Minggu, 26 September 2010

PSIKODIAGNOSTIKA (II) (Observasi)

Oleh: Yuli Fajar Susetyo
Amitya Kumara
MATERI KULIAH OBSERVASI
1. Definisi, tujuan, Manfaat, Kelebihan dan Kelemahan,
2. Observer, proses observasi, dan objektivitas data observasi
3. Observasi sehari-hari dan observasi ilmiah, dan observasi sebagai alat psikodiagnotik
4. observasi sistematik-non sistematik, Partisipan-non partisipan, Eksperimental-natural
5. Pencatatan hasil observasi dan praktek
6. Strategi observasi jenis naratif
7. Strategi observasi Event sampling dan time sampling
8. Strategi observasi Check lists dan rating scales
9. Pengolahan dan interpretasi data observasi
10. Penutup : penyajian data observasi dan review

OBSERVASI dalam PSIKODIAGNOSTIKA
Berkaitan dengan proses penyelidikan untuk mengidentifikasi dan memahami variabel psikologis untuk penegakan diagnosis psikologis
Ada proses pengukuran dan penggunaan berbagai teknik untuk mampu memahami dan mendiagnosis variabel psikologis
Psikodiagnostik bukan hanya milik psikologi klinis, walapun istilah diagnosis didominasi di psikologi klinis.
Mengapa Perlu Observasi bagi Psikolog
Goodwin & Driscoll (dalam Bentzen, 1993)
 Memungkinkan mengukur perilaku yang tidak dapat dengan alat ukur psikologis lain (banyak pada anak)
 Prosedur formal ditanggapi tidak serius (tidak dapat dilakukan)
 Lebih tidak mengancam (pada anak lebih akurat)
Kegunaan observasi dalam psikodiagnostik
 Keperluan asesmen awal
 Menentukan kekuatan observee dan menggunakannya untuk meningkatkan hal-hal yang masih lemah
 Dasar merancang rencana individual
 Dasar dari titik awal kemajuan klien
 Mengetahui perkembangan anak pada area tertentu
 Untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan anak
 Bahan untuk memberi laporan kepada orang tua, guru, dokter, dan profesi lain
 Informasi status anak/remaja di sekolah untuk keperluan BK
 Informasi status klien klinis (di rumah sakit jiwa)
TUGAS
 Carilah objek observasi :
 Fisik
 Manusia (individu)
 Kelompok
 Catatlah hasil amatan Anda
 Apa makna amatan tersebut?
 Apa kesimpulan Anda?
PRO DAN KONTRA
 Patton (1990) persepsi selektif manusia menyebabkan munculnya keragu-raguan terhadap validitas dan reliabilitas observasi sebagai suatu metode pengumpulan data ilmiah.
 Dia menjelaskan pengaruh persepsi selektif yang diwarnai bias dan minat pribadi terjadi pada kebanyak orang awam yang tidak terlatih untuk dapat disebut sebagai peneliti terlatih
 Agar dapat menjadi metode yang akurat maka harus dilakukan oleh peneliti yang melewati latihan-latihan yang memadai dan telah mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
- Observasi
Definisi dan deskripsi umumIstilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul , dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
- Sebagai metode yang paling dasar dan paling tua, dasar karena dalam setiap aktivitas psikologi ada aspek observasi
- Semua bentuk penelitian kualitatif dan kuantitatif mengandung aspek obsevasi
- Dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperimental) maupun dalam konteks alamiah (Banister, 1994)
 PENGERTIAN Observasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan sengaja melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala objek yang diteliti
 Pengertian sempit
Pengamatan secara langsung terhadap gejala yang diselidiki baik dalam situasi alamiah maupun situasi buatan
 Pengertian luas
Termasuk pengamatan yang dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan alat-alat bantu yang sudah dipersiapkan sebelumnya maupun yang diadakan khusus untuk keperluan tersebut.
TUJUAN OBSERVASI
mendeskripsikan seting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.
PENTINGNYA OBSERVASI, Patton (1990)
1. peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks
2. Peneliti lebih bersikap terbuka, berorientsai pada penemuan daripada pembuktian, dan mendekati masalah secara induktif. Pengaruh konseptualisasi (yang ada sebelumnya) ttg topik yang diamati berkurang
3. Peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh partisipan kurang disadari atau partisipan kurang mampu merefleksikan pemikiran tentang pengalaman itu
4. Memperoleh data tentang hal-hal yang tidak diungkapkan secara terbuka dengan wawancara
5. Mengatasi persepsi selektif dan peneliti dapat bergerak lebih jauh
6. Memungkinkan peneliti merefleksi & bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi & perasaan pengamat menjadi bagian untuk memahami fenomena
Apa yang diobservasi
 Berdasarkan tujuan / variabel yang menjadi target
 Ekspresi verbal, non verbal, respons verbal/non verbal/perilaku terhadap stimulus, atau kemunculan indikator khusus
 Level observasi dapat aspek khusus dari perilaku, individu, kelompok, dan situasi/proses
 Waktu (kapan, kecepatan, durasi), lokasi (tempat), penampakan eksterior (cara jalan, berpakaian), gaya bahasa (intonasi, pilihan kata)
Webb dkk (1966) & Denzin (1970) Yang diobservasi :
Exterior physical signs : pakaian, gaya rambut, sepatu, tato, rumah, perhiasan dll
Expressive movements : gerakan-gerakan tubuh seperti gerakan mata, wajah, postur, lengan, senyum, kerutan dahi dll
Physical location : perhatikan personal space dan lingkungan fisik
Language behaviour : menyilangkan kaki dll
Time duration
Diterapkan pada kelas sosial, status, jender, dan sikap sosial
Reliabilitas & Validitas
 Reliabilitas : Metode yang reliabel, metode yang digunakan orang lain dalam kondisi yang sama akan menunjukkan hasil yang sama atau serupa. Perlunya reliabilitas antar rater
 Valisitas : keakuratan/keterpercayaan seberapa tepat metode mengukur apa yang diukur. Validitas tidak intrinsik ada pada metode karena dapat lebih dihubungkan dengan problem yang diteliti. Contoh Untuk meneliti tentang kelas sosial lebih valid dengan wawancara daripada observasi mobil yang dipakai
ETIKA OBSERVASI
 Privacy subjek
 Keamanan subjek
 Persetujuan subjek
 Perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan
 Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
 Pencegahan kecuragan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau masyarakat
 Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negatif
Pertimbangan diatas diterapkan pada 3 tahap penelitian yaitu rencangan penelitian, proses di lapangan, dan penulisan-publikasi
JENIS OBSERVASI

OBSERVASI SISTEMATIK
 Disbt juga observasi terstruktur; ada kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati
 Sistematik : lebihmenekankan pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya setiap 10 menit)
 Hal perlu diperhatikan :
 Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus
 Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin dikuantifikasikan
 Dapat menggunakan one way screen
OBSERVASI EKSPERIMENTAL
 Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi situasi
 Ciri penting :
 Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau berbeda
 Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku
 Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud observasi
OBSERVASI PARTISIPAN
 Orang yang mengadakan observasi turut ambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang diobservasi
 Umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial dalam pabrik-penjara dll
 Perlu diperhatikan :
 Materi observasi disesuaikan dengan tujuan observasi
 Waktu dan Bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dg kata kunci. Kronologis – sistematis
 HUbungan : mencegah kecurigaan, pendekatan yang baik dan menjaga situasi tetap wajar
 Kedalaman partisipasi tergantung pada tujuan dan situasi
TINGKAT PARTISIPASI
 Partisipasi lengkap (penuh)
 Anggota penuh
 Partisipasi fungsional
 Aktivitas tertentu bergabung
 Partisipasi sebagai pengamat
Obtrusive dan unobtrusive
 Unobstrusive measures - unobstrusive methods – non reactive methods
 Metode tidak mengganggu lingkungan sosial, tidak terlibat dengan penduduk, tanpa berinteraksi dengan subjek melalui pertanyaan atau perlakuan lainnya.
 Termasuk un obtrusive methods: tulisan dan rekaman audio visual, materi budaya (objek fisik), jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di musium, isi dari buku-buku di perpustakaan, observasi sederhana, hardware techniques; kamera, video dll, rekaman politik dan demografi
 Obtrusive : wawancara, kuesioner, eksperimen manipulatif, tes
 “Contrived“ observation
Menggunakan perangkat keras seperti kamera, tape recorders, one way mirrors dll.
 Experimental manipulation dipandang sebagai non reactive jika tidak disadari oleh subjek (Bochner, 1979) vs sisi etika observasi
OBSERVASI FORMAL DAN INFORMAL
(Goodwin & Driscoll, 1980)
 Observasi formal mempunyai sifat tersruktur yang tinggi, terkontrol dan biasanya untuk penelitian
 Observasi formal perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati, menyusun data, melatih obsrerver dan menjaga reliabilitas antar rater, pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang sophisticated.
 Observasi in formal mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol, elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk digunakan pada berbagai keadaan.
 Observasi informal sering disebut juga naturalistic observation (lho menopo hubunganipun kalian observasi yang non eskperimental?)
Observasi Partisipan & Observasi Unobstrusif
Observasi partisipan : peneliti berinteraksi dengan subjek yang dipelajari dan melakukan observasi dalam interaksi tersebut, dan biasanya sebagai bagian dari proses wawancara dan menggunakan informan
Observasi dengan observer yang tidak menampakan diri (penyembunyian diri) dan memisahkan diri dari yang diobservasi
Keuntungan
 Data “nyata“ bukan perilaku yang dilaporkan
 Aman
 Mungkin untuk diulang
 Tanpa mengganggu
 Mudah diakses dan dilakukan
 Mudah
 Baik sebagai sumber data longitudinal
Kelemahan
 Distorsi dari data asli, terutama sumber berupa arsip
 Decontextualising (emic-ingroup/etic-outsider)
 Peran Intervening variable
 Bias dari metode tunggal
 Keterbatasan wilayah terapan
Observasi Dipandang Ilmiah, Jika : (Jehoda)
 Mengabdi pada tujuan penelitian yang telah ditetapkan
 Direncanakan secara sistematik, bukan kebetulan dan tidak beraturan
 Dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi yang lebih umum, tidak sekedar memenuhi rasa ingin tahu
 Dapat dicek dan dikontrol validitas dan reliabilitasnya

Larah-larahipun mekaten den !
 Narrative types
pengumpulan (pencatatan) data oleh observer apa adanya sesuai (sama) dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang terjadi pada situasi nyata.
 Checklist notations
Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
 Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dengan sebagai refleksi dari penilaian observer
Salajengipun mekaten !
 Diary descriptions :
Pengamatan (pencatatan) perubahan-perubahan pada perkembangan perilaku secara umum atau perilaku spesifik sesuai tujuan observasi seperti perkembangan bahasa dll. Membutuhkan waktu yang panjang dan frekuensi kontak yang banyak
 Specimen descriptions (desriftif naratif, running records)
Pengamatan yang detail dan lengkap, intensif dan kontinyu dengan pencatatan naratif sekuensial terhadap episode tunggal dari perilaku dan keadaan lingkungannya.
 Time sampling
Pengamatan seperti specimen descriptions terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi) pada interval waktu tertentu yang telah ditentukan (biasanya frekuensi kejadian perilaku)
 Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati pada situasi tertentu
 Field unit analysis
Ada kesamaannya dengan specimen records, tapi metode ini mengkaitkan perilaku-perilaku yang terjadi pada pengamatan ke dalam unit-unit perilaku yang sudah disusun dan menyediakan fasilitas on the spot coding.
Checklist
 Observer menyusun struktur observasi dengan memilih dan mendefinisikan perilaku sebelum observasi dilaksanakan sehingga ketika observasi tinggal memberi tanda cek
 Melihat kehadiran perilaku yang dianggap penting
 Tidak memberikan informasi tentang frekuensi, durasi, dan kualitas perilaku
 Digunakan pada time sampling, event sampling
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN
Keunggulan
 Strategi yang sederhana dan relatif mudah
 Merekam dengan cepat dan efisien, kebutuhan energi observer minimum
 Ketrampilan yang dibutuhkan dari observer relatif lebih sederhana
 Seteleh dilakukan check terhadap perilaku dapat ditambahkan catatan tertentu
 Mudah diolah dalam lembar komputasi (dan proses kuantifikasi)
Kelemahan
 Informasi terlalu sedikit
 Informasi kurang mendalam
 Tidak ada informasi tentang bagaimana (kualitas, durasi, frekwensi)
PANDUAN CHECKLIST
 Tentukan tujuan observasi
 Tentukan definisi operasional perilaku
 Tentukan content perilaku yang akan diobservasi
 Susun checklist berdasarkan content perilaku sebelum observasi dilakukan
 Identifikasi secara detail content perilaku
 Organisasi detail content perilaku harus logis
 Organisasi checklist harus dapat mencapai tujuan : identifikasi kehadiran/ketidakhadiran target perilaku dan merekam perkembangan kronologis (munculnya ketrampilan tertentu)
 Gunakan cheklist untuk melihat kehadiran perilaku target
Dua tipe checklist
 Static descriptor
 Seperangkat aitem yang mendeskripsikan karakteristik subjek atau setting yang relatif stabil : umur, jenis kelamin, ras, status ekonomi, karakteristik lingkungan, dan waktu
 Action
 Seperangkat aitem yang mendeskripsikan perilaku/tindakan spesifik observee
Rating scales
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dalam bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari penilaian observer
Observer membuat interpretasi terhadap apa yang diamati dan informasi direkam dalam bentuk nilai tertentu (angka) sebagai refleksi dari penilaian observer
DESKRIPSI RATING SCALES
 Didesain untuk mengukur kuantifikasi impresi dari pengamatan
 Penilaian kuantitatif tentang tingkat terjadinya perilaku atau bagaimana perilaku ditampakan
 Menjadi mudah dan cepat untuk memaknakan kesimpulan dari impresi yang didapatkan
 Dapat mengukur ciri sifat dan perilaku yang tidak dapat diungkap oleh strategi lain
 Metode asesment > metode deskriptif
 Dapat sebagai perekaman on the spot, ada yang tidak
TIPE RATING SCALES
 Numerical : angka tertentu dikaitkan dengan nilai tertentu dari perilaku
1 = Perilaku mengganggu, meninggalkan kelompok
2 = Perilaku mengganggu tidak tampak
3 = Mengikuti guru, tatapan mengarah ke guru
4 = Mengikuti guru, ekspresi menunjukkan ketertarikan
5 = Mengikuti guru, melaksanakan instruksi
 Graphic : Kemunculan perilaku tertentu dinilai berdasarkan rentang penilaian yang bersifat meningkat (bentuk garis lurus)
Selalu Sering Kadang Jarang Tidak pernah
kadang
 Semantic differential (termasuk grafik) dengan tujuh unit penilaian pada perilaku yang bipolar
1 2 3 4 5 6 7
Aktif Pasif
Bersahabat Bermusuhan

 Standart
Penilai dihadapkan pada satu set standar untuk menilai yang lain
 Cumulated points
Penilaian didasarkan pada akumulasi terhadap penilaian unit-unit perilaku tertentu
 Forced-choice
Rater dihadapkan pada satu set deskripsi kualitas tertentu dan memilih satu yang sesuai dengan hasil pengamatan
6 FAKTOR POTENSIAL RATER ERRORS
 Error of leniency
 Error of central tendency
 Hallo effect
 Error of logic
 Error of contrast
 Proximity error
 KEUNTUNGAN
 Efisiensi waktu
 Lebih menarik bagi observer
 Lebih mudah diskor dan dikuantifikasi (statistik)
 Dapat mengukur perilaku lebih luas termasuk trait
 Dapat membandingkan antar individu dan intraindividu
 Membutuhkan minimum training
 Memfasilitasi melihat hubungan realita dan persepsi individu (rating guru dan DO)
 KELEMAHAN
 Peluang error dan bias cukup besar
 Ambiguitas aitem
 Pengaruh penerimaan sosial
 Kurang bercerita tentang penyebab perilaku
SIAP LETNAN?
 Pernyataan pendek, simple, dan tidak ambigu
 Berhubungan dengan trait yang akan diungkap
 Pilih kata yang berhubungan dengan skala (tidak overlap dengan deskripsi)
 Hindari penggunaan pernyataan seperti average, excellent, dan very
 Hindari pernyataan yang mengandung unsur baik-buruk
 Nilai semua individu pada satu trait sebelum ke trait lainnya
 Lebih baik jika kita tidak kenal
 Lakukan dengan hati-hati
Time sampling
Pengamatan terhadap perilaku tertentu (sesuai tujuan observasi) pada interval waktu yang telah ditentukan (biasanya kemunculan perilaku, frekuensi, dan durasi)
Deskripsi Time Sampling
 Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa terjadi (Goodenough).
 Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
 Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
 Variasi penggunaan time sampling:
 Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama interval waktu tertentu.
 Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam pengamatan dengan tanda cek satu.
 Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah interval waktu.
 Subjek diobservasi pada periode waktu tertentu yang relatif pendek, dan perilaku yang diperoleh dipandang sebagai sampel dari perilaku yang biasa terjadi (Goodenough).
 Efektif pada perilaku yang cukup sering muncul karena perilaku diamati selama periode waktu tertentu yang pendek . Arrington (1943) ; minimal 15 menit sekali.
 Time sampling sebaiknya digunakan untuk overt behavior
 Variasi penggunaan time sampling:
 Mengukur frekuensi kemunculan perilaku. Mencatat setiap perilaku yang muncul selama interval waktu tertentu.
 Mengukur kemunculan perilaku. Satu atau 5 kali selama interval waktu 5 menit dalam pengamatan dengan tanda cek satu.
 Mengukur durasi ( berapa lama) perilaku terjadi dalam frame waktu tertentu.
NB : Yang perlu dipertimbangkan adalah : panjang interval, jarak antar interval, dan jumlah interval waktu.
Kelemahan Time sampling Kerlinger (1973)
 Kehilangan gambaran kontinyuitas
 Kehilangan konteks
 Kehilangan sifat-sifat natural.
Panduan Time Sampling
 Definisi operasional overt behavior harus jelas dan dipahami semua yang terlibat (observer)
 Tetapkan tujuan observasi dengan jelas sehingga dapat membuat struktur time sampling dengan jelas, antara lain :
 Jumlah subjek yang dibutuhkan
 Fokus observasi pada hasil yang menekankan pada perilaku individu atau kelompok
 Seberapa banyak observasi akan dilakukan agar sample representatif
 Tetapkan informasi apa yang dibutuhkan untuk direkam : apakah kemunculan perilaku, frekuensi perilaku atau durasi.
 Tetapkan interval waktu yang digunakan :
 Penentuan panjang interval didasarkan pada frekuensi kehadiran perilaku, dan interval minimum kemunuculan satu perilaku
 Jeda antar interval waktu (spacing), tergantung pada panjang interval dan detail yang direkam (misalnya berapa katergori) atau tanpa jeda .
 Jumlah total interval yang dibutuhkan pada setiap subjek tergantung pada terpenuhinya sample perilaku yang representative.

Contoh Rancangan Observasinipun mekaten !
Seorang psikolog yang tertarik dengan permasalahan anak di sekolah, dan ingin mendapatkan informasi spesifik, dia dapat , mengobservasi anak pada 5 menit pertama tiap jam, dan focus pada perilaku ketika ada tugas dan tanpa tugas.
Dia dapat mengobservasi dengan beberapa pilihan :
 Mengobservasi 5 menit pertama setiap jam (dapat memberi informasi selama satu hari tapi tidak mendapatkan gambaran pada aktivitas yang berbeda)
 Mengobservasi 5 menit pertama pada tiap aktivitas terpilih (dapat dibandingkan antar aktivitas)
 Memilih satu atau lebih aktivitas dan mengobservasi selama 10-15 menit untuk mendapatkan gambaran pada ke dua jenis situasi
PERBANDINGAN TIME SAMPLING DAN EVENT SAMPLING
 Kesamaan dengan time sampling adalah sampel perilaku
 Time sampling focus pada waktu tertentu, event sampling focus pada perilaku itu sendiri.
 Time sampling focus pada eksistensi dari event, sedangkan event sampling focus pada eksplorasi dari karakteristik event.
 Pada event sampling, obserber menunggu kemunculan perilaku yang dipilih kemudian merekamnya. Tidak ada batasan waktu, focus ada pada perilaku itu sendiri dan waktu adalah sebagai akibat dari durasi normal dari peristiwa. Rentang perilaku-perilaku yang diamati dibatasi
 pada event sampling, waktu yang dibutuhkan tidak dapat ditentukan seperti pada time sampling.
 Time sampling focus pada frekuensi dan durasi guru berbicara dibandingkan siswa berbicara, maka event sampling focus pada kepada siapa guru berbicara, dan apa penyebab dan hasil dari perilaku tersebut.

Event sampling
Pengamatan yang berfokus pada pencatatan kejadian perilaku-perilaku penting yang diamati pada situasi tertentu
KEUNGGULAN EVENT SAMPLING
 Efisien untuk mengurangi waktu observasi
 Dapat dirangkum dan dianalisis statistik dengan mudah.
Panduan Event sampling
1. Identifikasi dan susun definisi operasional perilaku yang akan diobservasi dengan jelas
2. Ketahui secara umum dimana dan kapan perilaku dapat terjadi
3. Tentukan jenis informasi yang akan direkam. (dapat menggunakan pencatatan naratif maupun kategoris. Misalnya pada studi tentang pertengkaran tadi adalah berapa lama terjadi, apa yang terjadi ketika pertengkaran dimulai, jenis perilaku dalam pertengkaran, apa yang dilakukan dan dikatakan, apa akibatnya, dan apa yang terjadi setelah pertengkaran.
4. Susunlah lembar pencatatan semudah mungkin
Contoh observasi event sampling dilakukan oleh Helen C. dawe (1934)
 Observasi pada natural setting, observasi pada 200 pertengkaran anak TK. Penyelidikan diarahkan pada pertengkaran spontan selama bermain bebas pada sekolah TK dari 19 oktober 1931 sampai 17 pebruari 1932. Subjek adalah 19 perempuan dan 21 laki-laki. Berumur 25-60 bulan.
 Proses observasi : Observer menunggu pertengkaran terjadi, ketika terjadi stopwatch diaktifkan, dan mengamati apa yang terjadi, ketika pertengkaran selesai maka stopwatch dimatikan. Yang disiapkan adalah blangko pengamatan yaitu nama subjek, umur dan jenis kelamin anak yang terlibat, durasi pertengkaran, problem yang menyebabkan pertengkaran, perilaku yang terjadi,. Setelah kejadian observer menuliskan secepatnya apa yang diingat.
 Hasil Analisis data :
 dari 58.75 jam observasi, terjadi 200 pertengkaran, dengan rata-rata 3.4 perjam
 68 pertengkaran terjjadi di luar ruangan, dan 132 di dalam ruangan
 Hanya 13 yang lebih dari 1 menit
 Laki-laki lebih sering bertengkar dari perempuan.
 Penyebab pertengkaran adalah perselisihan terkait dengan kepemilikian benda
 Anak-anak yang terlibat pertengkaran cepat berbaikan kembali seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

 STRATEGI CATATAN HARIAN
 DAN ANECDOTAL RECORDS
CATATAN HARIAN
 Teknik pengamatan yang merekam perubahan atau perkembangan baru atau perilaku baru pada subjek pengamatan.
 Aitemisasi perubahan perilaku.
 Pengamat mencatat secara langsung pada saat kejadian atau sesegera mungkin setelah kejadian setiap hari sehingga membutuhkan interaksi yang tetap dan berlangsung lama
KELEBIHAN DAN KETERBATASAN
Kelebihan
1. Memberikan gambaran Proses perubahan/perkembangan seiring waktu secara jelas dan detail
2. Merupakan gudang data
yang kaya
Kritik/Kelemahan metode ini adalah
(William Stern):
 Bias seleksi : kehilangan keterwakilan sifat-sifat fakta
 Bias observasi :
 Reliabilitas pencatatan
 Objektivitas interpretasi
 Keterbatasan Kasus untuk generalisasi
 Waktu dan sumber daya terlalu banyak : dalam rentang tertentu dan tiap hari melakukan pengamatan (tidak efisien)
Penggunaan Diary Descpriptions
Studi kasus
Digunakan untuk menyelidikan anak-anak atau kasus yang “spesial’’
Studi ethologis
Penelitian pada binatang yang tidak dapat berbicara, yang hasilnya dapat diterapkan pada manusia
Langkah-langkah dalam Diary descriptions
 Tentukan target perilaku yang akan diamati (dapat perilaku umum, atau aspek khusus, misalnya perilaku terkait dengan merokok)
 Tentukan subjek pengamatan dan panjang pengamatan (sebagai latihan selama 1 minggu)G
 Siapkan jurnal atau pencatatan harian
 Format pencatatan hasil pengamatan
 Tanggal, waktu, setting-lokasi, objek observasi, umur
 Deskripsi anak dan setting observasi dilakukan
 Temuan perilaku beserta waktu kejadian dalam pengamatan (harian) dapat dilengakapi dengan kolom catatan-catatan khusus
 Rangkuman temuan selama satu minggu
 Pengolahan hasil pengamatan (generalisasi)
 Deskripsi ringkas aktivitas dan informasi yang relevan untuk memahami setting
 Deskripsi objek observasi dan bagaimana perilakunya
 Susun pernyataan yang tepat untuk generalisasi pada populasi (karakteristik yang sama (umum dsb) berdasarkan performansi objek observasi)
 Pilih 2 objek lain yang mempunysai umur sama dan catat performansi mereka dengan prosedur yang sama (deskripsi objek 1, deskripsi objek 2)
 Identifikasi perbedaan-perbedaan yang terjadi pada objek tersebut pada aktivitas yang sama
 Identifikasi pesamaan-persamaan yang muncul
 Apa generalisasi yang akan dibuat setelah mengamati ketiga anak.
ANECDOTAL RECORDS
 Persamaan dengan diary adalah menggunakan pencatatan naratif.
 Perbedaannya tidak focus pada hanya satu anak atau kelompok, dan tidak terbatas pada kemunculan perilaku baru.
 Melaporkan apapun yang terjadi dan penting bagi pengamat kapan saja perilaku terjadi, pada orang yang berbeda dan waktu yang berbeda.
 Tidak membutuhkan spesifikasi waktu tertentu tetapi dapt dilakukan kapanpun ketika perilaku yang penting/menarik muncul, tidak tergantung pada setting atau lingkungan tertentu dan dapat dilakukan dimanapun. Tidak mensyaratkan kode khusus atau kategori atau diagram dapat ditulis secara sederhana pada buku catatan
 Beberapa variasi :
 Bersifat tematik : misalnya perilaku imitasi anak pada orang dewasa, akan menggambarkan bagaimana perilaku meniru terjadi
 Bersifat interval (periode waktu tertentu : tidak focus pada tema tertentu tetapi akan melakukan pencatatan terhadap perilaku yang muncul pada periode waktu tertentu)
 Pencatatan akumulasi terjadinya perilaku tertentu untuk dianalisis
 Contoh penggunaan :
Membantu guru dalam mengetahui keadaan siswa pada tahun pertama sekolah. Jika guru mencatat secara teratur kejadian tertentu selama satu tahun maka ia akan dapat melakukan asesmen kemajuan, identifikasi perubahan tingkat pemahaman dan kesulitan yang ditemui.
• Tiga kegunaan lain : menguji dugaan tentang alasan perilaku atau gaya belajar anak, mengidentifikasi kondisi yang memperkuat perilaku, dan mendapatkan umpan balik tentang apa yang dipelajari anak dari unit kurikulum,
• Untuk mendapatkan informasi, menguji ide/dugaan, dan mengevaluasi kemajuan
Panduan Anecdotal record Brandt (1972)
1. Tuliskan secara berurutan anekdot yang muncul sesegera mungkin setelah terjadi
2. Identifikasi aktivitas utama dan perkataan dari orang kunci
3. Sertakan pernyataan tentang setting, waktu, dan aktivitas utama (ketika sebuah mobil sedang melewati.......)
4. Dekripsikan tindakan atau verbalisasi tokoh utama, dan respon atau reaksi dari orang lain dari situasi itu
5. Jika munkgin catat dengan tepat kata-kata yang muncul pada percakapan
6. Deskripsikan sesuai seperti urutan kejadian pada satu episode kejadian
7. Tiga level tindakan yang harus dicatat adalah :
 Molar behavior (deskripsi perilaku/aktivitas utama) , “Ellen dan Mollen bermain puzzle di meja“
 Sub ordinat molar unit (deskripsi unit perilaku/aktivitas yang lebih kecil), “Ellen bermain puzlle rumah sakit 3 kali, sedangkan Mollen setelah selesai satu puzzle beralih ke puzzle bentuk lain“.
 Molecular units (deskripsi bagaimana perilaku/aktivitas utama dilakukan, gambaran kualitatif dari anecdot),“Ellen meletakkan dengan hati-hati sambil bersenandung lirih. Kadang berjalan mondar mandir“
8. Objektif, akurat dan lengkap
Contoh anecdotal records
 232# Charlie Umur 3 tahun. Charlie bermain di rumah denan adik perempuannya. Dia berkata bahwa dia adalah ayah. Dari dapur, saudara perempuannya yang lebih tua memberinya beberapa roti karena saudarnaza tahu ia sangat suka. Ia mengatakan “apa yang akan aku lakukan dengan roti ini sekarang) Dia melanjutkan. lelaki tidak akan makan kecuali ketika lapar. Setelah 10 menit berlalu ia datang dan berkata ke sarah, “Dapatkah saya memperoleh roti sekarnang”. “Saya bukan ayah, Saya charlie“.
 334# Harlan ......
CONTOH TERAPAN OBSERVASI
Psikologi Klinis
- Identifikasi simtom dari gangguan
- Identifikasi tingkat gangguan
- Pendukung dalam proses konseling
- Evaluasi kemajuan terapi / konseling
- Pendukung dalam proses psikotes : projektif individual
- Bersama-sama dengan wawancara pada in take interv. dan konseling
- dll
BIDANG PERKEMBANGAN
 Identifikasi kemunculan gejala/simtom yang muncul dari gangguan/permasalahan perkembangan (khususnya anak)
 Identifikasi level gangguan perkembangan
 Identifikasi tingkat perkembangan anak
 Evaluasi hasil terapi atau intervensi pada anak
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM PIO
 Studi ergonomika, contoh penelitian tentang peralatan militer mungkin di simulasikan
 Seleksi dan asesmen kepribadian, ada intervensi perlakuan kemudian dilihat bagaimana perilaku peserta
 Analisis jabatan, natural tanpa intervensi
 Identifikasi kebutuhan training
 Pemantauan perilaku dalam proses training (terutama out bound)
CONTOH TERAPAN OBSERVASI DALAM BIDANG PENDIDIKAN
 Penelitian studi kelayakan kebijakan pendidikan
 Penelitian evaluasi kebijakan
 Penelitian tindakan kelas oleh guru
 Penilaian kemampuan mengajar
 Evaluasi hasil belajar
 Asesmen awal kemampuan siswa
 Identifikasi permasalahan siswa: belajar dan pribadi
 Monggo dipun padosi piyambak nggih
TERAPAN DI BIDANG PSIKOLOGI SOSIAL
Studi Pemetaan masalah sosial dan kecenderungan masyarakat *
Studi kancah masalah sosial * : agresivitas masyarakat, pelacuran, anak jalanan, tawuran.
Studi perilaku manusia dalam situasi sosial * : perempatan, perilaku menolong (eksperimental – partisipan)
Evaluasi penderitaan korban : kasus rifka anisa dll
Identifikasi kebutuhan intervensi sosial
dll
PENGOLAHAN DATA
untuk menuju kesimpulan
 Pengolahan data akan berbeda sesuai konteks penggunaan metode ; penelitian vs psikodiagnostik
 Pada konteks penelitian biasanya menggunakan beberapa metode, proses pengolahan data lebih rumit
 Pengolahan data pada observasi sebagai metode tunggal berbeda dengan penggunaan berbagai metode pengumpulan data
 Pada konteks psikodiagnostik proses secara umum lebih sederhana dan tergantung keperluan
BENTUK DATA HASIL OBSERVASI (monggo dipun kritisi)
 Angka (kuantifikasi hasil observasi)
 Checklist : frekuensi
 Rating scales : skor
 Time sampling : frekuensi,durasi
 Desripsi naratif
 Catatan harian
 Anecdotal records
 Event sampling
 Dokumen tertulis dan tidak tertulis
 Un obstrusive
 Catatan harian/anecdotal records dll. orang lain
Pemaparan Hasil Observasi (Patton, dalam Poerwandari, 1998)
 Mempresentasikan secara kronologis peristiwa yang diamati, mulai dari awal hingga akhir
 Mempresentasikan insiden-insiden kritis atau peristiwa kunci, berdasarkan urutan kepentingan insiden tersebut
 Mendeskripsikan setiap tempat, setting dan atau lokasi yang berbeda sebelum mempresentasikan gambaran dan pola pada umumnya
 Fokuskan analisis pada individu-individu atau kelompok-kelompok
 Mengorganisasi data dengan menjelaskan proses-proses yang terjadi (proses komunikasi dll)
 Memfokus pengamatan pada isu-isu kunci yang diperkirakan menjawab tujuan observasi/penelitian
Organisasi data
 Data banyak dan berasal dari berbagai cara pengumpulan data.
 Proses sederhana yang dilakukan adalah menyusun, mengelompokan, dan menghimpun data sesuai dengan tujuan penelitian dengan rapi, sistematis dan selengkap mungkin.
 Meliputi data mentah (catatan lapangan, kaset), data yang sudah diproses (trasnkripsi wawancara), dan bentuk-bentuk dari pengolahan dari data mentah dan semua berkas yang diperoleh dari proses penelitian (observasi)

Koding
 Proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh dengan maksud untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan detail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.
 Langkah koding :
 peneliti menyusun catatan lapangan dengan ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kiri dan kanan catatan (untuk kode dan catatan tertentu)
 Peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada catatan lapangan tersebut (penomoran baru perbaris atau per paragraf)
 Peneliti memberi nama untuk masing-masing berkas dengan kode tertentu
 Contoh. OS.L2Jun03 : Hasil observasi siswa laki-laki pada 2 Juni 2003
Integrasi dan Analisis data
 Pengintegrasian data dari berbagai sumber, komunikasi antar data, distrukturisasikan sesuai kebutuhan, untuk kemudian di analisis
 Analisis data membutuhkan kepekaan teoritis, karena observer/peneliti melakukan upaya mengembangkan teori atau berteori.
 Kepekaan teoritis mengacu pada kemampuan untuk memperoleh insight, memberi makna pada data, memahami dan memilah mana yang esensial dan yang tidak.
 Teknik-teknik untuk meningkatkan kepekaan teoritis adalah sebagai berikut :
 mengembangkan pertanyaan-pertanyaa “what? Who? When? Where? How? How Much? Dan Why?”
 Analisis kata, frase, kalimat (pada observasi apa ya?)
 Analisis tahap lanjut melalui perbandingan. Melakukan perbandingan sistematis terhadap dua atau lebih fenomena yang ditampilkan dalam data, baik terhadap gejala-gejala yang dekat atau memiliki kesamaan karakteristik tertentu, ataupun terhadap gejala-gejala yang dianggap berjauhan atau tidak memiliki kesamaan karakteristik apapun.

Interpretasi
 Upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam berdasarkan perspektif peneliti/obsever terhadap apa yang diobservasi dan menginterpretasi data melalui persepektif tersebut, melampaui apa yang secara langsung dikatakan atau dilihat pada responden, untuk mengembangkan struktur-struktur dan hubungan-hubungan bermakna yang tidak tertampilkan dalam data mentah.
 Tiga konteks interpretasi :
 Interpretasi pemahaman diri : peneliti/obsever berusaha memformulasikan dalam bentuk padat apa yang oleh subjek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya atau perilakunya.
 Interpretasi pemahaman biasa yang kritis : peneliti beranjak lebih jauh dengan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas dari pemahaman subjek penelitian dengan bersikap kritis terhadap apa yang ditunjukkan subjek baik dengan memfokuskan diri pada pada isi maupun subjek yang diamati (pembuat pernyataan). Peneliti mengambil posisi sebagai masyarakat umum di mana subjek penelitian berada.
 Interpretasi pemahaman teoritis : peneliti menggunakan kerangka teoritis tertentu untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek dan penalaran umum
 Penelitian yang baik akan mencakup semua tahapan interpretasi tetapi berakhir pada kesimpulan pemahaman teoritis.
Kesimpulan
Peneliti/observer menyimpulkan tentang gejala yang diamati berdasarkan analis dan interpretasi yang dilakukan untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan dan tujuan observasi.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
 Pengetahuan, values, attitudes, dan pengalaman berfungsi sebagai filters
 Tidak semua data yang kita butuhkan “tersedia“ :
 Luput dari perhatian
 Gagal mendapatkan sense impressions of an object or event
 Penyebab hasil observasi tidak lengkap :
 Level of concentration
 Fatigue/illness
 Situation
 The annount of time
 Two biases :
 Personal
 Theory
IMPLEMENTATION OF FINDINGS
 Implementasi pertanyaan penelitian
 Conditions . The physical & psychological characteristics
 On going evaluation :
 Jeda pengumpulan data dengan ? Data yang kurang
 Comparison between some event, object, behavior
KASUS 1
 Klien : perempuan
 Kasus bakat ; ingin mengulang tes, sekarang di Tek. SIpil di PTS ingin ke UGM
 Observ. Tes WAIS
 Respon lambat dalam menjawab pertanyaan
 Kurang konsentrasi terhadap pertanyaan sehingga harus diulang
 Mudah menyerah

KASUS 2
 Klien : laki-laki
 Kasus bakat (pribadi?)
 Ikut keluarga, tidak mau diajak ORTU ke Perancis
 Minder, salah satu tangan berjari 6
 Hasil observasi :
 Ragu-ragu, takut, kurang percaya diri, malas mencoba
 Selama tes menutupi mulut dengan tangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar