKMB,SGOT,LDH, Hematologi, Ureum,Elektrolit, Kholesterol, Gula darah, dan lain-lain bila ada indikasi.
9. “Chest X-ray”. Diambil pada waktu masuk dan boleh diulang bila ada indikasi. Sering kegagalan jantung kiri yang dini tidak menunjukkan gejala-gejala dan tidak dapat dilihat pada waktu pemeriksaan fisik, tetapi hal ini dapat dilihat pada CXR. Pelebaran aorta, pleural effusion, pembesaran jantung dapat dilihat.
10. Sakit dada. Pasien dianjurkan untuk memberi tahu perawat bila sakit dada bertambah. Segera hilangkan dengan memberikan nitroglycerin sub lingual atau analgetik, tergantung dari berat dan frekuensi sakitnya. Infus nitroglycerin juga boleh dipertimbangkan.
11. Aktifitas.
• Istirahat ditempat tidur dengan posisi yang menyenangkan (biasanya posisi setengah duduk)
Pada waktu membersihkan tempat tidur pasien dianjurkan untuk duduk di kursi dan memakai “commode” bila b.a.b.
• Semua higiene personal dilakukan oleh pasien sejauh dia dapat melakukan.
• Pada hari kedua pasien boleh berjalan sekitar tempat tidur dengan memakai monitoring.
• Pada hari ketiga boleh ke kamar mandi ditemani oleh perawat.
• Immobilisasi bukan hanya menyebabkan kelemahan dan kehilangan tonus otot tetapi
juga menimbulkan tekanan jiwa.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC Penerbitan Buku
Kedokteran, Jakarta, 1987.
Price Sylvia Anderson; Wilson Mc. Carty, Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1993.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Press, Jakarta, 1991. -------, Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik, Rumah Sakit Jantung “Harapan Kita”, Jakarta, 1989.
Arteri koronaria.
Arteri koronaria adalah cabang pertama dari sirkulasi sistemik. Muara arteri koronaria ini terdapat dalam sinus valsalva dalam aorta, tepat di atas katup aorta. Sirkulasi koroner terdiri dari arteri koronaria kiri dan arteri koronaria kanan. Arteri koronaria kiri mempunyai dua cabang, yaitu arteri desendens arteri kiri dan arteri sirkumpleksa kiri.
Arteri-arteri ini berjalan melingkar jantung dalam dua celah anatomi eksterna: sulkus atrioventrikularis yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, dan sulkus interventrikularis yang memisahkan kedua ventrikel. Tempat pertemuan kedua celah dipermukaan posterior jantung merupakan bagian jantung yang kritis, dipandang dari sudut anatomi dikenal sebagai kruks jantung yaitu bagian jantung yang terpenting dari jantung. Nodus AV berlokasi pada tempat pertemuan ini. Karena itu pembuluh manapun yang melintasi kruks tersebut merupakan pembuluh yang menghantarkan ke nodus AV.
Aretri koronaria kanan berjalan ke lateral mengitari sisi kanan jantung di dalam sulkus interventrikularis kanan. Pada 90 % jantung, arteri koronaria kanan pada waktu mencapai posterior jantung akan menuju kruks lalu turun menuju menuju afeks jantung dalam sulkus interventrikularis posterior. Arteri koronaria kiri tidak bercabang lagi sesudah meninggalkan pangkalnya di aorta. Aretri sirkumpleksa kiri berjalan ke lateral di bagian kiri jantung dalam sulkus atrioventrikularis kiri.
Distribusi secara berkeliling ini sesuai dengan sebutan dan tujuan fungsinya sebagai pembuluh sirkumpleksia. Demikian juga arteri desendens arterior kiri menyatakan perjalanan anatomis dari cabang arteri tersebut. Arteri tersebut berjalan ke bawah pada permukaan jantung dalam sulkus interventrikularis anterior. Kemudian arteri ini melintasi apeks jantung dan berbalik arah dan berjalan ke atas sepanjang permukaan posterior sulkus interventrikularis untuk bersatu dengan cabang distal arteri koronaria kanan.
Setiap pembuluh utama mencabangkan pembuluh epikardial dan intramiokardia yang khas. Arteri desendens arterior kiri membentuk percabangan septum yang memasok 2/3 bagian arterior septum dan cabang-cabang diagonal yang berjalan di atas permukaan anterolateral dari ventrikel kiri. Permukaan posterolateral dari ventrikel kiri diperdarahi oleh cabang-cabang marginal dari arteri sirkumpeksa.
Jalur-jalur anatomis ini menghasilkan suatu korulasi antar arteri koronaria dan penyediaan nutrisi otot jantung. Pada dasarnya arteri koronaria dextra memberikan darah ke atrium kanan, ventrikel kanan dan dinding inferior ventrikel kiri. Arteria sirkumpleksa sinistra memberikan darah pada atrium kiri dan dinding posteriolateral ventrikel kiri. Arteri desendens arterior kiri memberikan darah ke dinding depan ventrikel kiri yang masif.
Penyediaan nutrisi pada penghantar merupakan suatu korelasi kritis lain yang juga ditentukan oleh jalur-jalur anatomis. Meskipun nodus SA letaknya letaknya di atrium kanan, tetapi pada 55% individu mendapat darah dari arteri koronaria kanan, dan 45% individu mendapat darah dari suatu cabang yang berasal dari arteria sirkumpleksa kiri. Nodus AV yang dipasok oleh arteri yang melintasi kruks, yaitu dari arteri koronaria kanan pada 90% individu dan pada 10% sisanya dari arteria sirkumpleksa kiri.
Anastomosis antara cabang arteria juga ditemukan pada sirkulasi koroner. Anastomosis ini tidak berfungsi pada keadaan normal, akan tetapi mempunyai arti yang sangat penting bagi sirkulasi kolateral maupun sirkulasi alternatif untuk berfungsi daerah miokardium yang tidak mendapatkan aliran darah akibat lesi obstuktif pada jalur koroner yang normal.
Vena-vena jantung
Distribusi vena koronaria pararel dengan distribusi arterianya. Sistim vena jantung mempunyai 3 bagian yaitu vena thelesia yang merupakan sistem yang terkecil, menyalurkan sebagian darah dari miokardium atrium kanan dan ventrikel kanan, vena kardiak anterior yang mempunyai fungsi mengosongkan sebagian besar isi jaringan vena ventrikel kanan langsung ke atrium kanan, sinus koronarius dan cabangnya merupakan sistimvena yang paling besar dan paling penting berfungsi menyalurkan pengembalian darah jaringan vena miokardial ke dalam atrium kanan melalui ostium sinus koronaria disamping muara vena kava inferior.
PENGERTIAN MIOKARD INFARK
Miokard infark adalah kematian otot jantung yang diakibatkan oleh kekurangan aliran darah atau oksigen. Penyebabnya adalah penyempitan atau sumbatan pembuluh darah koroner.
PATHOFISIOLOGI
ISKEMIA
Kebutuhan akan oksigen yang melibihi kapasitas suplei oksigen oleh pembuluh darah yang terserang penyakit menyebabkan iskemia miokardium lokal. Pada iskemia yang bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium sehingga akan mengubah metabolisme yang bersifat aerob menjadi metabolisme anaerob.Pembentukan fosfat berenergi tinggi akan menurun.
Hasil akhir metabolisme anaerob yaitu asam laktat akan tertimbun sehingga pH sel menurun.
Efek hipoksia, berkurangnya energi serta asidosis dengan cepat menganggu fungsi ventrikel kiri, kekuatan kontraksi berkurang, serabut-serabutnya memendek, daya dan kecepatannya berkurang. Gerakan dinding segmen yang mengalami iskemia menjadi abnormal, bagian tersebut akan menonjol keluar setiap kali kontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan gangguan gerakkan jantung akan mengubah hemodinamika. Perunahan ini bervariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami iskemia dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf otonom. Menurunya fungsi ventrikel kiri dapa t mengurangi curah jantung sehingga akan memperbesar volume ventrikel akibatnya tekanan jatung kiri akan meningkat. Juga tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dalam kapiler paru-paru akan meningkat.
Manifestasi hemodinamika pada iskemia yang sering terjadi yaitu peningkatan tekanan darah yang ringan dan denyut jantung sebelum timbulnya nyeri yang merupakan respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi miokardium. Penurunan tekanan darah merupakan tanda bahwa miokardium yang terserang iskemia cukup luas merupakan respon vagus.
Iskemia miokardium secara khas disertai perubahan kardiogram akibat perubahan elektrofisiologi seluler yaitu gelombang Tterbalik dan depresi segmen ST. Serang iskemia biasanya mereda dalam beberapa menit bila ketidakseimbangan atara suplai dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki. Perubahan metabolik, fungsional, hemodinamik, dan elektrokardiografik bersifat reversibel.
INFARK
Iskemia yang berlangsung lebih dari 30 - 45 menit akan menyebabkan kerusakan seluler yang irreversibel dan kematian otot atau nekrosis.
Bagian miokardium yang mengalami infark akan berhenti berkontraksi secara permanen. Jaringan yang mengalami infark dikelilingi oleh daerah iskemia.
Infark miokardium biasanya menyerang ventrikel kiri, infark transmural mengenai seluruh tebal dinding miokard, sedangkan infark subendokardial nekrosisnya hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel. Letak infark berkaitan dengan penyakit pada daerah tertentu dalam sirkulasi koroner, misalnya infark anterior dinding anterior disebabkan karena lesi pada ramus desendens anterior arteria koronaria sinistra, infark dinding inferior biasanya disebsbkan oleh lesi pada arteria coronaria kanan.
Infark miokardium akan mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis., kehilangan daya kontraksi, sedangkan otot yang iskemia disekitarnya juga mengalami gangguan kontraksi.
Secara fungsional infark miokardium akan menyebabkan perubahan-perubahan :
Daya kontraksi menurun
• Gerakkan dinding abnormal
• Perubahan daya kembang dinding ventrikel
• Pengurangan curah sekuncup
• Pengurangan fraksi efeksi
• Peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri
Gangguan fungsional ini tergantung dari berbagai faktor; seperti:
• Ukuran infark : 40 % berkaitan dengan syok kardiogenik.
• Lokasi infark: dinding anterior lebih besar mengurangi fungsi mekanik dibandingkan dinding inferior.
• Fungsi miokardium yang terlibat: infark tua akan membahayakan fungsi miokardium sisanya.
• Sirkulasi kolateral: dapat berkembang sebagai respon iskemia yang kronik dan hipoperfusi regional guna memperbaiki aliran darah yang menuju ke miokardium yang terancam.
• Mekanisme kopensasi dari kardiovaskuler: bekerja untuk mepertahankan curah jantung dan perfusi perifer.
Dengan menurunnya fungsi ventrikel, diperlukan tekanan pengisian diastolik dan volume ventrikel akan meregangkan serabut miokardium sehingga meningkatkan kekuatan kontraksi (sesuai hukum starling). Tekanan pengisian sirkulasi dapat ditingkatkan lewat retensi natrium dan air oleh ginjal sehingga infark miokardium biasanya disertai pembesaran ventrikel kiri. Sementara, akibat dilatasi kompensasi kordis jantung dapat terjadi hipertrofi kompensasi jantung sebagai usaha untuk meningkatkan daya kontraksi dan pengosongan ventrikel.
HAL-HAL YANG BISA MENYEBABKAN INFARK MIOKARDIUM
Aterosklerosis
Kolesterol dalam jumlah banyak berangsur menumpuk di bawah lapisan intima arteri. Kemudian daerah ini dimasuki oleh jaringan fibrosa dan sering mengalami kalsifikasi. Selanjutnya akan timbul “plak aterosklerotik” dan akan menonjolke dalam pembuluh darah dan menghalangi sebagian atau seluruh aliran darah.
Penyumbatan koroner akut
Plak aterosklerotik dapat menyebabkan suatu bekua darah setempat atau trombus dan akan menyumbat arteria.
Trombus dimulai pada tempat plak ateroklerotik yang telah tumbuh sedemikian besar sehingga telah memecah lapisan intima, sehingga langsung bersentuhan dengan aliran darah. Karena plak tersebut menimbulkan permukaan yang tidak halus bagi darah, trombosit mulai melekat, fibrin mulai menumpuk dan sel-sel darah terjaring dan menyumbat pembuluh tersebut. Kadang bekuan tersebut terlepas dari tempat melekatnya (pada plak ateroklerotik) dan mengalir ke cabang arteria koronaria yang lebih perifer pada arteri yang sama.
Sirkulasi kolateral di dalam jantung
Bila arteria koronaria koronaria perlahan-lahan meyempit dalam periode bertahun-tahun, pembuluh-pembuluh kolateral dapat berkembang pada saat yang sama dengan perkembangan arterosklerotik. Tetapi, pada akhirnya proses sklerotik berkembang di luar batas-batas penyediaan pembuluh kolateral untuk memberikan aliran darah yang diperlukan. Bila ini terjadi, maka hasil kerja otot jantung menjadi sangat terbatas, kadang-kadang emikian terbatas sehingga jantung tidak dapat memompa jumlah aliran darah normal yang diperlukan.
Faktor-faktor resiko
1. Tidak dapat dirubah: Jenis kelamin, Umur, Keturunan.
2. Dapat dirubah:
Kelebihan lemak, seperti: hiperkolesterol, hiperlipidemia, hiperglitriserida.
Perokok, hiprtensi, kegemukan/obesitas, diabetus militus, stres, kurang aktivitas fisik.
GEJALA KLINIS
Nyeri dada restrofernal seperti diremas-remas atau tertekan.
• Nyeri dapat menjalar ke langan (umumnya ke kiri), bauhu, leher, rahang bahkan ke punggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tak responsif terhadap nitrogliserin.
Bunyi jantung kedua yang pecah paradoksal, irama gallop.
• Krepitasi basal merupakan tanda bendungan paru-paru.
• Takikardi
• Kulit yang pucat
• Hipotensi
• Sesak napas
• Pingsan
PERIKSAAN PENUNJANG
• Elektrokardiografi (EKG) : Adanya gelombang patologik disertai peninggian segmen ST yang konveks dan diikuti gelombang T yang negatif dan simetrik. Yang terpenting ialah kelainan Q yaitu menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam (Q/R lebih dari 1/4)
• Laboratorium :
Creatin fosfakinase (CPK) . Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama ( kurang lebih 6 jam sesudah serangan) dan sudah kembali kenilai normal pada hari ke 3.
SGOT (Serum Glutamic Oxalotransaminase Test) Normal kurang dari 12 mU/ml. Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12-48 jam sesudah serangan dan akan kembali kenilai normal pada hari ke 4 sampai 7.
LDH (Lactic De-hydroginase). Normal kurang dari 195 mU/ml. Kadar enzim baru naik biasanya sesudah 48 jam, akan kembali ke nilai normal antara hari ke 7 dan 12.
• Pemeriksaan lainnya adalah ditemukannya peninggian LED, lekositosis ringan dan kadang-kadang hiperglikemia ringan.
• Kateterisasi: Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
• Radiologi. Hasil radiologi tidak menunjukkan secara spesifik adanya infark miokardium, hanya menunjukkan adanya pembesaran dari jantung.
KOMPLIKASI PADA INFARK MIOKARDIUM
Gagal ginjal kongestif
Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokardium. Infark miokardium mengganggu fungsi miokardium karena menyebabkan pengurangan kontraktilitas, menimbulkan gerakan dinding yang abnormal dan mengubah daya kembang ruang jantung tersebut. Dengan berkurangnya kemampuan ventrikel kiri untukmengosongkan diri, maka besar curah sekuncup berkurang sehingga volume sisa ventrikel meningkat. Akibatnya tekanan jantung sebelah kiri meningkat. Kenaikkan tekanan ini disalurkan ke belakang ke vena pulmonalis. Bila tekanan hidrostatik dalam kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik vaskuler maka terjadi proses transudasi ke dalam ruang interstitial. Bila tekanan ini masih meningkat lagi, terjadi udema paru-paru akibat perembesan cairan ke dalam alveolis sampai terjadi gagal jantung kiri. Gagal jantung kiri dapat berkembang menjadi gagal jantung kanan akibat meningkatnya tekanan vaskuler paru-paru sehingga membebani ventrikel kanan.
Syok kardiogenik
Diakibatkan karena disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami infark yang masif, biasanya mengenai lebif dari 40% ventrikel kiri. Timbul lingkaran setan hemodinamik progresif hebat yang irreversibel, yaitu :
Penurunan perfusi perifer
• Penurunan perfusi koroner
• Peningkatan kongesti paru-paru
Disfungsi otot papilaris
Disfungsi iskemik atau rupture nekrosis otot papilaris akan mengganggu fungsi katub mitralis, memungkinkan eversi daun katup ke dalam atrium selama sistolik. Inkompentensi katub mengakibatkan aliran retrograd dari ventrikel kiri ke dalam atrium kiri dengan dua akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis. Volume aliran regugitasi tergantung dari derajat gangguan pada otot papilari bersangkutan.
Depek septum ventrikel
Nekrosis septum interventrikularis dapat menyebabkan ruptura dinding septum sehingga terjadi depek septum ventrikel. Karena septum mendapatkan aliran darah ganda yaitu dari arteri yang berjalan turun pada permukaan anterior dan posterior sulkus interventrikularis, maka rupture septum menunjukkan adanya penyakit arteri koronaria yang cukup berat yang mengenai lebih dari satu arteri. Rupture membentuk saluran keluar kedua dari ventrikel kiri. Pada tiap kontraksi ventrikel maka aliran terpecah dua yaitu melalui aorta dan melalui defek septum ventrikel. Karena tekanan jantung kiri lebih besar dari jantung kanan, maka darah akan mengalami pirau melalui defek dari kiri ke kanan, dari daerah yang lebih besar tekanannya menuju daerah yang lebih kecil tekanannya. Darah yang dapat dipindahakan ke kanan jantung cukup besar jumlahnya sehingga jumlah darah yang dikeluarkan aorta menjadi berkurang. Akibatnya curah jantung sangat berkurang disertai peningkatan kerja ventrikel kanan dan kongesti.
Rupture jantung
Rupture dinding ventrikel jantung yang bebas dapat terjadi pada awal perjalanan infark selama fase pembuangan jaringan nekrotik sebelum pembentukkan parut. Dinding nekrotik yang tipis pecah sehingga terjadi perdarahan masif ke dalam kantong perikardium yang relatif tidak alastis tak dapat berkembang. Kantong perikardium yang terisi oleh darah menekan jantung ini akan menimbulkan tanponade jantung. Tanponade jantung ini akan mengurangi alir balik vena dan curah jantung.
Tromboembolisme
Nekrosis endotel ventrikel akan membuat permukaan endotel menjadi kasar yang merupakan predisposisi pembentukkan trombus. Pecahan trombus mural intrakardia dapat terlepas dan terjadi embolisasi sistemik. Daerah kedua yang mempunyai potensi membentuk trombus adalah sistem vena sistenik. Embolisasi vena akan menyebabkan embolisme pada paru-paru.
Perikarditis
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung berkontak dengan perikardium menjadi besar sehingga merangsang permukaan perikardium dan menimbulkan reaksi peradangan, kadang-kadang terjadi efusi perikardial atau penimbunan cairan antara kedua lapisan.
Sindrom Dressler
Sindrom pasca infark miokardium ini merupakan respon peradangan jinak yang disertai nyeri pada pleuroperikardial. Diperkirakan sindrom ini merupakan suatu reaksi hipersensitivitas terhadap miokardium yang mengalami nekrosis.
Aritmia
Aritmia timbul aibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokardium. Perubahan elektrofiiologis ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
TINDAKAN PENGOBATAN
Tindakan pengobatan yang paling penting pada arterosklerosis adalah pencegahan primer. Pencegahan tersebut karena berbagai alasan, antara lain :
1. Pada penyakit arterosklerosis secara klinis baru dapat terlihat setelah masa laten yang lama. Perkembangan penyakit ini bergejala pada awal masa dewasa. Lesi yang dianggap sebagai prekuser penyakit arterosklerosis ditemukan pada dinding arteri koronaria anak-anak dan dewasa muda.
2. Tidak ada pengobatan kuratif untuk penyakit arteriosklerosis koroner. Begitu diketahui secara klinis terapi hanya diberikan bersifat paliatif untuk mengurangi atau memperlambat perkembangan penyakit.
3. Akibat penyakit arterioklerosis koroner dapat sangat berbahaya , infark miokardium sering terjadi tanpa tanda perigatan lebih dahulu. Insiden kematian mendadak tinggi.
Karena patogenesis yang tepat belum diketahui, maka pengendalian faktor resiko dari penyakit
arterosklerosis adalah pencegahan. Faktor-faktor resiko yang dapat diubah
- Hiper lipidemi - Diet Tinggi kalori, lemak total, lemak jenuh,
- Hipertensi kolesterol dan garam
- Merokok - Diabetis Militus
- Obesitas - Gaya hidup yang kurang gerak
- Stres psikososial
Pada orang dewasa yang cenderung menderita penyakit koroner adalah mereka yang memiliki faktor resiko dan yang jelas menderita penyakit. Tetapi pengendalian faktor resiko sedini mungkin agaknya dapat mencegah aterogenesis atau memperlambat perkembangan penyakit sedemikian rupa sehingga jumlah mortalitas atau morbiditas dapat dikurangi. Dalam hal ini yang penting adalah pendidikan kesehatan sedini mungkin, serta pengendalian faktor resiko, bukan pengobatan klinis pada penyakit yang sudah terjadi.
Pengobatan iskemia dan infark
Pengobatan iskemia miokardium ditujukan kepada perbaikan keseimbangan oksigen (kebutuhan miokardial akan oksigen) dan suplai oksigen.Untuk pemulihan dilakukukan dengan mekanisme:
1. Pengurangan kebutuhan oksigen.
2. Peningkatan suplai oksigen
Ada tiga penentu utama untuk pengurangan kebutuhan oksigen, yang dapat diatasi dengan terapi adalah :
1. Kecepatan denyut nadi
2. Daya kontraksi
3. Beban akhir (tekanan arteria dan ukuran ventrikel )
4. Beban kebutuhan jantung dan kebutuhan akan oksigen dapat dikurangi dengan menurunkan kecepatan denyut jantung, kekuatan kontraksi, tekanan arteria dan ukuran ventrikel.
Nitrogliserin
Terutama untuk dilatasi arteria dan vena perifer dengan memperlancar distribusi aliran darah koroner menuju daerah yang mengalami iskemia meliputi; vasodilatasi pembuluh darah kolateralis. Dilatasi vena akan meningkatkan kapasitas penambahan darah oleh vena diperifer, akibatnya aliran balik vena ke jantung menurun sehingga memperkecil volume dan ukuran ventrikel. Dengan demikian vasodilatasi perifer akan mengurangi beban awal akibatnya kebutuhan oksigen pun akan berkurang.
Propranol (inderal)
Suatu penghambat beta adrenergik, menghambat perkembangan iskemia dengan menghambat secara selektif pengaruh susunan saraf simpatis terhadap jantung. Pengaruh ini disalurkan melalui reseptor beta. Rangsangan beta meningkatkan kecepatan denyut dan daya kotraksi jantung . Proprenol menghambat pengaruh-pengarug ini, dengan demikian dapat mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Digitalis
Digitalis dapat meredakan angina yang menyertai gagal jantung dengan meningkatkan daya kontraksi dan akibatnya akan meningkatnya curah sekuncup. Dengan meningkatnya pengosongan ventrikel, maka ukuran ventrikel berkurang. Meskipun kebutuhan akan oksigen meningkat akibat meningkatnya daya kontraksi, hasil akhir dari pengaruh digitalis terhadap gagal jantung adalah menurunkan kebutuhan miokardium akan oksigen.
Diuretika
Mengurangi volume darah dan aliran balik vena ke jantung, dan dengan demikian mengurangi ukuran dan volume ventrikel.
Obat vasodilator dan antihipertensi dapat mengurangi tekanan dan resistensi arteria terhadap ejeksi ventrikel, akibatnya beban akhir menurun/berkurang.
Sedativ dan antidepresan juga dapat mengurangi angina yang ditimbulkan oleh stres atau depressi.
Pengobatan untuk mencegah komplikasi
Deteksi dini dan pencegahan sangat penting pada penderita infark. Dua kategori komplikasi yang perlu diantisipasi yaitu; ketidakstabilan listrik atau aritmia dan gangguan mekanis jantung atau kegagalan pompa. Segera dilakukan pemantauan elektrokardiografi.
Prinsip-prisip penanganan aritmia :
1. Mengurangi takikardi dengan perangsangan parasimpatis. Diperlukan abat-abat anti aritmia. antara lain ; isoproterenal (isuprel)
2. Escopa beats, akibat kegagalan nodus sinus, obat-obat yang diperlukan untuk mempercepat pulihnya pacu jantung normal, yaitu nodus sinus, seperti : lidokain(xylocaine) dan prokainamid.
3. Terapi dari blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran normal. Diperlukan obat-obat yang mempercepat hantaran dan denyut jantung, antara lain : atropin, atau isoproterenal (isuprel) atau dengan pacu listrik (pace maker).
Pengobatan dengan alat pacu.
Alat pemacu dapat dibagi dalam dua pola respon.
• Menghambat, alat pacu akan berhenti jika menangkap impuls dari jantung sendiri.
• Memicu, alat pacu menyala selama periode refrakter dari denyut yang ditangkap, tanpa menghasilkan denyut pacuan.
TINDAKAN KEPERAWATAN
Setelah diagnosa infark miokardium dipastikan maka tindakan segera adalah sebagai berikut :
1. Menghilangkan rasa sakit
Morpin sulfat : 2,5 mg - 10 mg
Pethidin : 25 mg - 50 mg
2. Memasang monitoring EKG
Aritmia dapat terjadi setiap saat khususnya 6 jam dan bila ada perubahan kemudian didokumentasikan sebagai dasar perbandingan selanjutnya. Sistim alarm pada monitor harus selalu dalam posisi “on”. Pasien biasanya dimonitor selama 48-72 jam.
3. Memasang intervenous line
Obat-obatan dapat diberikan segera melalui “intervenous line” dalam siruasi gawat. Bila dipasang hanya intravena kanula tanpa cairan diflush dengan heparin saline setiap 4 jam dan setelah pemberian obat-obatan.
4. Terapi oksigen
Pemberian oksigen ditentukan oleh keadaan klinis pasien. Nasal kanula diberikan 2-4 liter/menit.
5. Penilaian status klinis
• Tanda-tanda vital.
Tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan diukur setiap jam selama 6 jam pertama atau sampai stabil. Tekanan darah diukur pada kedua lengan pada waktu masuk. Temperatur diukur pada waktu masuk dan setiap 6-8 jam.
• Kulit, perifer
Observasi kulit pasien apakah berkeringat, hal ini sering sebagai manifestasi dari kenaikkan sistem simpatik yang diikuti kegagalan dari jantung kiri. Apakah kulit dingin? ini dapat disebabkan oleh vasokontriksi perifer, dimana ada tanda-tanda pengurangan aliran darah ke kulit/perifer yang merupakan tanda-tanda syok kardiogenik.
• Rales atau Crepitations
Suara napas yang tidak normal disebabkan adanya cairan di alveoli atau di bronkus. Crepitations selain dijumpai pada kasus paru, juga pada kegagalan dari jantung kiri.
• Gallop. S3 terdengar pada kegagalan jantung.
• Vena jugularis.
Kenaikan dari tekanan vena jugularis adalah indikasi untuk kegagalan jantung kanan.
• Perubahan mental
Perubahan mental dapat diartikan bahwa perfusi ke otak tidak efektif, tanda-tanda dari syok kardiogenik. Perubahan mental diperiksa setiap saat melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital Penilaian ini sering dilakukan bila kondisi pasien tidak stabil.
6. Explanation and Reassurance
Bagi kebanyakan pasien bila masuk ke ruangan intensif merupakan suatu pengalaman yang menakutakan. Oleh karena itu perawat harus menerangkan tentang keadaan ruang perawatan dan tannperalaya.Bila dilakukan tindakan kepada pasien harus deiterangkan maksud tujuannya.
Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut :
7. Pengambilan EKG 12 lead. EKG lengkap dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan selanjutnya atas indikasi.
8. Pemeriksaan Laboratorium. Pada waktu masuk dilakukan pemeriksaan CK, CKMB,SGOT,LDH, Hematologi, Ureum,Elektrolit, Kholesterol, Gula darah, dan lain-lain bila ada indikasi.
9. “Chest X-ray”. Diambil pada waktu masuk dan boleh diulang bila ada indikasi. Sering kegagalan jantung kiri yang dini tidak menunjukkan gejala-gejala dan tidak dapat dilihat pada waktu pemeriksaan fisik, tetapi hal ini dapat dilihat pada CXR. Pelebaran aorta, pleural effusion, pembesaran jantung dapat dilihat.
10. Sakit dada. Pasien dianjurkan untuk memberi tahu perawat bila sakit dada bertambah. Segera hilangkan dengan memberikan nitroglycerin sub lingual atau analgetik, tergantung dari berat dan frekuensi sakitnya. Infus nitroglycerin juga boleh dipertimbangkan.
11. Aktifitas.
• Istirahat ditempat tidur dengan posisi yang menyenangkan (biasanya posisi setengah duduk)
Pada waktu membersihkan tempat tidur pasien dianjurkan untuk duduk di kursi dan memakai “commode” bila b.a.b.
• Semua higiene personal dilakukan oleh pasien sejauh dia dapat melakukan.
• Pada hari kedua pasien boleh berjalan sekitar tempat tidur dengan memakai monitoring.
• Pada hari ketiga boleh ke kamar mandi ditemani oleh perawat.
• Immobilisasi bukan hanya menyebabkan kelemahan dan kehilangan tonus otot tetapi
juga menimbulkan tekanan jiwa.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, EGC Penerbitan Buku
Kedokteran, Jakarta, 1987.
Price Sylvia Anderson; Wilson Mc. Carty, Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, 1993.
Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Press, Jakarta, 1991. -------, Dasar-dasar Keperawatan Kardiotorasik, Rumah Sakit Jantung “Harapan Kita”, Jakarta, 1989.
Langganan:
Postingan (Atom)