PENGERTIAN PSIKOMETRI
Psikometri adalah cabang ilmu psikologi yang berkaitan dengan pengukuran atribut-atribut psikologis, Ex. IQ, EQ, SQ prilaku dilenkuen, keperibadian ekstovet-intervrt, mutifasi, prestasi belajar, kepercayan diri, dll.
1. PENGUKURAN
Pengukuran adalah prosedur kuantifikasi terhadap atribut atau variabel dengan aturaaturan tertentu sepanjang suatu kontinum
Cara pengadministrasian alat ukur, siksp tester terhadap subjek (teste) yang dikenai pengukuran, mudel skala yang digunakan dalam pensekoran (apakah model lekert: sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju, atau menggunakan model thurstone)
2. KARAKTERISTIK PENGUKURAN
a) Pembanding antara antara atribut yang di ukur dengan alat ukurnya. Ketika pak anto’ mengenakan tes WAIS kepada asrul pada dasarnya pak anto’ hendak membandingkan skor yang di peroleh asrul pada tes WAIS dengan suatu kontinum skor yang ada pada tes WAI.
b) Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif.
c) Hasilnya bersifat deskriptif.
3. KEGUNAAN PENGUKURAN
a) Objektifitas
b) Penyajian data secara rinci, bisa dilakukan analisis matematis, komunikasibilitas hasil yang tinggi
c) Ekonomi.
d) Generaliasi.
4. EVALUASI
a) Evaluasi adalah kegiatan membandingkan antara hasil ukur dengan satu norma atau suatu kreteria. Ssebagai contoh, seorang psikologi tidak bisa mengatakan bahwa skor 70 yang diperoleh leely (6 taun) pada tes BINET adalah tergolong baik atau buruk, sebelum psikolog tersebut membandingkan dengan norma yang ada. Seorang psikolog juga tidak bisa mengatakan skor 90 yang diperoleh asrul (25 tahun) pada tes WAIS tergolong sebagai IQ yang Average, Brigh Everage atau superior sebelum psikolong tersebut membandingkan dengan norma tes yang ada.
b) Hasilnya bersifat kualitatif.
c) Hasilnya dinyatakan secara evaluatif.
5. JENIS DATA
a) Skala nominal: adalah skala yang bersifat sebagai pembeda atau menunjukkan suatu karakteristik.
b) Skala ordinal: adalah adanya perbedaan jenjang. Contoh: rangking kelas, dll.
c) Skala interval:
a. Adanya perjenjangan dan jakarta antara jenjang diasumsikan sama.
b. Nol tidak mutlak.
c. Tidak dimungkinkan adanya perkalian atau pembagian.
d) skala rasio:
a. Interval yang memiliki nol mutlak.
b. Dapat dikenai operasi hitung.
6. BEBERAPA ISTILAH DALAM PSIKOMETRI
a) Konstanta : Memiliki Mean sebesar U (Mu) & memiliki varians = 0. Ex. π = 3, 141.
b) Variabel : Memiliki Mean sebesar U (Mu) & memiliki varians sebesar S2.
Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai (Singarimbun, 1989). Konsep-konsep yang sudah diterjemahkan menjadi satuan yang lebih operasional, yakni variabel dan konstruk (construct) belum sepenuhnya siap untuk diukur, kecuali bila telah didefinisikan secara operasional. Karena variabel dan konstruk mempunyai beberapa dimensi yang dapat diukur secara berbeda (Singarimbun, 1989).
c) Statistik : Besaran kuantitatif untuk suatu sampel.
d) Parameter : Besaran kuantitatif untuk suatu sampel.
1. TUJUAN TES PSIKOLOGI
a. Membandingkan dua atau lebih aspek atribut psikologis pada indiviidu yang sama
b. Membandingkan individu yang berbeda pada aspek atribut psikologis yang sama.
2. KARAKTERISTIK TES PSIKOLOGI
a. Tes adalah suatu prosedur yang sistematis yang terdiri dari stimulus yang didesain dengan baik dalam rangkaian tertentu berdasar kepada prinsip-prinsip konstruksi tes.
b. Tes psikologis melakukan baik pengukuran kuantitatif dengan menggunakan skala numerik maupun proses evaluasi yang bersifat kualitatif dengan menggunakan sistem kategori. Contoh kategorisasi dalam tes WAIS:
19 kebawah : profound retardation.
20 – 34 : severe tetardation.
35 – 49 : moderat retardation.
50 – 70 : mild retardation.
71 – 79 : borderline.
80 – 89 : dull average.
90 – 109 : average.
110 – 119 : bright average.
120 – 129 : superior.
130 ke atas : very sop.
3. KLASIFIKASI TES PSIKOLOGI
1. Dimensi atribut psikologis
a. Atribut kongnitif
b. Atribut non kognitif
2. Dimensi materi yang digunakan dalam mmenyusun tes
a. Tes proyektif, contoh: tes TAT, CAT, Rho
b. Tes non proyektif contoh: tes WAIS tes BINIT, tes WISC,tes RMIB,, tes 16 PF, tes IST.
3. Diminsi administrasi
a. Tes kelompok , seperti tes IST untuk tes IQ
b. Tes individual, seperti tes WAIS, WISC, BINIT untuk tes IQ
TEORI TES KLASIK DAN ASUMSI-ASUMSINYA
1. Unsur-unsur dalam teori sudah dikembangkan & diaplikasikan sejak lama tetapi masih banyak digunakan hingga sekarang.
2. Teori berupa asumsi-asumsi yg dirumuskan secara matematis.
3. Modelnya disebut true score model
ASUMSI-ASUMSI TEORI TES KLASIK
a. ASUMSI 1: X=T+E
Ket: X= Observed Scores/Skor Tampak/Skor Perolehan/Skor Kasar
T= True Scores/Skor Murni
E= Error.
Contoh: Jika skor murni si Abdul dalam tes IQ =110, dalam Tes 1 X= 112 (maka E=+2) & dalam Tes 2 X= 108 (maka E= -2)
b. ASUMSI 2: ε (X)=T
Skor murni adalah Mean dari hasil beberapa kali pengkuran (diasumsikan tdk terbatas jumlahnya) yang dilakukan pada orang yg sama dgn alat tes yang sama, dimana setiap pengulangan tes bersifat independen.
c. ASUMSI 3: ρet = 0
Ket: ρ = r = korelasi
Distribusi Eror pengukuran (E) tidak berkorelasi dg distribusi skor murni (T)
Contoh: Abdul, T= 120
Tes 1, X = 122 (E = +2)
Tes 2, X = 118 (E= - 2)
d. ASUMSI 4: ρ E1 E2 = 0
Tidak terdapat korelasi antara kesalahan pada Tes 1 dengan Tes 2. Kecuali bila kesalahan dalam tes disebabkan oleh practice effect, Facking Bad, Faktor lingkungan, dll.
Contoh: Jika pada tes 1 Abdul mendapat (E = + 6), tidak berarti pada tes 2 Abdul akan mendapat skor (E) yg lebih besar dari tes 1.
e. ASUMSI 5: ρ E1 T2 = 0
Jika ada dua tes yang mengukur atribut yg sama, maka skor E pada tes 1 tidak berkorelasi dengan skor T pada tes 2, kecuali bila salah satu tes mengukur aspek yg berpengruh thdp terjadinya eror.
ASUMSI 5 INI MEMUNCULKAN KONSEP TES PARAREL DAN EKUIVALEN
f. ASUMSI 6 TES PARALEL
Dua tes disebut sebagai tes paralel (sama & bisa jadi badal), jika:
1. Skor T dari setiap subjek adalah sama pad kedua tes tersebut (T = T’).
2. Varians eror pada populasi yg dikenai tes adalah sama besar σe 2 = σe’ 2.
3. Memiliki Mean dan Varians skor X yang setara.
4. Dua tes disebut Equivalen jika besarnya perbedaan skor murni setiap individu pada kedua tes tersebut selalu tetap.
Contoh: Jika setiap orang yg dites di Impresi IAIN memperoleh skor 80, kemudian di tes di UNAIR pasti memperoleh skor 100, maka kedua tes disebut Ekuivalen.
g. ASUMSI 7 TES EQUIVALEN
Dua tes disebut Equivalen jika besarnya perbedaan skor murni setiap individu pada kedua tes tersebut selalu tetap.
Contoh: Jika setiap orang yg dites di Impresi IAIN memperoleh skor 80, kemudian di tes di UNAIR pasti memperoleh skor 100, maka kedua tes disebut Ekuivalen.
1. KELEMAHAN UTAMA TEORI TES KLASIK
• Alat ukur bersifat sample bound.
• Butir-butir soal hanya merupakan sampel dari populasi butir soal.
• Populasi yang digunakan dalam penyusunan alat tes hanya merupakan sampel dari populasi subjek
2. TEORI TES MODERN
Teori tes moderen mendasarkan diri pada pasa sifat-sifat atau kemampuan yang laten mendasari kinerja (performance)atau repon subjek terhadap butiran soal tertentu, item reponsse theory (IRT) berlandasan pada dua postulat yaitu:
• Kinerja seorang subjek pada suatu butiran soal dapat di peridiksikan (atau dijelaskan)dari suatu perangkat factor-faktor yang disebut sifar-sifat laten,atau kemampuan.
• Hubungan antara kinerja pada suatu soal dan perangkat sifat-sifat yang mendasari kinerja itu dapat dapat di dideskripdikan denan fungsi meningkat secara monotik yang disebut fungsi karesteristik butiran soala, fungsi ini mengatakan bahwa apabila taaraf sifat (kemampuan) meningkat, maka probabilitas suatu respon yang bennar terhadap suatu butiran soal juga naik.
3. ASUMSI- ASUMSI TES MODEREN (IRT)
1. Parameter butiran soal adalah (invariant).
2. Unidimensionslity : satu aitem mengukur satu kemampuan. Asumsi ini kurang terbuukti karna pada dasarnya antaraitem satu dengan lainya saling melengkapi.
3. Local independence repon terhadap suatua aitem tidak akan berpengaruh pada lainya.
4. PARAMETER BUTIRAN SOAL
• Daya beda soal sejauh mana aitem yang ada mampu membedakan antara subjek yang berkemampuan rendah dan berkemampuan tinggi.
• Tingkat kesukaran soal setiaap yang dibuat akan dilakukan uji psikomitri apakah soal yang dibuat terlalu sulit atau terlalu mudah,(yang dipakek adalah soal yang tidak relalu sulit tidak telau mudah).
• Tingkat kebetulan menjawab soal.
5. MODEL-MODEL YANG POPULER DALAM TEORI REPON BUTIRAN SOAL
• Model logistic satu parameter
• Model logistic dua parameter
• Model logistic tiga parameter
6. TEORI TES KLASIK VS IRT
• Banyak item u/ ungkap 1 kemampuan.
• E diukur dari banyaknya skor
• Semakin banyak soal & semakin lama tes semakin baik.
• Bias tidaknya item tergantung pada sampel representatif.
• Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan 1 kelompok representatif (norma ditentukan oleh 1 kelmpok representatif).
• Sifat skala interval bisa diperoleh dg adanya distribusi normal (Data harus terdistribusi secara normal).
• Item campuran bisa menyebabkan ketidak seimbangan dlam skor tes.
• Perubahan skor tidak bisa dibandingkan jika skor awalnya tidak sama.
• Fitur-fitur stimulus tidak perlu dibandingkan secara langsung dengan psikometri
7. TEORI TES MODEREN (IRT)
1 item mengukur 1 kemampuan.
2 E berlaku hanya u/ 1 skor.
3 Semakin cepat tes semakin baik.
4 U/ mengetahui bias tidaknya item tidak harus dengan sample representatif.
5 Skor tes akan berguna jika dibandingkan dengan itemnya.
6 Sifat skala interval bisa disesuaikan. Ex. SS--------STS
7 Format item campuran dapat menghasilkan skor optimal.
8 Bisa
9 Fitur-fitur stimulus dapat dibandingkan secara langsung dengan psikometri. Ex. Pada teori IRT kita dapat mengetahui mana alternatif jawaban yg efektif dan mana yg tidak.
FUNGSI RELIABILITAS
• Sejauh mana hasil pengukuran dengan instrument tersebut dapat di percaya.
• Proporsi variabilitas skor tes yg disebabkan oleh perbedaan yg sebenarnya diantara individu.
1. INTERPRETASI KOEFISIEN RELIABILITAS
• rxx’ = Korelasi skor X antara dua tes yg paralel.
• rxx’2= Sumbangan efektif penelitian (E)
• rxx’= St2 / SX2. Ex. Jika suatu pengukuran diperoleh rxx’ = 0.80, maka 80% dari SX adalah St. Jika St2 = Sx2 maka reliabilitas tes sempurna rxx’= 1.00.
2. INTERPRETASI KOEFISIEN RELIABILITAS
• rxx’ = rxt2
Reliabilitas = Kuadrat koefisien korelasi antara X & T
• rxx’= 1-rxe2
Reliabilitas = 1 – koefisien korelasi antara X dan E
• rxx’= 1- se2 /sx2.
Tinggi rendahnya reliabilitas ditentukan oleh sx2. Semakin heterogen suatu kelompok semakin baik reliabilitasnya.
MODEL PENDEKATAN LAMA
A. TES ULANG (TEST – RETEST)
Administrasi : Alat ukur disajikan sebanyak dua kali pada satu kelompok subjek dg memberi tenggang waktu tertentu.
KELEMAHAM
a. Terjadi perubahan skor yang tidak se-arah (Eror random)
b. Subjek kenaikan sama besar pada tes kedua
c.
B. SKOR TES ULANG RANDOM
Subjek Skor pertama
(x1) Skor kedua
(x2)
A 20 22
B 19 20
C 22 22
D 17 18
E 24 24
F 17 16
G 20 21
H 15 17
I 24 23
J 19 19
C. SKOR TES ULANG EROR SISTEMATIK
SKOR PERTAMA
(X1) SKOR KEDUA
(X2) EROR
(X1-X2)
20 22 +2
19 21 +2
22 24 +2
17 19 +2
24 26 +2
17 19 +2
20 22 +2
15 17 +2
24 26 +2
19 21 +2
rx1x2 = 1.00 Se2=0
D. BENTUK PARALEL
Administrasi : Memberikan sekaligus dua tes yang paralel satu sama lain pada sekelompok subjek.
Kelemahan : Sangat sulit menemukan tes yang paralel, sehinggan memungkinkan terdapat varians eror.
E. MODEL KONSISTENSI INTERNAL
PROSEDUR :
• Tes hanya diberikan satu kali pada sekelompok subjek (single trial administration).
• Pembelahan tes baru dilakukan setelah pengenaan tes.
• Dalam pendekatan model paralel & tes ulang, pembelahan hanya bisa dilakukan dalam jumlah yang sama pada masing2 belahan. Sementara pendekatan konsistensi memungkinkan pembelahan dengan jumlah yang tidak seimbang (FORMULA FELD).
F. CARA PEMBELAHAN TES
• PEMBELAHAN CARA RANDOM
Membela tes menjadi dua bagian dengan cara random (simple random, computer selection).
Syarat:
1. Item harus homogen (content homogeneous).
2. Taraf kesukaran soal harus diperhatikan
• PEMBELAHAN GASAL GENAP
Pembelahan dg mengumpulkan item2 dg nomor gasal dan genap (odd-even splits).
Belah dua: Formula spearman brown
Kegunaan:
• Estimasi Reliabilitas tes yang bisa dibelah menjadi dua bagian
• Umumnya memperoleh dua belahan tes yg relatif paralel.
• Pembelahan yang sering digunakan adalah cara pembelahan gasal genap atau matched-random subsets.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar